Fleck?

5.8K 166 9
                                    

Memasuki usia kandungan tujuh bulan, Kusuma selalu diawasi oleh perawat yang menemani dari pagi sampai sore karena Rendy atau seseorang dirumah ini sibuk dengan urusan masing-masing. Hal itu terkadang membuat Kusuma gerah. Ia tidak mau dibuntuti terus.

OMG.. Ia hamil bukan sakit! rutuk Kusuma sekarang didalam perpustakaan. Perutnya sudah sangat besar sampai kakinya sendiri tidak bisa ia lihat dari balik perutnya yang membusung. Perawat yang dipilihkan dokter Silvi ini memang khusus dipilihkan untuk ibu mengandung. Seorang wanita berumuran sekitar 36 tahun yang sudah senior dibidangnya.

"Mbak Septi.. saya tidak usah dijagain terus. Mbak Septi bisa nonton diruang keluarga sana. Saya akan baik-baik saja kok." Kusuma berkata dengan nada agak sebal.

Mbak Septi tersenyum lembut. Ia bekerja sudah puluhan tahun dan menghadapi para ibu yang bermacam-macam. Ia sangat takjub dengan kepribadian istri dari pak Rendy ini. Seoarang wanita sederhana yang baik hati walaupun kadang mulutnya sangat cerewet kalau lagi kesal seperti sekarang karena tidak mau diawasi terus.

"Tidak apa kok Kus, aku suka menemani kamu kok." ujar mbak Septi lembut.

Karena sudah 3 bulan mendampingi Kusuma. Mereka berdua sudah akrab, Kusuma tidak mau dipanggil dengan sebutan ibu atau nyonya. Ia wanita biasa. Panggil nama saja katanya waktu mbak Septi pertama kali datang ke rumah ini.

"Tapi.. mbak.. aku gerah disini terus.." kilah Kusuma sebal.

"Kus.. sebentar lagi suami kamu pulang. Aku tidak mau jadi sasaran beliau marah, karena kalau suami kamu marah itu sangat menakutkan." jawab mbak Septi cepat. Ia tidak pernah sih melihat pak Rendy marah, tapi wajah suami Kusuma itu sangat dingin jika berhadapan dengan orang lain yang tidak terlalu kenal.

"Ugghh.. mbak Septi tidak asyik nih.. Ia tidak akan marah sama saya." sambar Kusuma.

"Iya tidak marah sama kamu Kus.. nanti malah marah sama saya. Berabe kan." mbak Septi jadi cemberut.

"Heehee.. Iya..maaf mbak.. Suamiku itu memang serigala pemarah.." lanjut Kusuma.

"Serigala ya.. AAAAAUUUU..." canda mbak Septi membuat Kusuma tertawa terbahak-bahak.

Suara Kusuma yang tertawa itulah terdengar oleh Rendy yang baru masuk ke ruang keluarga.

"Dasar wanita hamil! Apa yang membuat dirinya tertawa senang seperti itu. Telingaku ini panas, pasti dia lagi membicarakan diriku ini." rutuk Rendy keki.

Rendy berjalan masuk ke ruang perpustakaan dimana suara itu terdengar jelas.

"Well, selamat sore ibu-ibu. Apa yang membuat ibu hamil besar ini tertawa sangat senang?" tanya Rendy sambil menaikkan alisnya.

Kusuma yang mendengar suaminya datang tiba-tiba tanpa mengetuk pintu perpustakaan menjadi kesal.

"Iggghhh.. mas ini. Main masuk saja. Kami lagi bergosip atuh. Tidak boleh pria ikutan. Dilarang!" ungkap Kusuma sambil nyengir kesal. Emosinya naik turun terus selama masa kehamilan.

Rendy mengamati wanita pujaan hatinya itu. Tubuh istrinya itu bercahaya karena hamil, wajahnya terlihat sangat bahagia. Perut Kusuma sangat menakjubkan dengan membusung besar seperti itu, ia langsung tegang seketika. Kalau tidak ada mbak perawat disini langsung ia terkam istrinya itu disofa batin Rendy.

Rendy berdehem untuk melegakan tergorokannya karena otaknya melenceng memikirkan sesuatu disofa bersama istrinya itu.

"Mbak Septi, bisa tinggalkan kami berdua sekarang. Mbak bisa pulang jika mau untuk hari ini." kata Rendy tanpa melihat mbak Septi yang sedari tadi memperhatikan lelaki seperti macan gunung ini menatap istrinya dengan tatapan membara.

MENCARI CINTA YANG SEDERHANA {Geng Rempong : 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang