Magenta ikut berdesak-desak an dengan puluhan orang yang berusaha keluar dari benda panjang itu. Kereta. Magenta tidak suka ramai. Dan sekarang ia terganggu.
Setelah sampai stasiun Kereta Api Bandung Magenta dengan tergesa, melangkah kan kaki nya untuk mencari abang ojek online yang sudah ia pesan sedari ia di kereta.
Magenta clingak-clinguk mencari abang ojek tersebut. Lalu ia melihat plat motor yang sedang ia cari. Plat motor abang grab tersebut.
"Bang! abang Salim?" kata Magenta bertanya pada abang ojek yang diyakini nya sebagai ojek yang akan ia tumpangi hari ini.
"Iya, Magenta?" tanya abang ojek itu.
"Iya bang! langsung capcus aja bang!" kata Magenta.
"Meluncurr" kata sang abang ojol tersebut.
Di perjalanan, Magenta tengok kanan kiri. Tempat ini tidak terlalu berubah banyak, pikir Magenta.Magenta terus menatap jalanan Bandung. Ia merasa tenang, meski jauh dari rumah.
Earphone yang di pasang pun mengalun kan lagu Memulai Kembali- Monita Tahalea. Magenta semakin tidak sabar ingin ke tempat itu untuk melihat Senja. Magenta melirik jam di tangan kirinya itu. 15.00.
'Masih jam 3' batin Magenta.
Setelah sampai di tempat itu, Magenta membayar ongkos nya dan langsung turun dari motor. Lalu ia berlari kecil ke arah Kafe itu. Ya. Magenta jauh-jauh ke Bandung hanya ingin mengunjungi kafe ini.
Ia masuk dan menjumpai Sepupu nya yang sedang mengelap meja bekas pengunjung.
"Lala!" seru Magenta.
"Genta!!" seru orang yang Magenta panggil Lala itu.
Mereka pun berpelukkan sebentar.
"Gentaaa lu udah lama banget ga kesini" kata Lala.
"Iya nih, makanya gua sekarang ke sini" kata Magenta yang matanya membulat.
"Nginep ga?" tanya Lala.
"Engga kayanya, nanti sore pulang. Tempat yang kemarin gua pesen ada kan?" kata Magenta.
"Siap kok, lu langsung aja. Mau di bikinin apaan nih?" kata Lala.
"Seblak, milkshake, cireng udah itu aja, nanti kalo mau gua pesen lagi" kata Magenta.
"Siapp!" seru Lala.
"La, uang nya?" tanya Magenta yang tangan nya sudah memegang uang.
"Simpen aja" kata Lala sambil berlari ke dapur.
"Yah bocah, udah mana gua pesen nya banyak lagi" kata Magenta bermonolog.
Interior kafe itu terbuat dari kayu. Bahkan tembok nya saja di lapisi kayu yang halus. Magenta berjalan ke belakang kafe untuk menemukan tempat harta karun nya. Bingo!
Rumah pohon yang Magenta pesan untuk melihat senja, kosong dan siap di isi.
Magenta berpikir apakah ia harus lewat tangga kecil ini. Apa mereka kuat menahan Magenta?
Magenta cekikikan sendiri.
Magenta dengan ransel kecil nya mencoba untuk memanjat rumah pohon itu.
Magenta memegang anak tangga atas dan dengan hati-hati memijakkan kaki nya di anak tangga itu. Dengan gesit Magenta langsung bisa menaiki tangga itu. Sampai lah ia di dalam rumah pohon itu. Tampak nya rumah pohon itu sudah di bersihkan. Di dalam nya ada alat-alat lukis dan saklar dan lampu-lampu kecil berwarna kekuningan.
Di dalam kuga ada Bantal dan selimut kecil. Dan jangan lupa poin dari rumah pohon ini adalah jendela yang cukup besar untuk melihat senja.
Magenta tiduran dan meregangkan tubuh nya sebentar. Lalu ia mendengar ada yang teriak dari bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iced Girl
Teen Fiction[END] Saat semua begitu bodoh karena tak ada yang berani mengungkapkan perasaan. ........... Magenta cewek dingin seperti antero sekolah yang menyukai sahabat nya sendiri, tapi tak mampu mengungkapkannya karna takut perasaanya tak terbalas, ia mala...