BAB 2

18.1K 761 16
                                    

Kring kring kringgg...

Salah satu cewek diantara mereka terduduk dengan lemas sambil berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tersisa di alam mimpi. Tangannya dengan gontai meraih alarm yang sedari tadi berbunyi. Matanya terbuka sepenuhnya saat melihat jarum jam menunjukan angka tujuh.

"Kyaaa!!! Amanda, kita kesiangan!!" teriaknya seraya menggoncang tubuh Allamanda yang berada di sampingnya.

Allamanda terduduk dengan lemas lalu, meraih ponselnya yang ia taruh di bawah bantal, dan terkejut saat melihat jam yang telah menunjukan pukul 07.05 itu artinya kelas akan dimulai dalam lima belas menit lagi!

"Kenapa lo nggak bangunin gue daritadi Vika??"

Vika yang tengah mencari handuk di lemari, menoleh ke arah Allamanda dengan kesal, "Allamandaku yang tersayang, gue aja baru bangun gimana mau bangunin lo lebih awal?? Mending sekarang lo mandi deh, biar gue mandi di bawah aja." Vika meraih handuk yang sedari tadi ia cari lalu melengos keluar saat di ambang pintu ia berhenti lantas menoleh ke arah Allamanda, "Nanti abis mandi lo langsung ke bawah aja." Lalu kembali melangkahkan kakinya keluar.

Allamanda hanya bisa menghela nafas lelah. Pada akhirnya, ia berjalan ke kamar mandi dan mulai melaksanakan rutinitasnya di pagi hari. Tujuh menit berlalu, ia sudah berada di bawah dengan seragam lengkap yang menghiasi tubuhnya. Di sana, ia melihat Vika yang tengah melahap roti dengan tergesa-gesa.

"Cepetan Vik,"

Vika menoleh. "Lo nggak makan dulu Nda?"

"Nggak."

"Kalo lo sakit?"

"Nggak akan."

"Lo mau makan dulu atau gue tinggal?" Allamanda menyergah saat melihat Vika ingin menyahutinya lagi. Vika hanya menganggukkan kepalanya.

"Mal, lo yang bawa mobilnya."

"Lo yakin?"

"Iya Kemal! Cepetan ah,"

***

Di sepanjang perjalanan, Vika tak henti-hentinya berteriak histeris saat Kemal menyalip semua kendaraan yang berada di depannya. Allamanda yang duduk di belakang hanya memegang sabuk pengaman dan mempercayakan keselamatannya pada Kemal.

"KEMAL!! Lo mau buat kita mati?! Pelan-pelan bawanya bego!!"

"Tadikan Lo yang bilang suruh cepat, kenapa sekarang lo minta pelan-pelan?! Maunya apaan sih?!!"

Vika menoleh pada adik satu-satunya itu, lalu dengan penuh kasih sayang memukul kepala Kemal sehingga menimbulkan ringisan kecil yang lolos dari bibirnya.

“Lo gila?!”

“Lo yang gila! Gue emang nyuruh lo untuk cepat, tapi nggak gini juga Junaedi! Lo mau buat kita mampus?! Emang lo nggak sayang sama gue? Lo nggak sayang sama Allamanda? Punya mulut tuh, dipake! Lo pikir enak, ngomong sendiri? Woii!!”

"Bacot!! Udah nyampe, turun sana. Allamanda aja udah turun duluan, dia udah capek liat lo teriak-teriak kayak orang gila!" Vika menatap kiri-kananya.

Lah, udah sampe? Kok gue nggak kerasa ya?

Vika mengenyahkan semua pemikirannya lalu, turun begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada adiknya yang berjasa mengantarkannya dengan selamat.

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang