VL [11]

17.5K 1.2K 93
                                    

Menghela nafas panjang, Mila akhirnya mengikuti keinginan Kevin. Ia memanggil Sum dan meminta Sum untuk menuntun Kevin ke ruang makan. Sementara Mila, dalam diam mengekor di belakang Kevin dan lagi-lagi ia hanya bisa tersenyum miris, karena Kevin benar-benar mengabaikannya dan menganggapnya tidak ada.

Kevin hanya mengajak Sum bicara, bahkan setelah selesai makan pun Kevin sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Mila yang sejak tadi berada di dekatnya.

Menyedihkan memang, namun walau begitu Mila cukup senang karena Kevin makan dengan lahap dan itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Sekarang kita ke kamar lagi ya?" Tidak peduli mendapat penolakan lagi dari Kevin. Dengan manjanya Mila merangkul lengan Kevin.

"Jangan berpura-pura manis di depanku, Mila! Bersikaplah biasa saja atau abaikan saja aku!"

Mila memejamkan matanya sejenak. Ia tentu tidak lupa bagaimana sikapnya pada Kevin sebelum Kevin pergi dari rumah. Tapi sampai kapan Kevin akan terus menyindirnya dan berapa lama Kevin akan membalas perlakuannya dengan berisikap dingin padanya?

"Aku sedang tidak berpura-pura sayang"

Kevin tersenyum sinis. "Simpan saja bualanmu! Aku tidak ingin mendengarnya"

"Sayang!" Jujur saja Mila tersinggung, tapi ia juga bingung harus berkata apa agar Kevin kembali percaya padanya.

"Kenapa? Apa kamu tersinggung? Marah? Atau kamu ingin memakiku dan mengataiku suami yang tidak berguna yang hanya bisa menyusahkanmu karena aku buta?!"

Mila menatap sendu Kevin.

"Kamu tidak bisa menjawabku kan?"

"Ya Tuhan, bukan begitu sayang"

"Lalu apa?"

"Aku mohon jangan seperti ini" Pinta Mila.

Kevin tertawa geli. "Oh ayolah Mila seperti apa maksudmu?"

"Kamu berubah sayang"

"Kamu juga sudah banyak berubah, Mila. Dan aku sadar aku sudah kehilangan Milaku, istri yang sangat aku cintai"

Satu kata... Sakit! Mila merasa tertampar, dan rangkulannya pada Kevin semakin erat.

"Kamu salah, kamu tidak pernah kehilanganku. Aku masih Milamu" Ucap Mila lalu kedua tangannya dengan cepat melingkar di leher Kevin, menarik pelan tengkuk Kevin sebelum akhirnya menempelkan bibirnya di bibir Kevin, menciumnya dengan begitu lembut seakan ia sedang memuja bibir Kevin yang selama ini sudah menjadi candu untuknya. Membuat Kevin yang merasakan lumatan lembut bibir Mila menggeram dalam hati dan kedua tangan Kevin mengepal di kedua sisi tubuhnya.

Sialan bibir manis Mila menggodanya dengan begitu lihai dan rasanya sangat rugi kalau Kevin tidak membalas lumatan bibir Mila. Tapi tidak! Yang ada Mila akan senang dan itu tidak boleh terjadi.

Hanya saja aaarrrggghhh... Bibir Mila yang sialan manis kenapa begitu menggairahkan?

Sial Kevin tidak tahan dengan sensasinya yang begitu lembut dan... Astaga tidak Kevin, jangan okay jangan...!

Kevin terus meyakinkan hatinya dan menjernihkan pikirannya yang sudah mulai berkabut. Dengan sangat tidak rela akhirnya Kevin hanya diam dan membiarkan Mila terus mencium bibirnya tanpa ada respon darinya.

Dan tentu saja itu sangat sukses membuat Mila merasakan penolakan lagi, dan kali ini benar-benar sangat sukses melukai hatinya.

Dengan menahan denyutan nyeri yang menusuk hingga ke ulu hatinya. Mila melepaskan ciuman sepihaknya di iringi bulir bening yang luruh dari mata indahnya.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang