Magenta pov'
Sungguh, Tuhan sangat mengerti dengan perasaan ku. Aku sangat bersemangat saat melihat cengiran di wajah nya yang memakai kaca mata itu.
Sungguh, aku merasa sangat bahagia. Entah kenapa. Tadi dia berjalan bersama ku dari depan komplek sampai ke rumah ku. Saat ku tawari dia masuk, dia menolaknya katanya
"Cukup sampe sini aja lo pasti aman"Begitu katanya. Di perjalanan kami membicarakan hobi kami. Hobi dia tepat nya. Karna lebih dominan aku yang bertanya tentang hal kesukaannya. Dia suka futsal, beda sama Marun.
Dia gak suka baca, dia gak suka basket, dia suka baca komik, dia suka berkhayal. Dan itu semua bertolak belakang dengan Marun.Ah Gen!
Kenapa setiap laki-laki pasti aku bandingkan dengan Marun. Seakan-akan di dunia ini hanya Marun lah laki-laki yang ku kenal. Stop bahas marun!
Dia selalu nyengir, kadang tersenyum. Memakai kacamata, dan sweater biru dongker. Tanpa melakukan apa-apa ia bisa membuatku tersenyum sendiri. Ada sesuatu dalam diri nya yang dengan otomatis terhubung dengan otak ku dan membuat ku tersenyum.
Ah Alam! kamulah orang nya!
Aku berpikir untuk melupakan perasaan ku pada Marun. Aku akan mulai membiasakan dan menganggap perasaan ku terhadap Marun hanyalah angin lewat semata. Dan akan ku ganti perasaan itu dengan perasaan sayang terhadap saudara ku.
Dengan langkahnya yang santai, Alam bisa membuat ku nyaman dalam sekejap. Bahkan tak ada kecurigaan yang terlintas di otakku kalau dia akan membunuhku. Ah itu terlalu creepy.
Aku baru pernah merasakan percaya langsung kepada seseorang setelah sekian lama kepercayaan ku kepada manusia selain Marun dan mbak riska lenyap.
Ingin sekali ku deskripsikan bagaimana Alam itu. Aku benar-benar, ah sudahlah percuma aku tidak akan bisa mengungkapkan nya.
Tapi, apakah besok aku bisa bertemu lagi ya?........
Marun pov'
Sekarang aku disini. Bersama perempuan yang sedang tertawa lepas. Entah siapa penyebab nya. Mungkin aku.
Setelah pulang sekolah, aku dan Eshter langsung ke mall terdekat dari sekolah. Aku menemaninya membeli perlengkapan lukis, katanya dia suka melukis.
Lalu jalan-jalan sebentar, dan akhirnya terjebak hujan.Sambil menunggu, aku membeli es krim dan kentang goreng di salah satu tempat makan yang berjejer di mall itu. Kami duduk di salah satu kursi yang kosong.
Aku menikmati es krim ku, lalu Eshter bercerita-cerita tentang bagaimana ia di Austria. Sampai dia bertanya
"Run, lo suka sama siapa?"
Deg.
"Run?" tanya nya memastikan bahwa aku masih hidup.
"Ehh ahaha tadi lo nanya apa?" kataku gelagapan.
"Lo lagi suka sama siapa?" tanyanya.
"Gue bisa percaya lo gak?" tanyaku.
"Bisa, 100% lo bisa percaya sama gue" jawabnya.
"Gue suka sama Magenta" kataku.
"Heum, sudah tertebak, friendzone"
"Tapi gue udah mutusin buat move on, gue gamau ganggu dia yang notaben nya pacaran sama sahabat lo itu" kataku agak ketus.
Eshter diam. Lalu beberapa saat kemudian dia angkat suara.
"Run? lo tau gak apa yang buat gue dateng ke sini?" tanya nya, suaranya agak berat seperti sedang menahan beban.
Aku menggeleng.
"Karna gue mau bareng lagi sama Eza, karna gue udah yakin kalau gue bakal selalu sama Eza dan bakal selalu begitu
"Tapi gue salah, orang yang ngasih gue petunjuk ke rumah Eza lah yang sebenarnya jadi orang yang di pilih Eza. Waktu gue denger Eza pacaran sama Magenta, rasanya gue pengen balik aja ke Austria. Gue ga nyangka kalo selama ini ternyata gue salah, perasaan gue ga pernah di bales, dia cuma anggap gue sebagai sahabat. Gak lebih" kata Eshter sedikit meneteskan air matanya.
"Waktu gue tau Eza pacaran sama Magenta, gue bingung harus gimana. Menjauh? tapi gue tau Magenta butuh gue. Kalo terlalu deket, gue bisa di bilang orang ke tiga sama oknum yang tidak bertanggung jawab" kata Marun dan ampuh! membuat Eshter tertawa kecil.
"Lo tuh aneh ya, orang lagi mellow gini bisa aja lo bikin gue nyengir"
"Udah ah gausa galau"
"Tapi Run, gue udah putusin juga buat jaga jarak dari Eza. Gue tuh cuma sahabat kecil dia doang, gak lebih. Seharusnya gue emang udah sadar dari dulu. Gue bakal cari yang lain, toh kalau jodoh pasti gue bakal tetep sama Eza" kata Eshter dengan senyum yang mulai berkembang.
"Baru mau ngomong, hehe" kata ku sambil nyengir dan di balas Eshter dengan melempar kentang goreng nya.
Setelah hujan reda, aku mengantar Eshter sampai depan rumah nya. Rumah nya bersebelahan dengan Eza jadi tidak perlu repot.
"Run makasih ya, berkat sesi curhat tadi gue jadi lega"
"Sama gue juga, kapan-kapan jalan bareng lagi ya"
"Okeesiap"
"Gue pulang dulu"
"Iya hati-hati"
Dan aku pun memacu motorku dengan kecepatan sedang. Dialah orang nya.
..................
Vote and comment nya gaes
hehe, kalo mau kasih saran, bahkan kritik tulis aja di komen gue orang nya welcome kok termasuk sama komentar kalian 😘
Ingat, gue sayang kalian (:❤️,
Natasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iced Girl
Teen Fiction[END] Saat semua begitu bodoh karena tak ada yang berani mengungkapkan perasaan. ........... Magenta cewek dingin seperti antero sekolah yang menyukai sahabat nya sendiri, tapi tak mampu mengungkapkannya karna takut perasaanya tak terbalas, ia mala...