Mila menghela nafas berat. Sedangkan Richard, pria itu terus menggenggam tangan Mila.
Kini mereka dalam perjalanan pulang, lebih tepatnya dengan berat hati akhirnya Richard mengantarkan Mila pulang.
"Oh ayolah honey tenanglah sedikit" Richard menoleh sekilas lalu kembali fokus menyetir. Tapi walau begitu ia sama sekali tidak melepas genggaman tangannya pada Mila, karena menurutnya menyetir dengan sebelah tangan tidak akan menjadi masalah.
"Bagaimana aku bisa tenang setelah Prilly memergoki kita!" Mila menatap lekat Richard walaupun Richard tidak balas menatapnya. "Aku takut Kevin akan tahu" Kemudian Mila meremas tangan Richard yang menggenggamnya, menyalurkan kekhawatiran yang kini dirasakannya.
"Kamu sangat berlebihan honey, cepat atau lambat Kevin juga pasti akan tahu"
Mila langsung melepaskan genggaman tangan Richard. "Tapi tidak dari mulut Prilly dan tidak dengan cara seperti ini!"
"Lalu Kevin harus tahu dari mulut siapa? Dan dengan cara apa?" Merasa kesal Richard menepikan mobilnya. "Jawab aku, apa dia harus tahu dari mulutmu sendiri? Iya begitu?" Tanyanya dengan rahang mengeras.
Mila terdiam.
"Kenapa? Kamu tidak bisa menjawabku kan?" Richard tersenyum sinis.
"Bukan begitu"
"Lalu bagaimana? Kalau kamu tidak mau Kevin tahu dari mulut Prilly, kenapa sekarang kita tidak mengatakannya saja pada Kevin?"
"RICHARD CUKUP!" Tatapan Mila menajam pada Richard. "Kamu sangat tahu keadaan Kevin sekarang seperti apa. Dan aku tidak mau dia malah semakin terpuruk saat mengetahui hubungan kita" Ucap Mila.
"Tapi kita juga sama-sama tahu, mau ditutupi seperti apapun, pada akhirnya Kevin akan tahu juga, jadi tenanglah jangan menyulut emosiku" Richard menghela nafas. "Aku tidak mau kita bertengkar hanya karena ini, honey" Kemudian meraih tangan Mila. "Lagipula kita sama-sama menikmati hubungan kita ini, dan aku juga tidak menuntutmu untuk meninggalkan Kevin" Ucap Richard dan Mila hanya diam sambil menatap tangan Richard yang menggenggamnya.
******
"Aaaarrrrgggghhhh... Kesaaaallll" Prilly menumpahkan amarahnya dengan berteriak di tepi pantai.
"Woyyy berisik" Dan Max yang sejak tadi mencari Prilly karena Prilly meninggalkannya ditengah teman-temannya yang juga teman-teman Prilly yang mulai membuat kesal, menggeleng sambil berkacak pinggang begitu melihat Prilly berdiri di tepi pantai dan terlihat... Eum... Seperti gadis yang baru saja diputuskan pacarnya.
"Sudah tahu berisik kenapa protes?"
"Ya Tuhan" Max menyugar kasar rambutnya. "Terserah! Malas berdebat denganmu!"
"Lah kenapa marah?"
"Hei siapa yang marah?" Max melotot horor.
"Situ" Tunjuk Prilly pada Max. "Lalu siapa lagi?"
Max mendengus kesal.
"Ohoo... Jangan memasang ekspresi bodohmu, Max. Karena aku tidak akan kasihan"
"Siapa juga yang mau dikasihani oleh gadis super menyebalkan sepertimu!" Cibir Max.
"Jangan mulai ya Max!" Prilly mendekati Max. "Kamu tahu? Aku sedang sangat kesal sekarang, jangan sampai aku membantaimu habis-habisan di sini!"
Max terkekeh geli merasa lucu dengan ancaman Prilly. "Silahkan saja aku tidak takut, tapi ngomong-ngomong apa yang terjadi padamu sampai kamu seperti ini?"
Prilly menaikan sebelah alisnya. "Seperti apa maksudmu?"
"Seperti tarzan tadi"
"Yak!" Prilly memukul kesal lengan Max. "Kalau aku tarzan kamu monkeynya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Verräter Liebe
RomanceKetika istri tercinta menjadi pengkhianat cinta dalam rumah tangga...