Ketukan (2)

2.4K 167 5
                                    

Kusuma tidak bisa menahan gelembung rasa tawanya. Ia tertawa terbahak-bahak tanpa rasa sopan santun. Ini sangat langkah terjadi pada dirinya. Kepala dan tangan kanan kusuma bersandar didada Rendy sambil masih tertawa. Setelah sekitar tiga puluh detik tertawa, Kusuma menarik napas panjang dan tersadar kalau ia sedang bersandar pada mas Rendy. Takut-takut ia mendongakkan kepalanya dan memandang mas Rendy yang sedang mengangkat alisnya.

"Sepertinya kamu sangat puas tertawa. Aku lapar, malam tadi terlalu sibuk untuk seminar jadi tidak sempat makan malam." Rendy mengernyit dalam hati, kenapa pula ia harus menjelaskan hal itu kepada wanita ini. Seolah wanita ini nanti peduli saja dengannya.

"Hmmm.. Maafkan saya pak.. eeehh.. Mas Rendy. Bukan maksud saya untuk membuat mas tidak nyaman karena saya tertawa." Kusuma melepaskan tangan kanannya dari dada kiri Rendy seolah baru sadar tangannya itu bertengger dimana.

Rendy merasakan seolah kehilangan karena tangan itu terlepas dari dadanya. Ia yang masih memegang tangan kiri Kusuma pun sepertinya tidak rela untuk melepaskan tangan itu. Namun, Kusuma menarik tangannya itu dari genggaman jari-jari kuat Rendy.

"Mas.. lepaskan tangan saya. Please.." Kusuma berkata lembut sambil tersenyum tulus.

Rendy mau tak mau harus melepas tangan itu. Kusuma mundur selangkah dan merapikan kemejanya yang sudah dijahit.

"Nah.. sudah siap kemejanya. Kalau mas sudah lapar segera kenakan kemeja ini dan turun untuk sarapan. Well, karena tugas saya selesai. Saya mau permisi turun untuk kembali bertugas." Kusuma menyerahkan kemeja itu dan Rendy menerimanya.

Rendy segera memakai kemeja tersebut dengan cepat mengancingkan semua kancing dan merapikan ujung kemeja ke dalam celana dasarnya. Kusuma menunggu dengan sabar sampai mas Rendy selesai memakai kemeja. Ketika Rendy memakai dasi, letak dasi itu tidak rapi. Refleks Kusuma mendekat, meraih dasi tersebut dan membetulkan letak dasi tersebut. Setelah selesai ia menepuk-nepuk dada itu menggunakan kedua tangannya dengan puas seolah sudah beres pada tempatnya.

Rendy terdiam mengamati Kusuma yang menepuk-nepuk dadanya dengan santai. Dan seolah wanita itu memang berhak melakukannya. Ia memegang kedua lengan wanita ini dan memakunya ditempat supaya tidak bergerak. Ia memandangi Kusuma dengan pemahaman yang baru. Wanita ini peduli dengannya bahkan sangat peduli. Lihatlah apa yang dilakukan wanita ini ketika ia tidak rapi memakai dasi. Seperti seorang istri yang menyiapkan pakaian serta membantu suaminya untuk siap-siap bekerja. Rendy tersenyum senang dalam hati.

Kusuma merasa bingung, kenapa dirinya seperti ini. Sepertinya ia terlalu menyosor  mendekat kepada lelaki nan macho ini. Waduh..waduh..gassswwat..Kusuma memukul dirinya sendiri diotaknya. Apa pendapat mas Rendy nanti padanya. Walah...Ingat Kusuma, kamu siapa? Jangan seperti pungguk yang merindukan bulan. Dan ingat kamu sekarang bekerja, jauh dari orang tua. Harus mampu menjaga diri termasuk menjaga hatinya dari lelaki, khususnya seperti lelaki yang didepannya ini.

Mereka berdua sibuk saling pandang memandang. Dering nada masuk dihandphone Rendy yang didalam celana panjangnya memutuskan jalinan mantra magis yang mungkin sempat terjalin.

Rendy melepaskan Kusuma, namun memperingatkan Kusuma agar jangan kabur dengan mengangkat tangannya dan mengajungkan jari telunjuk untuk menyuruh Kusuma tetap ditempat. Kusuma diam dan mematuhi perintah mas Rendy tanpa banyak tanya.

"Yaa Rif? Ada apa?" Rendy menjawab telepon dengan dingin.

Syarif yang disaluran handphone terdiam mendengar nada dingin bosnya itu.

"Begini bos, ini sudah jam tujuh empat lima. Apa bos tidak turun untuk sarapan. Saya sudah direstoran hotel nih dari tadi. Bos malam tadi kan tidak makan. Apa tidak krucuk-krucuk tuh perut." Syarif nyerocos seperti wanita.

MENCARI CINTA YANG SEDERHANA {Geng Rempong : 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang