BAB 24

7.9K 377 0
                                    

Sekitar dua puluh menit, akhirnya keduanya sampai di rumah Samanta. Ketika di lihat dari luar, rumah Samnata terkesan seperti taman bunga. Dilihat dari banyaknya bunga di sana terutama bunga Allamanda, serta rumput yang ditata dengan apik membuatnya menjadi asri dan segar. Semuanya terlihat menyatu dengan rumah besar bercat putih dengan gaya minimalis tersebut.

Allamanda dan Sam melangkah masuk ke dalam rumah Samanta setelah dibukakan pagar oleh sang Satpam yang bertugas menjaga di sana. Gadis itu menekan bel yang tersedia, selang beberapa menit, Samanta keluar dengan baju daster layaknya ibu-ibu serta mata yang sembab?

Samanta memandang Allamanda sendu. “Akhirnya, kamu datang Allamanda.” Samanta menarik Allamanda ke dalam dekapnya. Allamanda yang mendapat gerakan tiba-tiba seperti itu, terkejut bukan main ditambah dengan dekapan tersebut yang kian mengerat. Di sisi lain, Sam juga nampak terkejut melihat Samanta yaang berbeda dari biasanya.

“Ayok, masuk,” ujar Samanta setelah melepaskan dekapannya. Sam yang merasa aneh, berinisiatif untuk memperkenalkan dirinya.

Assalamualaikum, Bu.” Samanta yang mendengar suara Sam, cukup kaget namun tak urung tetap tersenyum.

“Eh, Sam? Waalaikumsalam. Maaf, Ibu nggak lihat kamu. Yuk, masuk Sam, Al.” Keduanya mengangguk, mengekori Samanta.

“Silakan duduk, Ibu ambilin minum dulu.”

"Iya Bu,” sahut Sam.

“Al, sebenarnya ada apa?” tanya Sam ketika Samanta telah pergi.

“Gue juga nggak tahu, Sam. Tapi, entah kenapa, gue rasa ada sesuatu yang buruk bakal terjadi.”

"Kenapa, lo seyakin itu?”

Allamanda mengehela napas pelan. “Entahlah. Gue nggak tahu, kenapa gue bisa seyakin ini. Dan gue takut Sam, gue takut apa yang gue khawatirin itu emang bener.”

Sam mengusap kepala Allamanda pelan, seraya tersenyum. “Lo nggak perlu khawatir Al. Yang harus lo lakukan adalah, percaya bahwa semua baik-baik saja. Ketika lo percaya itu, maka semua akan baik-baik saja.” Allamanda mengangguk, tersenyum tipis sebagai respon.

Semenit kemudian, Samanta kembali dengan membawa nampan berisikan minuman dan beberapa camilan.

“Minum, dulu,” kata Samanta mempersilakan. Keduanya menurut.

“Terimakasih Bu, tapi sebenarnya ada apa ya?”

“Apa, ayah kamu bernama Robert?” tanya Samanta memulai. Allamanda mengernyit, merasa bingung sekaligus khawatir tanpa alasan yang jelas. Kenapa tiba-tiba menanyakan nama ayahnya?

“Iya, ada apa Bu?”

“Apa, beliau bernama lengkap Robert Pratama?” tanya Samanta lagi, tanpa mengindahkan pertanyaan Allamanda. Samanta yang melihat Allamanda mengangguk, seketika menangis tersedu-sedu. Keduanya terkejut.

“Eh? Eh, Ibu kenapa?” tanya Allamanda panik seraya mengusap-usap punggung Samanta, bermaksud menenangkan.

Samanta menatap Allamanda dengan pipi berlinang air mata. “Ayah kamu ... ayah kamu adalah kakak tiri ibu.” Allamanda seolah terkena hantaman granat. Ia terkejut, sangat terkejut. Selama ini, ia tidak pernah menduga jika salah satu guru killer di sekolahnya adalah adik tiri sang ayah yang secara otomatis merangkap menjadi tantenya. Ia diam, tak mampu menyahut. Ia ingin tak percaya, namun Samanta merupakan guru yang terkenal jujur dan juga cuek. Lantas, alasan apa yang membuatnya tidak boleh percaya dengan Samanta?

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang