"Gen! Genta!" Marun berlari di lorong koridor mengejar gadis itu, ia tak perduli seberapa banyak orang yang memperhatikannya.
"Gen! ihh Gen tungguin gua dong" kata Marun kepada Magenta, gadis dingin se antero Sekolah.
"Hmm?" gumam Magenta sambil menaikan satu alisnya.
"Nih bekal lo ketinggalan tadi, trus si mbak nitip ke gua" Diambil nya bekal itu lalu ia meninggalkan Marun.
"Ihh tuh cewek gaada terimakasih nya sama sekali, Magenta!" teriak Marun.
Magenta sudah memasuki kelas nya duluan dan duduk di kursi nya. Ia satu meja dengan Marun, tidak usah di tanya seberapa dekat nya mereka, dulu.
"Lo ya,udah gua bawain tuh bekal, gaada terimakasih nya lagi" kata Marun sambil duduk dan mengeluarkan handphone nya.
"Thank's" satu kata keluar dari mulut Magenta, dan itu sudah cukup membuat Marun tenang.
"Eh" kata Magenta tiba-tiba.
"Apa? lo mau nyontek pr gua lagi? lo gapernah belajar apa di rumah gen?!"
"Gak"
"Yaampun kita nih udah kelas 11 sifat lo tetep aja ga beru-" omongan Marun di potong Magenta.
"Bacot, mau ngasih gak?" kata Magenta tanpa ekspresi.
"Nih, tapi lain kal-" kata Marun yang menyerahkan buku pr Matematikanya. Dan yaa, ucapannya terpotong lagi.
"Iya lain kali gua isi sendiri, terima kasih Marun baik" kata Magenta dengan seulas senyum yang lama Marun rindukan.
Jengkel dengan sifat sahabat nya, Marun pun diam sambil memainkan game online kesukaan nya. Sudah kebiasaan Magenta yang bersifat baik dan hangat jika ada mau nya saja. Seperti minta pr, minta temani pergi ke toko buku, dll. Dan Marun pun maklum dengan sahabat nya itu.
"Semuanya ganti baju olahraga, ke lapangan abis itu ya!" kata Faiz sang ketua kelas.
"Ayo Gen" kata Marun sambil menutup tas nya.
"Lo kan cowok" kata Magenta datar.
"Oh iya ya, yaudah gua duluan" kata Marun dengan cengirannya.
'kok gua bisa lupa ya kalo Genta cewek' batinya geli.
Marun ganti baju dan sejurus setelah nya ia langsung pergi ke lapangan, Ia melihat Magenta yang sudah rapih dengan baju olahraganya sedang men-dribble bola basket di lapangan.
'Cewek emang ajaib' batin Marun yang terheran mengapa begitu cepat Magenta mengganti pakaiannya.
"Ayo lah diadu" kata Marun mengahampiri Magenta.
"Siapa takut" sahut Magenta sambil tersenyum miring.
Mereka berdua bermain basket sebelum pelajaran olahraga dimulai. Kebiasaan Marun dan Magenta setiap sore saat SMP. Tapi hal itu sudah jarang di lakukan, mungkin sesekali jika Magenta bosan.
Marun rela melakukan apa saja demi menyelamatkan Magenta, pernah waktu itu Marun sampai di pukul pakai penggaris besar karna menggantikan Magenta yang di sangka menyontek saat ulangan akhir semester kemarin.
Marun menyayangi Magenta lebih dari sekedar sahabat. Tapi Marun memilih untuk diam. Karna hanya orang bodoh yang menyatakan cinta kepada sahabat nya. Karna pasti setelah itu, ia kehilangan sahabat dan orang yang ia sayang, begitu prinsip Marun.
Jadi selagi Marun mampu, Marun akan melakukan nya untuk Magenta, meski Magenta hanya membalasnya dengan ucapan 'terima kasih'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iced Girl
أدب المراهقين[END] Saat semua begitu bodoh karena tak ada yang berani mengungkapkan perasaan. ........... Magenta cewek dingin seperti antero sekolah yang menyukai sahabat nya sendiri, tapi tak mampu mengungkapkannya karna takut perasaanya tak terbalas, ia mala...