VL [6]

19.7K 1.1K 41
                                    

Mila memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri, sejak malam itu hingga seminggu berlalu, Kevin terus saja menghindarinya. Ya, walaupun Kevin sudah mau satu kamar lagi dengannya, tapi Kevin, suaminya yang sialan tampan itu terus saja bersikap dingin.

Namun walau begitu Mila tidak pernah menyerah untuk mengajak Kevin bicara dan tetap membantu Kevin walaupun pada akhirnya Kevin menolaknya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Bisik Mila lirih. Ia terus menatap Kevin sebelum akhirnya Kevin beranjak dari duduknya dan berjalan dengan tongkatnya.

Melihat Kevin berjalan menuju kamar mandi, dengan cepat Mila menghampir Kevin dan meraih lengan Kevin.

"Sayang biar aku bantu, kamu mau ke kamar mandi kan?" Mila mengulum senyum manisnya walaupun tahu Kevin tidak melihatnya, tapi paling tidak ia yakin Kevin merasakannya.

"Tidak, terima kasih" Lagi-lagi penolakan yang Mila terima dan Kevin pun menepis tangan Mila. "Aku tidak mau merepotkanmu, lagipula aku bisa sendiri"

Mila mematung di tempatnya. Hatinya merasa tercubit, dan ia juga merasa kesal karena Kevin yang biasanya lebih memilih dibantu oleh dirinya dibandingkan menggunakan tongkatnya, kini malah lebih memilih menggunakan tongkatnya.

"APA KAMU SEMARAH ITU PADAKU?" Teriak Mila.

Kevin menghentikan langkahnya dan sebelah tangannya mengepal erat.

"Aku sudah minta maaf, tapi kenapa kamu malah terus saja bersikap dingin padaku?" Melihat Kevin yang hanya diam, emosi Mila semakin tersulut. "Kenapa Kevin?" Mila menghampiri Kevin lalu berdiri tepat di depan Kevin. "Apa aku tidak pantas mendapatkan maafmu?" Tatapan Mila menajam pada Kevin. "JAWAB AKU, JANGAN HANYA DIAM! MATAMU MEMANG TIDAK BISA MELIHAT TAPI MULUTMU MASIH BISA BICARA! JADI JANGAN HANYA DIAM DAN MEMBUATKU MUAK!!" Bentak Mila.

Kevin tersenyum miring, Mila kembali melukai hatinya.

Perlahan Kevin menghela nafas dalam-dalam. Ia tidak mau tersulut emosi seperti Mila, karena saat marah, lidah lebih cepat bekerja dibandingkan pikiran dan pada akhirnya penyesalan yang akan ia rasakan.

"Apa yang harus aku jawab?!" Suara Kevin terdengar begitu dingin di telinga Mila. "Apa Mila?"

Mila terdiam.

"Aku mungkin sudah sangat membuatmu muak, tapi walau begitu aku tidak pernah berbohong padamu, tapi kamu... Kamu bahkan sudah tidak jujur padaku! Dan ya, aku memang bukan Kevin yang dulu, tapi bukan berarti aku tidak peka dengan apa yang istriku lakukan di belakangku"

Mila membulatkan matanya dan seketika rahangnya mengeras hingga tanpa sadar kini kedua tangannya mencengkram lengan Kevin.

"Jadi kamu menuduhku melakukan hal gila di belakangmu?" Tanya Mila marah.

"Aku tidak mengatakan itu"

"Lalu apa?"

"Seharusnya kamu tanyakan itu pada dirimu, Mila! Kenapa sekarang kamu marah heum? Kemana saja kamu pergi hampir setiap hari? Kenapa selalu pulang larut malam? Renungkan itu setelah itu baru kamu boleh marah padaku!"

Cengkraman di lengan Kevin terlepas dan detik itu juga Kevin melanjutkan langkahnya melewati Mila begitu saja.

******

"Ada apa denganmu, Vin?" Max menatap dalam Kevin. Ia langsung datang ke rumah Kevin begitu Sum menghubunginya karena sejak pagi Kevin sama sekali belum makan, lebih tepatnya setelah pertengkarannya dengan Mila, Kevin tidak mengizinkan Sum masuk ke dalam kamarnya dan menolak makanan yang di bawanya, sementara Mila. Wanita cantik itu, tanpa mengatakan apapun pada Kevin pergi begitu saja dan Kevin yakin Mila akan pulang larut malam lagi, bahkan mungkin tidak pulang.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang