Waktu memperbaiki segalanya.................................
Hangat.
Itu yang hilang dari diri Magenta selama beberapa tahun terakhir.
Andai saja mereka tak sekejam itu pada dirinya, pasti hatinya juga tidak akan membeku.Air mata Magenta seperti mengkristal, tidak keluar.
Padahal atmosfer haru lah yang mendominasi tempat itu.Rosa melepaskan pelukannya. Marun yang berada di belakang nya pun hanya bisa terdiam melihat suasana kaku seperti ini.
Magenta memutar badan nya dan menarik tangan Marun untuk meninggalkan tempat itu.
Molekul-molekul masalah mulai menumpuk menjadi-jadi di otaknya. Banyak yang harus ia pikirkan, banyak yang harus ia cari.
Sementara Magenta pergi, Rosa dan Raja terdiam memikirkan apa yang telah mereka lakukan.
...............
Magenta keluar rumah diikuti Marun yang bingung kemana Magenta akan membawa nya.
Magenta berjalan keluar komplek, dan berbelok ke arah Kedai es krim yang pernah ia kunjungi. Sekarang kedai itu berubah menjadi caffe lebih tepat nya. Tempat nya di perbesar dan banyak tambahan menu selain es krim di dalam nya.
"Chocolate and matcha ice cream, rooftop" kata Magenta pada salah satu pelayan.
Pelayan yang bingung pun segera meng-iya kan pesanan Magenta.
Magenta terus menarik Marun ke atas. Caffe ini baru buka, karna baru jam 11, jadi belum banyak orang yang berkunjung. Hanya satu orang sedang bermain dengan laptop nya, dan satu lagi sedang membaca buku. Ditambah mereka berdua jadi hanya ada 4 pengunjung sekarang.
Setelah sampai di rooftop, Magenta langsung duduk di sofa yang memang sudah di sediakan oleh pemilik caffe untuk para pemuda berkumpul.
Marun mengikuti nya duduk. Marun melihat Magenta menghempaskan badannya sangat keras ke arah sofa itu sambil menghembuskan nafas nya.
"Mau ngapain coba? masih pagi" kata Marun.
"Es krim" kata Magenta asal.
"Idih, masih pagi udah makan es krim" kata Marun.
"Biarin" kata Magenta.
Beberapa menit kemudian Es krim datang dan Magenta membuka pembicaraan.
"Habis ini gue harus apa?" tanya Magenta.
"Menurut lo?" tanya Marun.
"Malah nanya balik" kata Magenta kesal.
"Ikutin kata hati lo" kata Marun.
"Hati gue abu-abu, gabisa" kata Magenta dengan es krim yang ada di mulutnya.
"Kan masih punya otak" kata Marun.
"Oh iya juga" kata Magenta.
Mereka menghabiskan es krim nya.
Lalu kali ini Marun yang membuka suara."Bagaimana kalau Mencari , Memaafkan dan Mengikhlaskan?" Marun memberikan saran.
"Itu slogan?" tanya Magenta yang tak mengerti.
"Itu jawaban dari pertanyaan lo yang tadi" kata Marun.
Sejenak Magenta berpikir. Dan kemudian ia tersenyum. "Boleh juga, gue coba"
"Nanti gue bantuin, pasti" kata Marun sambil tersenyum juga.
..................
Alam mengendarai sepeda ontel nya ke rumah Magenta. Tiba-tiba saja sore ini Magenta mengajak nya untuk bertemu. Setelah sampai ke depan rumah Magenta. Alam langsung memarkirkan sepedanya.
Dan sangat kebetulan, Magenta sedang duduk di teras rumah sambil menatap kosong langit sore. Alam langsung menghampiri nya.
"Assalamualaikum, hei Gen!" kata Alam sambil membuka gerbang.
"Eh Alam!" kata Magenta kaget.
"Tumben pengen ketemu gue" kata Alam sambil nyengir.
"I need your help right now" kata Magenta yang air muka nya berubah menjadi serius.
"Lu mau gua bantu apa?" kata Alam yang ikut penasaran.
"Hmm, kayaknya gue harus cerita dari awal" kata Magenta.
Lalu Magenta mulai membuka ceritanya, menceritakan semua nya. Dan Alam yang sudah siap mendengarkan pun memasang telinga nya lebar-lebar.
Magenta berakhir bercerita saat langit sudah mulai menampakkan jingga nya. Dan lama kelamaan, langit itu di padu dengan jingga, merah dan kuning berpadu menjadi satu.
"Trus intinya lo harus bantuin gue nyari ayah gue yg sebenernya, gimana? lo keberatan ga?" tanya Magenta dengan wajah serius.
"Engga ah gue enteng kok" canda Alam.
"Ih malah bercanda" kata Magenta sambil menepuk pundak nya.
"Iya, gue siap! mau mulai kapan?" kata Alam sambil berdiri.
"Besok?" kata Magenta yang ikut berdiri.
"Aye-aye kapten!" kata Alam menuju pagar rumah Magenta.
Lalu melihat ketulusan Alam, air muka Magenta berubah menjadi haru.
"Loh kok lu kayak pengen nangis?, jangan nangis dong. Nanti warna nya kaya langit itu tuh, yang udah bercampur sama ungu. Jadinya gelap" kata Alam yang terhenti di depan pagar.
Magenta tersenyum.
"Gue pulang dulu ya udah ke sorean, besok pagi, gue dateng ke sini" kata Alam meyakinkan.
"Hati-hati bye!" kata Magenta sambil tersenyum.
"Bye!"
Sementara itu, Marun memperhatikan sambil duduk di ambang jendela.
.............................
Guys, sumpah sorry bgt gue lama update nya. Ingkar janji gitu ya?
padahal udah lewat dari tanggal 9 :(Jadi kenapa gue late update, bcs gue di suruh ikut english debate gitu. Trus gue fokus bikin argumen gitu.
Fyi, ini update masi di tempat debat :)
Sorry ya kalo ni chapter gajelas.
But, i'm try the best!Good chapter or bad chapter?
See you!
![](https://img.wattpad.com/cover/112846537-288-k79087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Iced Girl
Teen Fiction[END] Saat semua begitu bodoh karena tak ada yang berani mengungkapkan perasaan. ........... Magenta cewek dingin seperti antero sekolah yang menyukai sahabat nya sendiri, tapi tak mampu mengungkapkannya karna takut perasaanya tak terbalas, ia mala...