Selonjoran

2.8K 186 4
                                    

Ibu Widya meletakkan nampan berisi camilan untuk Kusuma di meja. Ia mendekati anaknya yang basah kuyup dengan membawa Kusuma dalam dekapannya. Ada apa lagi ini? Batin ibu Widya.

"Ada apa nak, kenapa Kusuma kamu gendong? Apa terjadi sesuatu?" Ibu Widya bertanya dengan nada cemas

Rendy menahan rasa untuk mencengkram pinggang Kusuma dengan keras. Lihatlah apa yang ibunya rasakan karena perbuatan wanita ini yang keluar dari kamar ketika masih dalam keadaan lemah.

"Tidak ada apa-apa bu, tadi aku berenang dan Kusuma mencari udara segar . Setelah itu ingin masuk ke kamar. Jadi aku membantunya dengan mengangkatnya seperti ini." Rendy menuturkan penjelasan kepada ibunya dengan bijak.

Kusuma hanya terdiam tidak bersuara. Ia merasa bersalah karena ibu Widya begitu khawatir. Mas Rendy benar, ia hanya bisa membuat orang lain khawatir saja. Ibu Widya mengambil handuk dari kamar mandi.

Rendy menurunkan Kusuma diujung tempat tidur. Kusuma menunduk dan masih tidak berani menatap langsung ke arah mas Rendy. Ketika ia sudah duduk di ujung tempat tidur, ibu Widya menghampirinya dengan membawa dua handuk. Satu untuknya dan satu untuk mas Rendy. Rendy mengambil handuk yang disodorkan oleh ibunya dan mengusapkannya ke tubuhnya. Berhubung celana panjangnya basah dan membuat lantai kamar tidur ini juga basah.

"Aku akan ganti pakaian dan ibu pastikan jangan sampai wanita ini keluar dari kamar dan mencari masalah". Rendy berkata dengan geram seraya berlalu dari kamar tidur Kusuma.

Ibu Widya mengamati wajah Kusuma yang tertekan karena omongan anaknya tadi.

"Dengarkan ibu nak, kamu jangan tersinggung ya dengan ucapan Rendy tadi. Ia hanya khawatir kamu kenapa-kenapa nanti kalau turun dari tempat tidur".

Kusuma hanya menganggukkan kepala seraya melebarkan handuk dan melilitkan ke tubuhnya. Ia meminta bantuan ibu Widya untuk mengambilkan baju lengan panjangnya karena baju yang dipakainya sekarang basah.

Kusuma memakai baju ganti dibantu oleh ibu Widya. Setelah itu ia makan camilan berupa pisang goreng krispi dibalur keju dan coklat yang disediakan oleh mbok Ina. Sungguh beruntung ia mengenal keluarga ini. Ketika lagi enakan ngemil, Rica masuk dengan heboh seraya berkata,

"Yuhuuuu.. apa kabar ciinnnn? Sudah mendigan kah? Maaf ya teh.. ngak bisa menemani. Tapi sepertinya teteh fine aja nih". Rica langsung ikutan nimbrung ngemil.

Ibu Widya dan Kusuma tersenyum dengan perkataan Rica tersebut.

"Iya, saya sudah mendingan nih". Kusuma memberi info lebih lanjut. "Kalau Rica sibuk, ngak apa-apa kok. Kan sudah ada ibu Widya juga".

"Betul itu nak, kamu kan masih fokus dengan bisnismu". Ibu Widya menambahkan.

"Hmmm.. iya sih tante. Tadi aja ngak tahu bakalan sampe sore. Ternyata banyak yang harus dicross check barangnya". Rica menjelaskan sambil terus mengigit pisang krispi yang lezat ini.

"Baiklah. Ibu tinggalkan kaliam berdua untuk bergosip ria. Ibu mau menemani mbok Ina prepare makan malam". Ibu Widya permisi keluar dan menutup pintu dengan perlahan.

Kusuma dan Rica bercerita tentang kuliner yang harus dicoba seperti tahu susu Lembang, yoghurt Cisangkuy, Rumah Sosis, Iga bakar selama berada di Bandung ataupun daerah wisata lokal hits yang harus dikunjungi seperti Tebing Keraton, Kawah Putih Ciwidey, The Lodge Maribaya, dan lain-lain.

Rica sangat menyukai teteh Kusuma. Ia beranggapan wanita yang berada didekatnya ini sederhana dan sangat cerdas. Ia tahu dari ibu Widya bahwa teteh Kus harus resign dari pekerjaannya demi alasan kesehatan ibunya. Itulah yang membuat Rica sangat suka dengan sikap tersebut. Seorang anak yang harus melepaskan pekerjaannya demi menjaga orang tuanya. Dan seperti teteh Kus bilang ke ibu Widya bahwa rezeki akan uang bisa dicari lagi tetapi rezeki kesehatan itu harus dijaga dan lebih berarti daripada uang. Pemikiran yang sangat kritis bukan.

MENCARI CINTA YANG SEDERHANA {Geng Rempong : 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang