BAB 20

9K 390 0
                                    

“Udah, cepetan.”


Allamanda menoleh pada Ninda. “Nin, kita mau kemana?”

“Mandi dulu, baru gue kasih tahu.”

“Mau belanja? Malas ah.”

“Mandi atau kita yang mandiin?” tanya Ninda.

Allamanda menatap Ninda seperti ia baru saja berbicara dalam bahasa alien. “Lo beleng ya?”

“Gue hitung sampe tiga. Satu, dua, ti—“

“Oke!” Allamanda berjalan dengan langkah terseret-seret memasuki kamar mandi. Setelah Allamanda masuk, Ninda dan Vika tertawa pelan, lantas saling bertos ria. Tak butuh waktu lama, untuk menunggu Allamanda selesai dengan urusannya di kamar mandi.

“Gue udah mandi. Sekarang, kita mau kemana?” tanya Allamanda sesaat setelah ia berada di hadapan Vika dan Ninda serta, paper bag yang entah kapan berada di atas kasurnya.

“Lo akan tahu nanti, udah sini cepetan gue dandanin,” ujar Vika sembari menarik Allamanda menuju meja rias.

“Duh, ini kenapa, sih? Pokoknya kalau kalian nggak kasih tahu, gue nggak mau nurut.”

Ninda mendelik. “Bryan mau tunangan.”

“APA?!”

"Apanya? Udah buruan deh, nanti kita telat Al.”

“Lo beneran, nggak mungkin kan, Bryan mau tunangan. Calon aja nggak punya.”

“Eit, jangan salah. Bryan diam-diam udah punya tunangan kali,” timpal Vika yang mulai mengeluarkaan segala macam make up yang ia punya.

“Beneran Nin?”

“Iya, Astagfirullah, nanya mulu.” Ninda bersedekap. “Pokoknya, Bryan mau tunangan, titik. Dan lo, harus datang dengan tampilan yang cantik, jangan malu-maluin gue.”

“Kenapa gue harus tampil cantik? Emang gue tunangannya?”

“Emang harus ya, jadi tunangannya supaya tampil cantik? Kalau jadi tamu kehormatan nggak boleh gitu, tampil cantik? Lo itu sahabatnya, nggak mungkinkan lo mau malu-maluin dia dengan tampil cuma pakai kaos dan sendal jepit, apalagi no make up.” Ninda menarik napas sebentar, capek juga berbicara dengan makhluk sejenis Allamanda.

"Mending lo cepetan deh, kalau nggak, siap-siap kaki lo patah karena high heels.” Allamanda mengangguk pasrah. Akhirnya, setelah perdebatan alot antara ketiga sahabat itu, misi untuk membuat Allamanda menjadi seorang putri dapat terselesaikan dengan baik.

Allamanda tampak begitu feminin sekaligus anggun dengan A-line dress berwarna putih polos serta sapuan make up tipis membuatnya seperti, bukan Allamanda. Ditambah lagi, surai hitam kecoklatannya yang dihiasi dengan flower crown kecil berwarna putih yang diletakkan di atas kepalanya sebagai pemanis.

Ninda dan Vika nampak terpesona, lalu bertos ria. Senyum bangga, terukir jelas di wajah mereka. “Kalau gue cowok, mungkin udah lama gue jadiin pacar Al,” ujar Ninda yang mengundang tawa dari Vika.

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang