Luna berjalan cepat menuju ruang rawat inap tempat Allamanda dirawat. Ia bersyukur karena tak perlu mencari-cari ruangan Allamanda berkat, Angel. Gadis itulah, yang memberikan semua info dan memintanya untuk menyelesaikan semuanya. Dewi Fortuna mungkin sedang memihak padanya, ketika ia melihat hanya ada Raga di ruang tunggu tersebut.
"Selamat pagi, Bang."
Raga yang sedaritadi fokus dengan ponselnya, mendongak. "Pagi. Lo siapa ya?"
"Gue Luna Bang, temannya Allamanda. Apa, gue boleh masuk?"
"Ya. Silakan." Luna tersenyum sopan, lalu melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.
"Al," panggil Luna.
Gadis itu menoleh, nampak terkejut. "Luna?"
Luna meraih kursi yang tersedia di samping brankar yang Allamanda tempati. "Gue minta maaf."
"Apa?"
"Gue minta maaf atas semua yang telah gue lakukan. Maafin gue atas tingkah gue
selama ini, maaf karena gue nggak ada ketika lo sedang jatuh-jatuhnya dan maaf
karena gue menambah masalah buat hidup lo. Gue sudah merasakannya sendiri, keluarga gue hancur. Dan gue, gue menyesal atas semuanya. Mungkin, ini cara Tuhan buat menyadarkan gue. Maafin gue Al, sekali lagi maafin gue. Gue tahu, ini terlambat tapi izinin gue untuk minta maaf sama lo," ungkap Luna dengan pipi yang telah basah oleh air mata.Allamanda menggeleng. "Nggak Lun, lo nggak perlu minta maaf. Semua ini salah gue karena nggak pernah ngertiin lo. Maafin gue, karena nggak tahu apa yang terjadi dengan keluarga lo. Maafin gue, Lun."
Luna tersenyum. "Lo emang baik, Al. Dan ya, gue mau menyerahkan ini." Luna meraih tas selempangnya dan mengeluarkan sebuah buku dengan ukuran kecil. "Baca, sampai habis."
"Apa ini?"
"Baca aja."
Allamanda membuka halaman demi halaman buku tersebut dan membaca dengan teliti.
Allamanda,
Maaf karena gue masih mengganggu hidup lo. Ini, Luna tiba-tiba minta gue menuliskan sesuatu untuk lo.
To the point aja ya Al. Pertama, tentang taruhan itu. Gue sama sekali nggak ada
maksud untuk jadiin lo bahan taruhan. Semua itu, adalah candaan Rizky dan apa yang lo denger itu belum selesai. Jawaban gue sebenarnya adalah, pasti nggak akan gue lakuin. Lo mau percaya atau nggak, itu hak lo. Kedua, tentang sikap gue selama ini. Gue tahu, gue selalu membuat lo risih dan memaksa lo untuk melakukan hal-hal yang gue inginkan. Maaf soal itu, Al. Gue pasti terlihat seperti bajingan yang suka
mempermainkan perempuan. Tapi sejujurnya, gue mempunyai alasan atas itu semua. Tentang lo, gue awalnya merasa penasaran namun rasa penasaran itu malah membawa gue jauh lebih dalam dan akhirnya beneran jatuh pada lo. Selain itu, jika lo bertanya-tanya kenapa gue sering memaksa dan terlihat memainkan perempuan, itu karena sebagian memori kecil di masa lalu gue.Dari kecil, gue nggak pernah diinginkan oleh ibu gue. Ibu gue adalah seseorang yang paling gue benci. Mungkin seharusnya, perasaan benci ini nggak ada tapi, bagaimana perasaan lo ketika ibu lo sendiri menganggap lo sebagai anak haram dan bersenang-senang dengan laki-laki lain disaat anaknya sendiri nggak pernah ia rawat? Sedangkan ayah gue, ayah gue terlalu stress untuk menghadapi kelakukan ibu gue dan memperhatikan gue sebagai anaknya. Gue bersyukur karena, ayah gue masih memiliki rasa empati dan menitipkan gue pada ibunya atau nenek gue. Gue diterima dan disayang oleh beliau. Tapi, Tuhan nggak mengizinkan gue untuk merasa bahagia lebih lama, tiga tahun kemudian, beliau pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/110308456-288-k164992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Love Cold Girl
Fiksi Remaja[Completed] Teruntuk kamu yang selalu menjadi alasan atas apa yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih atas tawa bahagia yang engkau ciptakan, dan juga luka mendalam yang kau sematkan di hidupku. -Allamanda Untuk kamu yang kini hanya bisa ku kenang. ...