VL [15]

16.8K 1.1K 50
                                    

Wajah Mila memucat dan hatinya serasa ditusuk besi panas.

"Ternyata kamu benar-benar berpikir kalau aku akan keluar dari rumah. Padahal aku hanya ingin keluar dari kamar" Gumam Mila lirih.

Kepalanya menunduk dalam sebelum akhirnya ketukan pintu menarik perhatiannya dan dengan langkah gontai Mila pun membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, Bi?" Mila mengernyitkan dahinya. Bukankah Sum baru saja keluar dari kamarnya, kenapa sekarang Sum malah mengetuk pintu kamarnya?

"Maaf Non, di ruang tengah ada kedua orangtua Non Mila" Ucap Sum.

Mila menghela nafas panjang, beruntung ia sudah meminta izin pada Kevin untuk keluar dari kamar. Kalau tidak, Mila tidak tahu harus bagaimana menyambut kedatangan kedua orangtuanya.

Oh tapi bagaimana kalau kedua orang tuanya tahu soal pertengkarannya dengan Kevin? Astaga... Itu pasti akan menjadi mimpi terburuk dalam hidupnya. Apalagi kalau sampai mereka tahu penyebab pertengkarannya dengan Kevin.

"Baiklah, Bi. Terima kasih" Ucap Mila lalu berjalan melewati Sum. Dan dengan memasang wajah seceria mungkin, Mila pun menghampiri kedua orang tuanya.

"Mila sayang" Jena yang melihat Mila menghampiri mereka seketika merentangkan kedua tangannya, membuat Mila tersenyum lebar dan menghambur kedalam pelukan Mamanya.

"Mama" Mila begitu erat memeluk Jena.

Bams sang Papa tersayang yang melihat itu tersenyum dan tangannya terulur mengusap puncak kepala Mila.

"Hei Princess Papa kenapa heum? Bukankah seharusnya kamu sedang sangat senang karena Kevin sudah bisa melihat lagi?" Tanya Bams lembut.

Mila dan Jena melepaskan pelukan mereka lalu dengan kompak Ibu dan anak itu menatap lekat Bams.

"Memang aku kenapa Pah? Oh tunggu dulu, tapi dari mana Papa tahu kalau Kevin sudah bisa melihat lagi?" Bukannya menjawab Mila malah balik bertanya dan sontak saja Bams menggemas Mila dalam pelukannya.

"Kamu terlihat kurusan sayang, dan dari mana Papa tahu Kevin sudah bisa melihat lagi, itu dari Prilly, kemarin Papa dan Mama tidak sengaja bertemu dengan Prilly saat makan malam di resto favorite kita" Jelas Bams.

Mila memejamkan matanya sejenak. "Oh pantas saja"

"Kenapa sekarang kamu malah terlihat lesu heum?" Bams mengusap sayang puncak kepala Mila.

"Lesu apanya Pah? Ish... Itu hanya perasaan Papa saja. Tapi yang jelas aku senang Mama dan Papa kesini karena aku sungguh sangat merindukan Mama dan Papa" Ucap Mila. Dan Mila harap kedua orang tuanya percaya dengan apa yang ia katakan.

"Yakin? Tapi kenapa Papa merasa ada yang..."

"Pah" Mila menatap dalam Bams dan seketika Bams pun mengecup dahi Mila.

"Baiklah maafkan Papa" Ucap Bams.

"Hm... Lebih baik sekarang kita duduk. Aku sangat merindukan kalian" Mila memeluk erat kedua orang tuanya sebelum akhirnya Mila menggiring kedua orang tuanya duduk disofa dengan Mila yang berada ditengahnya.

******

Berkali-kali Kevin menghela nafas berat. Kevin tahu walaupun ia berada di kantor, ia tetap tidak akan merasa lebih baik. Karena hatinya masih saja menjerit kesakitan. Terlebih tadi setelah menerima telepon dari Mila, kekesalan Kevin kembali muncul, dan saat Mila meminta izin untuk keluar dari kamar, entah kenapa ia malah berpikir kalau Mila sebenarnya ingin keluar dari rumah.

"Astaga ini benar-benar membuat kepalaku sakit" Kevin meremas rambutnya kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya dan perlahan matanya terpejam erat.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang