BAB 26

6.9K 358 0
                                    

"Sam, Raga mana?”

“Nggak tahu, Buk. Tadi, ketika saya tanya dia nggak menjawab.” Samanta menghela napas, mengangguk mengerti.

Samanta meraih ponsel Allamanda yang berada di atas nakas. Ia yang mengangkat sebab, Allamanda tetap bergeming. Ada panggilan masuk dari Ninda.

“Halo Allamanda.”

“Halo Ninda, ada apa?”

“Eh, Buk Samanta. Gini, Buk saya sama yang lain ketemu sama seorang dokter yang merawat Alm. Tante Dara waktu di sini, juga ternyata beliau sahabat dekat Alm. Tante Dara.”

“Kalian ada dimana?”

“Kami ada di bandara, Buk. Tadi, saat kami masih di jalan menuju rumah, kami berpapasan dengan bang Raga. Bang Raga bilang, Alm. Tante Dara akan sampai ke Indonesia jam dua siang. Kami diminta untuk menunggu di bandara."

“Apa, Raga bilang mau kemana?”

“Nggak, Buk.”

“Ya udah, kalian tunggu aja di sana, ibu sama Sam akan sampai di sana sekitar dua puluh lima menit lagi.”

“Baiklah, Buk. Assalamualaikum.”

Wa'alaikumsalam.”

Sambungan pun, terputus. Samanta menghela napas berat, menatap Allamanda yang kini duduk di depannya dengan tatapan kosong.

“Sam, Ninda baru saja menelpon Tante. Dia bilang, mereka bertemu dengan dokter yang sebelumnya merawat Alm. Bunda Allamanda. Katanya, jenazah beliau akan tiba sekitar jam dua di sini. Tante akan datang ke sana untuk mengurus semuanya. Apa kamu bersedia untuk membantu?”

“Pasti Tante.”

“Allamanda, sebaiknya kamu tetap di rumah. Biar tante dan Sam yang mengurus semuanya.”

“Tidak. Saya ikut.”

“Apa lo yakin, Al?”

“Hmm.” Dengan segera Allamanda beranjak dari kasur dengan langkah yang sempoyongan. Sam dan Samanta menatap Allamanda iba. Tanpa membuang-buang waktu, ketiganya segera melesat ke bandara.

Kurang lebih dua puluh lima menit, mereka sudah tiba di bandara. Ketika tiba di ruang tunggu, ketiganya melihat Ninda dan lainnya tengah berkumpul di sana.

“Ninda!” seru Samanta. Ninda dan yang lainnya menoleh, dan berlari ke arah Allamanda lantas memeluknya.

“Sam, Ibu titip Allamanda ya.”

“Baik, Buk.” Setelah kepergian Samanta, mereka semua berjalan menuju kursi terdekat dan duduk di sana.

“Lo pada kenapa bisa di sini? Bukannya kalian mau nyusul ke rumah Allamanda?” tanya Sam.

Rizky mengangguk. “Emang gitu, cuma tadi di jalan kita ketemu sama bang Raga. Dia yang nyuruh kita ke sini, katanya Alm. Tante Dara akan sampai jam dua,” terang Rizky. Yang lain mengangguk setuju, kecuali Vika dan ninda yang kini tengah menangis seraya memeluk Allamanda, dan Bryan yang terdiam dengan pandangan lurus ke depan.

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang