Terbakar Amarah

3.4K 183 14
                                    

Seminggu berlalu di rumah kediaman ibu Widya. Kegiatan dirumah itu berjalan lancar, tidak ada kejadian yang terlalu penting untuk dikhawatirkan keluarga ini.

Ayah Rendy sibuk seperti biasa, begitu pula Rendy. Kusuma yang bekerja dihotel juga beraktivitas seperti biasa. Suasana hati Rendy kepada Kusuma minggu ini terkesan dingin lagi seperti tidak ada peristiwa dipilar beton samping kamar ibu Widya.

Kusuma pun bersikap seperti biasa. Ia tidak akan terpengaruh dengan sikap mas Rendy yang tidak menentu itu. Ibu Widya masih ditemani perawat, tetapi sekarang sudah bisa berjalan sendiri. Ia juga sudah bisa makan dengan normal, namun dikontrol dengan baik.

Ibu Widya sesekali turun ke taman bunga miliknya dan merawat bunga-bunga yang sudah lama tidak ia sentuh. Kusuma menemani ibu Widya tersebut sementara perawat yang menjaga dibiarkan istirahat sejenak.

Perawat muda yang menjaga ibu Widya juga masih suka memperhatikan Rendy dengan terpesona. Rendy yang menyadari hal tersebut dari perkataan Kusuma waktu itu tidak ambil pusing. Ia memang sudah biasa dilirik para wanita, tapi ia tidak merasa biasa jika yang melirik itu adalah Kusuma. Namun, wanita mungil itu tidak memperdulikannya selain ibunya, novel, ataupun makanan. Sepertinya tiga hal itu saja yang bisa membuat wanita itu teralihkan perhatiannya.

Seperti halnya siang ini dihari minggu. Kusuma tidak bisa menemani mbok Ina di dapur karena ibu Widya melarangnya masuk dapur. Ibu Widya mengatakan bahwa ia sudah lama tidak membantu mbok Ina, jadi ia saja yang menemani mbok Ina memasak untuk makan siang. Well, Kusuma sekarang di ruang perpustakaan sedang membaca novel.

Rendy baru pulang dari kegiatan training bersama anak buahnya memasuki ruang keluarga dan mendengar bunyi handphone. Ia melihat hanphone Kusuma yang berdering. Ia tidak melihat Kusuma disini. Kemana wanita itu? Handphone ditinggal sembarangan saja batin Rendy. Ia mengambil handphone yang berdering tersebut dan melihat nama yang tercantum dilayar handphone 'MyBeib'.

Muka Rendy langsung memerah menahan amarah. Ia meremas handphone tersebut seakan ingin menghancurkan benda itu. Wanita itu sudah punya kekasih? Berani sekali wanita itu! Ia menekan tombol angkat telephone.

"Alohaaa cinnnn? Apa kabarmu?" Suara lelaki terdengar dari dalam telephone.

Telinga Rendy berdenging. Napasnya memburu. Matanya membara.

"Kusuma tidak ada ditempat!!" Rendy menjawab dengan dingin dan mematikan handphone tersebut sebelum ia mendengar jawaban dari lelaki lagi

Rendy mencari Kusuma dikamar tidurnya tapi tidak ada, ia menanyakan Kusuma pada perawat yang duduk diruang makan dengan nada marah namun perawat itu menjawab tidak tahu dengan rasa takut.

Kemana penyihir mungil itu?

Ruang perpustakaan, pasti disitu wanita itu bersemedi. Rendy segera ke perpustakaan dan membuka pintu. Benar saja, Rendy melihat Kusuma lagi memanjat tangga pendek untuk mengambil sebuah buku yang terletak diatas jangkauannya.

Kusuma tidak menyadari ada banteng yang mengendus marah dibelakangnya. Ia menarik sebuah buku dari tempatnya tepat ketika ada tangan kuat membalikkan tubuhnya secara agak kasar. Ia melihat mas Rendy yang mukanya seperti menahan amarah. Matanya berkilat dingin. Ada apa ini batin Kusuma bingung.

"Kenapa mas? Apa yang terjadi?" Kusuma bertanya dengan nada khawatir.

Rendy memposisikan Kusuma ditangga itu dengan tubuh bagian belakang wanita itu bersandar ditangga. Rendy mencengkram pinggang Kusuma dengan kuat menyebabkan wanita itu meringgis tanpa ia pedulikan. Karena Kusuma berada ditangga, maka posisi Kusuma tidak terlalu pendek lagi dengan Rendy. Kusuma dapat melihat dengan jelas rahang mas Rendy yang berdenyut marah.

MENCARI CINTA YANG SEDERHANA {Geng Rempong : 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang