[3]

11.7K 388 8
                                    

Magenta duduk di bangku nya dengan gusar, sedari malam ia tak bisa tidur karna memikirkan hal itu. Ia melamun sambil menggigit pulpen kesayangannya.

"Woi bengong aja lu!" satu sentakan dari Marun mampu membuat Magenta terlonjak kaget.

"Kaget njir gue" kata Magenta dengan muka sinis.

"Lagian bengong aja, mikirin gue ya?" goda Marun sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Palelu, gue lagi mikirin, yang kemarin" semakin ke intinya semakin kecil suara Magenta, karna ia tidak ingin ada yang tahu.

"Oh yaelah santai aja, ada gue" kata Marun sombong.

"Magenta! di panggil Pak Abdul" kata teman sekelas mereka yang baru saja pergi dari kantin.

"Mampus!" kata mereka berbarengan.

Magenta menolak tawaran Marun untuk menemani nya ke ruangan kepsek. Ia lebih memilih sendiri karna ia tak ingin Marun tidak mengikuti ulangan Sejarahnya.

Keringat dingin membanjiri tubuh Magenta saat ia berjalan di koridor sekolah. Muka nya pucat. Sejurus kemudian, ia sampai di ruang Pak Abdul. Di depan pintu, ia menarik nafas dan menormalkam nafasnya.
Ia memasang wajah dingin nya seperti biasa. Ia ketuk pintu ruangan Pak Abdul

TOK

TOK

TOK

Ia buka pintunya perlahan. "Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam, masuk, duduk Magenta"

Di ruangan itu ada Eza dam Dino. 'cuihh gak sudi gue liat muka mereka' batin Magenta.

"Saya to the point aja, ini kamu?" kata kepsek sambil menunjukkan video balapan liar itu.

"Iya pak" Jawab Magenta dengan berani. Ia melenyapkan ketakutannya.

"Sejak kapan?"

"Satu tahun yang lalu"

"Kamu tahu apa akibatnya?"

"Tahu pak"

Ruangan itu hening selama 5 menit.

"Karna kamu murid berprestasi disini, saya gak akan lakuin itu ke kamu" ada binar harapan di mata Magenta.

"Kamu saya skors seminggu"

"Terimakasih pak, saya Janji saya gak bakal ulangin lagi" senyum harapan keluar dari wajah Magenta.

"Bagus, saya pegang janji kamu"

"Iya pak"

"Oke kamu boleh keluar"

Senyum miring keluar dari bibir Magenta yang ia tunjukkan khusus kepasa Eza dan Dino. Dan tatapan yang mengartikan 'see? no one can stop me'.

Magenta keluar ruangan Pak Abdul dengan sentum sumringah. "Lagu-lagu an sih pengen jatohin gue".

Di tengah jalan ia teringat, pastilah ia tak boleh masuk dengan bu Ami, alhasil Magenta pergi ke rooftop sekolah, tempat di mana Magenta, Marun, dan Pak Ali yang tahu.
Ia berjalan ke lantai 3 dan menemukan pintu kaca, ia dorong lalu ia naiki tangga itu, sampailah ia ke rooftop ini.

Iced GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang