Magenta dengan langkah santai nya menuju perpustakaan seorang diri, dengan wajah flat nya ia menelusuri koridor sampai ia menemukan yang nama nya perpustakaan.
Set weelah berbelok ke kanan, ia sudah melihat ruangan yang menyimpan ratusan buku di sekolanya. Ia lepas sepatu nya, lalu masuk ke dalam dan mulai mencari buku, setelah buku yang ia rasa tepat untuk di pinjam, ia pergi ke pustakawan dan segera keluar dari perpustakaan itu.
Saat menuju ke luar sekolah, ia melihat Marun yang sedang tertawa lepas bersama Eshter, lalu ia berhenti sejenak. Bukan, bukan. Bukan karna mereka tertawa. Tapi karna genggaman tangan Marun terhadap Eshter yang Magenta lihat sangat kuat itulah yang membuat Magenta serasa tersetrum.
Tin-tin
"Woi! Jangan malang di jalanan dong!" seru seseorang.
Magenta yang menyadari nya langsung menyudahi tatapan yang tidak disadari oleh Marun itu. Ia langsung berjalan pergi ke halte, dan keberuntungan sedang berada di pihak nya. Metro mini datang dan Magenta pun naik, ia memilih duduk di bagian tengah dan memilih duduk di dekat jendela.
Ia pasang earphone nya untuk menenangkan jiwa nya.
'Apa selama ini gue beneran cinta ya sama Marun?, tapi kenapa harus Eshter? Kenapa secepat itu?' hati Magenta.
"Ekhemm" suara seseorang di sebelah Magenta, yang ia dengar dari sela-sela lagu kesayangannya sekaligus menyudahi lamunan nya.
Ia menengok dan mendapatkan, ya! Alam!
"Kenapa tuh nangis?" tanya Alam sambil mengerutkan dahi.
"Lah siapa yang nangis" kata Magenta yang masih tidak sadar akan kehadiran air mata nya itu.
Alam berdecak dan mulai menghapus air mata Magenta. "Nih apaan? Aer tajin?"
"Eh iya HAHAHAHA" Magenta tertawa lepas karna kebodohan nya.
"Ketawa lagi, lu kenapa nangis?"
"Aishh kepo banget, btw kok lu naek dari sekolah gue lagi?"
"Palelu!, ini udah ngelewatin sekolah gue!"
"Lah kok gue gak berasa?!"
"Ya orang nangis mana berasa"
Magenta memukul pelan pundak Alam.
"Ih sakit"
"Bodo"
Alam menarik satu earphone dari telinga Magenta. Kemudian setelah itu
"Hmm pantesan nangis, dengerin nya beginian"
"Eh sumpah demi kerang ajaib, lo ngeselin banget"
"Kiri!"
Magenta heran.
Alam menarik Magenta untuk turun.
"Eh iya udah sampe" kata Magenta heran.
"Makanya jangan terpesona mulu sama gue" sahut Alam.
Magenta hanya berdecak. Karna memang benar, sedari tadi, ia hanya memperhatikan senyuman Alam.
"Makan cendol dulu yuk" ajak Alam.
Magenta meng-iya kan.
"Lu pasti jarang-jarang makan beginian" tebak nya.
"Tau sadja" kata Magenta sambil nyengir.
Setelah beberapa menit menghabiskan cendol tanpa suara, akhirnya cendol Magenta habis duluan.
"Enak Lam" kata Magenta.
"Nanti gue ajak lagi ke jajanan pasar yang lain" kata Alam.
"Jadi gasabar" sahut Magenta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iced Girl
Teen Fiction[END] Saat semua begitu bodoh karena tak ada yang berani mengungkapkan perasaan. ........... Magenta cewek dingin seperti antero sekolah yang menyukai sahabat nya sendiri, tapi tak mampu mengungkapkannya karna takut perasaanya tak terbalas, ia mala...