Allamanda mengerang pelan. Ia mencari ponselnya yang terus bergetar dengan mata yang separuh tertutup. Melihat nama si pengirim, sontak membuatnya memutar bola matanya malas.
Samuel: 30 menit lagi gue sampai.
Allamanda: M kmn?
Samuel: Nggak usah banyak nanya.
Mata Allamanda terbuka sepenuhnya. Ia mendelik membaca pesan yang Sam kirimkan padanya, lalu melihat jam yang baru menunjukkan pukul 17.01 Allamanda dengan langkah ogah-ogahan, berjalan menuju lemari. Ia mengambil jaket yang waktu itu, dipinjamkan Sam padanya ketika mereka berada di RS. Allamanda tak mencucinya, ia takut jika bau khas yang ada di jaket itu hilang dan Sam akan memarahinya. Walau sebenarnya, alasan kenapa ia tak mau mencucinya karena, ia menyukai wangi itu, aroma manis yang tak pernah ia temukan di tempat lain. Allamanda meraihnya, memakainya dan mengganti celana pendek yang tadi ia pakai dengan blue jeans dan juga tas kecil. Sembari menunggu Sam, Allamanda memilih untuk membaca novel yang baru ia beli beberapa minggu lalu.
Samuel: Gue sudah sampai.
Allamanda dengan segera, meletakkan novelnya dan berjalan keluar. Sebelum benar-benar keluar, ia mengunci seluruh pintu terlebih dahulu dan berjalan menuju Sam. Di sana, Sam melambaikan tangannya sambil bersandar di mobilnya.
“Kita mau kemana?” tanya Allamanda sesaat setelah ia berada di depan Sam.
Sam menatap Allamanda lekat. Gadis itu memakai jaket yang sempat ia pinjamkan, jaket yang sangat ia sayangi, jaket yang merupakan pemberian dari seseorang yang sangat berharga buatnya. Seharusnya, Sam tidak meminjamkan jaket itu kepada sembarang orang. Seharusnya, ia marah jika Allamanda memakainya. Namun, sebaliknya, ia merasa senang saat melihat Allamanda mengenakannya dengan nyaman.
Sam tersenyum. “Makasih.”
Allamanda mengernyit, bingung. “Makasih buat? Kayaknya gue nggak buat apa-apa.”
“Nggak papa.”
Kaca mobil itu terbuka setengah. “Woi, jalannya kapan? Nanti kita kehilangan moment.”
“Bryan?”
“Hai Wheely. Ayok masuk.” Allamanda mengangguk, lalu duduk di belakang bersama Bryan membiarkan Sam duduk seorang diri di depan.
“Eh, kok gini? Emang gue supir?”
“Yaudah sih, jalan aja,” ujar Allamanda.
“Nggak. Lo harus di depan, atau nggak Bryan deh pokoknya harus ada yang duduk di samping gue.”
“Udah Yan, lo aja. Gue nggak suka duduk di depan.” Bryan mengangguk, kemudian pindah ke depan. Akhirnya, mobil itu pun melesat membelah jalanan yang ramai. Sepanjang jalan, hening menguasai mobil tersebut. Sam memilih fokus dengan jalan, sedangkan Bryan dan Allamanda memilih memandang keluar jendela. Kurang lebih dua puluh menit, mereka telah sampai di sebuah bangunan tua—terlihat dari kondisinya yang mengusam—sebagai bukti jika bangunan itu sudah lama tak digunakan maupun ditempati.
“Ayok, nanti kita kehilangan moment,” ujar Sam yang langsung turun diikuti Bryan dan juga Allamanda. Refleks, Sam dan Bryan memegang tangan Allamanda dan menariknya menuju bagian atas. Di atas sana, semuanya menjadi begitu indah. Langit dihiasi oleh kilau jingga dan berbagai warna pendukung lainnya sehingga membuatnya tampak ethereal. Allamanda berjalan menuju bagian paling ujung, dari sudut itu, kota Ambon tampak begitu indah. Perlahan tapi pasti, senyum lebar menghias di wajah Allamanda. Senyum lepas, yang jarang ia perlihatkan. Sam tak melewatkan kesempatan itu, ia secara diam-diam mengambil gambar gadis itu dan menjadikannya sebagai lock screen ponselnya. Allamanda dan senja, perpaduan yang sempurna, pikirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/110308456-288-k164992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Love Cold Girl
Teen Fiction[Completed] Teruntuk kamu yang selalu menjadi alasan atas apa yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih atas tawa bahagia yang engkau ciptakan, dan juga luka mendalam yang kau sematkan di hidupku. -Allamanda Untuk kamu yang kini hanya bisa ku kenang. ...