"Maksud lo?” tanya Ninda.
“Gue rasa, Sam udah ada feeling kalau. Allamanda bakal hilang kayak gini. Maka dari itu, dia beralibi mau cari angin padahal, dia mau mastiin kalau apa yang dia rasa itu salah dan, terbukti jika feeling-nya itu bener.”
"Kalau begitu, lebih baik kita ke pos untuk menanyakan arah toilet dimana. Supaya kita tahu, dimana jejak Allamanda,” sahut Tere yang sedaritadi hanya menyimak.
“Jangan! Lo sendiri pasti tahu, kalau ketos sama waketos kita itu mulutnya bocor banget. Alhasil, mereka pasti akan lapor sama buk Betty. Jadi, mending kita pakai cara lain. Tenang, gue tahu jalan ke toilet tanpa melewati pos,” kata Rizky.
“Yaudah ayok, keburu malam kasihan cewek-cewek,” sahut Dafa. Akhirnya, mereka bergegas dengan Rizky yang memimpin jalan. Walau heran, darimana Rizky mengetahui seluk beluk jalan, mereka tetap mengikutinya. Namun, setelah beberapa saat langkah Rizky terhenti.
“Ada apa Ky?”
Rizky menoleh. “Petunjuk ini ... salah.”
“Maksud lo?”
“Gini Nin, petunjuk itu seharusnya mengarah ke kanan, tapi ini malah sebaliknya.”
“Udah, yang buat ini nanti dulu. Sekarang, mending kita ikutin petunjuk itu. Gue yakin, Allamanda dan Sam mengikuti petunjuk itu,” ujar Bryan yang direspon dengan anggukan kepala.
***
Sam berjalan mendekat. Perempuan yang kini berada di depannya menundukkan kepala, otomatis sulit untuk mengetahui jika yang di depannya kini adalah Allamanda. Namun, ia memberanikan diri dengan menyentuh pundak perempuan tersebut. Perempuan itu mendongak dengan wajah yang penuh dengan air mata. Tanpa aba- aba, Sam menarik gadis itu dalam dekapnya.
“Hiks, hiks ... gu-gue takut Sam,” lirih Allamanda. Sam semakin mengeratkan pelukannya dan mengelus kepala Allamanda dengan sayang.
“Ssst, nggak papa. Ada gue, tenang ya jangan nangis lagi,” ujar Sam sembari mencium puncak kepala Allamanda. Allamanda yang merasa sesuatu yang kenyal menyentuh kepalanya, langsung mendongak dan melihat Sam yang tengah menyengir lebar. Allamanda dengan refleks, memukul kepala Sam keras hingga membuatnya meringis.
Allamanda menghapus air matanya, ia mendelik pada Sam. “Rasain! Jadi cowok modus banget sih, dasar playboy cap kambing!” ketus Allamanda memalingkan wajahnya. Jujur, ia merasa malu dan jantungnya lagi-lagi berdetak tak karuan. Sam yang melihat Allamanda telah kembali, spontan ia menghembuskan nafas lega.
Sam terkekeh. “Gitu dong, jangan nangis.”
“Apaan, sih.”
Sam tersenyum menanggapi Allamanda. “Gue minta maaf Al, gue refleks lakuin itu sumpah! Gue nggak tahu gimana nenangin cewek yang nangis. Maaf ya.”
“Jadi, kalau ada cewek yang nangis di depan lo, lo akan nyium mereka gitu?”
“Nggaklah. Eh tapi, kenapa lo nanya gitu?”
“Nggak.”
“Cemburu ya?” Sam tersenyum senang.
Allamanda mendelik salah tingkah. “Apaan sih, nggaklah. Ngapain gue cemburu.”
Sam tersenyum lebar. “Oke.”
“Sam!”
“Iya-iya, lo nggak cemburu.” Allamanda memalingkan wajahnya. Hening. Setelah itu, tak ada lagi perbincangan diantara mereka. Allamanda yang bosan, memanggil Sam yang entah sedang berbuat apa.
“Sam.”
“Ya?” sahut Sam tanpa menoleh.
“Lo ngapain, sih?” Sam lantas menunjukkan batu yang cukup besar. Di sana, tertera nama yang asing baginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Love Cold Girl
Novela Juvenil[Completed] Teruntuk kamu yang selalu menjadi alasan atas apa yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih atas tawa bahagia yang engkau ciptakan, dan juga luka mendalam yang kau sematkan di hidupku. -Allamanda Untuk kamu yang kini hanya bisa ku kenang. ...