VL [19]

14.8K 1.1K 46
                                        

Senyum Mila terbit dengan indah, rasa takut dan juga shocknya menguap begitu saja. Ciuman Kevin di dahinya membuat Mila sangat nyaman. Namun begitu Kevin membawanya masuk ke dalam mobil, senyum Mila seketika menghilang dan kini bibirnya mengerucut sebal.

Astaga, bukannya disayang-sayang, Mila malah diomeli habis-habisan oleh Kevin. Bagaimana Mila tidak kesal? Huh, benar-benar menyebalkan. Padahal tadi Kevin terlihat sangat keren saat menolongnya.

"Kamu benar-benar membuatku takut, Mila. Bagaimana kalau tadi kamu mati terinjak?" Kemarahan sekaligus kecemasan terlihat jelas dalam sorot mata Kevin. "Astaga kenapa kamu hanya diam?" Kemudian Kevin menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu sangat sukses membuat jantungku hampir berhenti berdetak Mila. Dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau tidak ada aku tadi" Ucap Kevin.

"Maaf"

"Apa permintaan maafmu itu penting sekarang? Tidak Mila! Demi Tuhan, jangan melakukan sesuatu yang..."

"Aku tahu, maaf" Potong Mila cepat. "Jangan marah"

"Aku mengkhawatirkanmu"

Hati Mila menghangat mendengarnya dan Mila tidak bisa untuk tidak tersenyum. Tapi walau begitu Mila tidak berani menatap Kevin. Lebih tepatnya sejak masuk ke dalam mobil dan Kevin mulai mengomel, Mila hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Aku tahu"

"Kalau begitu angkat wajahmu, Mila sayang." Sebuah perintah yang membuat Mila semakin menundukkan wajahnya. Kevin memangkunya dan sesekali mengecupi puncak kepalanya, tapi mulutnya terus saja mengomel. "Kenapa diam? Aku bilang angkat wajahmu dan tatap aku"

Mila menghela nafas panjang. Demi apapun karena Kevin terus memarahinya, Mila bahkan melupakan Prilly. Apakah Prilly masih terjebak ditengah kerumunan di dalam sana, ataukah tidak? Mila sama sekali tidak tahu.

"Sayang lihat aku dan katakan dimana yang sakit, heum?" Kali ini suara Kevin terdengar lembut. Namun entah kenapa, Mila justru merasa Kevin akan kembali mengomelinya.

Sial! Tapi usapan lembut yang berasal dari tangan Kevin di pinggangnya membuat Mila memejamkan kelopak matanya sejenak.

Oh tunggu, apa sekarang suaminya yang sialan tampan ini sedang menggodanya? Seketika Mila merasakan panas dipipinya dan Mila sangat yakin pipinya pasti merona merah.

Perlahan Mila mengangkat wajahnya dan detik itu juga tatapan matanya bertemu dengan sorot tajam Kevin.

Menelan salivanya susah payah, Mila pun mengerjapkan matanya berkali-kali kemudian berucap. "I-itu a-aku, ma-maksudku, t-tidak ada yang sakit, ya tidak ada" Dalam hati Mila memaki dirinya, astaga kenapa ia malah gugup dan tergagap seperti itu? Padahal sebenarnya ia ingin bilang tangan dan kakinya sakit.

"Kenapa kamu terlihat takut padaku?" Okay sepertinya ada yang tersinggung.

"Aku tidak takut" Mila mencuri cium pipi Kevin. "Sungguh" Kemudian tersenyum manis pada Kevin yang jatuhnya malah meringis.

"Lalu kenapa kamu terus menunduk?"

"Kamu terus mengomel tadi" Cicit Mila pelan, bahkan sangat pelan. "Dan aku pikir..." Mila langsung menghentikan ucapannya karena sadar Kevin mungkin akan tersinggung.

Kevin memutar bola matanya malas dan menyentil gemas dahi Mila. "Bodoh aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja! Dan lagi, suami mana yang tidak akan mengomel melihat kelakuan istrinya yang begitu menggelikan"

"Ap-apa?" Mila melongo seperti idiot.

"Apa Meet and Greet itu sangat penting sampai kamu rela berdesak-desakan hingga jatuh?"

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang