[10]

7.6K 274 15
                                    

Sekarang aku tanya apa bisa kamu mengontrol perasaan? kepada siapa kamu akan menaruh hatimu? Tidak.
Sekarang aku tanya lagi apa bisa kamu menghentikan nya? sebelum diantara kalian ada yang merasakan sakit? Mungkin Tidak Mungkin juga Iya
Apa yang membuat mu tidak bisa? Ego

........

Marun memasang headset nya setelah turun dari motor. Ia berangkat duluan karna tak ingin telat jika menunggu Magenta yang notaben nya suka terlambat di sekolah.
Ia berjalan menelusuri lapangan lalu ke koridor sekolah.

Di depan ruang guru ia melihat siswi yang tampaknya kebingungan, Marun menghampirinya dan hendak bertanya apa yang membuat nya bingung. Marun melepas satu headset nya, dan berpikir sebentar apakah dia anak baru? bahkan Marun belum pernah melihatnya sama sekali di sekolah ini.

"Lo kenapa? kok kayak bingung gitu?" tanya Marun terang-terangan.

"Eh, kenalin gue Eshter. Gue pindahan dari Austria. Gue tadi di suruh cari kelas gue sendiri, tapi gue bingung sumpah" yang di tanya malah bengong karna melihat Marun yang masuk dalam kategori Cogan-nya sekolah, dan akhirnya dia sadar dan mengulurkan tangannya.

"Oh, kenalin gue Marun, kalo gitu gue bantuin cari deh" balas Marun.

"Oke"

Mereka berdua melewati koridor dan di sambut dengan tatapan kagum dan benci karna melihat kecantikkan Eshter. Lalu mereka naik ke lantai dua, dan Marun mengantarkan Eshter ke kelasnya.

"Nih kelas lo, ips 5" kata Marun.

"Oh makasih ya, kelas lo dimana?" tanya Eshter.

"Gue di mipa 4, yaudah kalo gitu gue duluan" kata Marun.

Eshter tersenyum. Dan mulai memasuki kelasnya. Dan tanpa di sangka ia langsung di sambut oleh sahabat kecilnya.

.......

"Kantin kuy" kata Marun.

"Kuy" sahut Magenta.

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Dan saat di kantin Eza melambaikan tangannya ke Magenta tanda untuk menghampirinya. Entah perintah alam atau apa, ia menurut dan menarik tangan Marun mendekat ke meja Eza.

Ia melihat cewek yang tidak pernah ia lihat sebelumnya di sekolah.

"Gen, kenalin! ini sahabat gue yang pernah gue ceritain ke lo, Eshter" kata Eza.

"Eshter" Eshter mengulurkan tangannya untuk di jabat.

"Magenta, eh tunggu, lo yang waktu itu kesasar kan?" Magenta menjabat tangan cewek itu, lalu tiba-tiba ia teringat dengan sosok perempuan yang bertanya kepadanya di kedai es krim waktu itu.

"Jangan-jangan, ohhh gue inget lo yang kasih tau gue jalan kan?!" kata Eshter dengan semangat.

"Iyaaa" kata Magenta.

"Tunggu, lo berdua udah kenal?" kata Eza bingun.

"Jadi waktu itu aku kesasar, trus aku nanya sama dia, eh di kasih tau jalan, aku nyasar pas mau ke rumah kamu" kaya Eshter yang tiba-tiba memakai aku-kamu saat bicara dengan Eza.

"Ohh lo pasti pindahan dari Austria ya?" kata Magenta.

"Kok lo tau?" tanya Eshter.

"Eza kasih tau" jawab Magenta.

"Dia pacar gue" kata Eza terus terang.

Eshter melongo karna perkataan Eza. Dan ada sedikit perubahan raut wajah Eshter.

"Lo pacar Eza?" tanya nya memastikan.

Magenta cuma nyengir.

"Tunggu, keknya gue pernah liat elo juga deh sebelumnya

"Gen dia kan cewek yang di tempat makan itu, yang bening itu!" kata Marun sambil mengguncang bahu Magenta.

"Lah iya ya" kata Magenta sambil mengingat cewek 'bening' yang ia temui di tempat makan itu.

"Ebujukk lo terkenal amat baru sampe sini Hahahahha" kata Eza sambil tertawa

Eshter hanya tertawa kecil dan akhirnya mereka ber empat memesan makanan dan mengobrol ria.
Tapi ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Magenta.
Eza dan Eshter sangat dekat. Mesra.

.....

Magenta sedang menikmati musiknya sambil melangkah kan kaki menuju kamarnya di lantai dua. Sesaat setelah ia sudah menginjakkan kaki nya di lantai, ia menengok ke arah kanan. Kamar orang tua nya.

Ia berjalan pelan mendekat, dan meraih gagang pintu itu. Namun sekelebat ingatan muncul di pikirannya.

flashback on

"Mama mau kemana?"

"Mama mau pergi!, mama ga mau punya anak kaya kamu!"

"Papaaa"

Magenta menahan orang tuanya pergi semampunya. Tapi dorongan dari sang ayah membuat nya terjatuh.

"MAGENTA! JADI PEREMPUAN YANG KUAT! JANGAN DIKIT-DIKIT MASALAH KEK GINI NANGIS!"

"Tapi kalian mau pergi, mama jangan tinggalin gentaa paapaaa"

Tapi hanya suara deru mobil yang bisa Magenta dengar kala orang taunya beranjak pergi.
Magenta berlari keluar dan mengejar mobil orang tua nya itu. Tapi apa daya, ia kalah cepat dengan mesin itu.

Ia hanya mampu terduduk di aspal komplek dengan sejuta bahkan semiliar air mata yang turun membasahi wajahnya. Si mbak meraih Magenta dan memeluk nya erat. Tanpa berpikir Magenta memeluk si mbak yang dari kecil sudah bersamanya.

Magenta di tenangkan oleh si mbak dan pak Amin tukang kebun nya. Malam itu malam yang tak pernah Magenta lupakan. 21 September 2015. Malam itu Magenta benar-benar tidur dengan isak.

flashback off

Magenta melepas pegangan pada pintu itu. Rindu sekali ia pada kenangan yang ada di dalam. Tapi luka itu tak pernah ia hapus. Dendam? mungkin iya.

"Gen?"

Magenta membalikkan badan dan ternyata itu Marun.
Marun melihat Magenta dengan mata yang penuh air mata tapi tidak menetes. Seakan Magenta sedang menahan ampas dari rasa sakit dan pedih yang selama ini ia tanggung sendiri.

"Gen? you okay?"

Marun mendekat. Dan memeluk Magenta hangat.

Magenta membalas pelukkan tersebut. Tanpa meneteskam air mata.

"Kalo ada apa-apa bilang gua aja ya, tumpahin semua emosi lu ke gua, gua gapapa"

"Makasih"

Di sisi lain, Eza melihat itu semua.
Namun ia hanya diam dan menghela nafas. Ia sadar, karna memang terkadang di saat Magenta butuh ia tak pernah ada.

....................

Vote and comment jangan lupa 😘. Thank's buat yang udah baca sampe sini, maaf lama update 🙏🏼.

❤️,
Natasya.

Iced GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang