BAB 9

11.2K 522 2
                                    

"Allamanda biasa pake yang mana ya?” tanya Sam pada dirinya sendiri. Ia menyusuri rak demi rak dan menemukan satu yang di sana terdapat beragam jenis roti jepang. Sam mengernyit bingung. Alhasil, ia meraih salah satu diantara beragam jenis itu secara random.

“Sam!”

Sam menoleh. Di sana, beberapa meter dari tempatnya, berdiri Angel dengan wajah menor andalannya. Sam bergegas pergi, namun langkahnya tertahan oleh Angel yang dengan cepat menghadangnya.

“Lo kenapa menghindar dari gue? Apa salah gue Sam?” Angel bertanya, dramatis,  membuatnya terlihat seolah begitu tersakiti.

“Nggak kok.”

"Jangan ngelak Sam! Gue yang ngerasain.”

Sam menatap Angel lekat. “Maafin gue, gue sayang sama lo.” Angel yang mendengar penuturan Sam merasa sangat senang tetapi, kalimat yang dilontarkan Sam seterusnya membuat rasa senang itu menguap seketika. “Tapi boong! Maaf-maaf nih, Ngel cuma, kalo sikap dan tampilan lo kayak gini, lo jadi mirip seperti cewek murahan.”

“Gue begini juga gara-gara lo! Dan lo dengan gampangnya bilang gue cewek murahan? Lo cowok atau bukan?!”

Sam tersenyum tipis. “Ngel, rasa suka bukan jadi alasan untuk lo berlaku seperti ini. Di luar sana, ada banyak cowok selain gue yang mungkin suka sama lo, yang nerima lo apa adanya. Dan ya, kenapa lo harus stay sama orang yang dengan jelas nggak suka sama lo, disaat ada banyak orang yang menyayangi lo? Lo udah dewasa Ngel, ubah pola pikir lo.” Setelahnya, Sam melenggang pergi. Meninggalkan Angel, yang menatapnya dengan tatapan yang sukar untuk dijelaskan.

***

"Ky, Sam mana?”

“UKS,” jawab Rizky hampir berbisik. Hal itu ia lakukan bukan tanpa alasan. Di depan sana, berdiri Buk Betty yang senantiasa memandang mereka sambil menerangkan pelajaran.

“Ngapain?”

“Nemenin Allamanda.”

“Nemenin?”

“Iya Yan. Astaga, lo kok nanya mulu kangen sama dia? Yan, Yan, gue nggak nyangka lo homo.”

Bryan mendelik. “Enak aja, lo. Nggak mungkinlah, gue cuma mastiin sesuatu."

“Sakit bego!!” Rizky mengusap-usap kepalanya yang dipukuli Bryan tanpa alasan. Ia tak menyadari jika seisi kelas, termasuk Buk Betty tengah menatapnya dengan pandangan mematikan ala guru killer yang berhasil membuat seisi kelas hening.

“Rizky!! Bryan! Kalau kalian masih ribut, ibu akan menghukum kalian menyikat toilet dengan sikat gigi. Kalian mau?!”

“Nggak Buk, maaf,” ujar keduanya. Buk Betty menatap keduanya garang, lalu kembali menerangkan.

“Gara-gara lo tuh.”

“Yang suruh lo jitak kepala gue siapa? Kalau otak gue bocor gimana?”

Dafa yang duduk di belakang keduanya, menaikkan salah satu alisnya, menggeleng pelan dan kembali menatap buk Betty dengan pandangan tak minat.

“Serah lo. Eh, nama panjang Allamanda siapa?”

“Mana gue tahu, emang gue emaknya?”

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang