VL [30]

12.1K 910 55
                                    

Satu hari...

Satu minggu...

Hingga satu bulan berlalu. Keberadaan Kevin belum juga diketahui.

Max, Juan dan Reyhan bahkan ikut turun langsung mencari Kevin dihari pertama mereka kembali ke Jakarta. Tapi sampai detik ini mereka belum menemukan titik terang.

Max yang sangat mencurigai Richard pun menyelidiki tentang pria itu, tapi hasil yang di dapat Max justru membuatnya tidak bisa menuduh Richard. Apalagi setelah Maman memberi keterangan pada pihak kepolisian terkait kecelakaan yang terjadi.

Orang yang ada dibalik kecelakaan itu sudah di tangkap dan orang itu sama sekali tidak menyebut nama Richard. Maman bahkan membenarkan kalau orang itu hanya sendiri saat mendatanginya di bandara. Dan membantunya mengecek kondisi mobil saat menunggu Kevin di bandara, karena sebelumnya mobil yang dibawa Maman mogok ditengah jalan, jadi selagi menunggu, Maman memutuskan untuk mengecek kondisi mobil dan saat itu ada orang yang membantunya.

Tapi Maman pikir itu tidak akan menjadi masalah, dan Maman percaya saja pada orang itu hingga akhirnya Elena, Mama tersayang Kevin, menghubunginya dan Maman dengan santainya menerima telepon dari Elena.

"Apa masih belum ada kabar juga?" Tanya Reyhan pada Max.

Mereka kini ada di rumah Kevin dan Mila.

Max menghela nafas berat. Tatapannya menyendu menatap Mila yang terlihat seperti mayat hidup.

Sejak keluar dari rumah sakit setelah tiga hari dirawat, hingga detik ini sebulan sudah Kevin menghilang, Mila tidak banyak bicara. Mila seakan hidup dengan dunianya sendiri dan sekarang Mila hanya diam seperti patung.

"Sama seperti kemarin" Jawab Max tanpa menatap Reyhan.

"Kita harus lebih keras lagi mencari keberadaan Kevin, Max" Suara Reyhan terdengar lirih, membuat Max akhirnya menatap Reyhan.

"Aku tahu, Rey. Aku juga sudah mengerahkan banyak orang tapi..."

"Kita pasti akan menemukannya, kalian jangan menyerah" Prilly menyela ucapan Max dan mata gadis itu berkaca-kaca. Ada buncahan emosi yang dirasakannya.

"Kita memang tidak akan menyerah, Prilly" Walaupun sempat kesal pada Kevin karena sempat mengerjainya saat di Jepang. Tapi Max tidak bisa melepas tangan atas pencarian Kevin. "Tidak akan pernah" Tekan Max.

Prilly menghambur memeluk Max dan detik itu juga Juan memalingkan wajahnya kearah lain.

"Kamu harus menemukan, Kevin. Aku tidak sanggup melihat Mila seperti ini" Prilly menangis dalam pelukan Max.

Max mengusap lembut punggung Prilly sebelum akhirnya suara Mila tiba-tiba terdengar dan sontak membuat semua orang yang ada disitu merasa teriiris hatinya.

"Sayang kamu pulang" Mila berlari ke pintu utama, bersiap menyambut Kevin. Namun pada kenyataannya Kevin tidak ada.

Pria tampan itu tidak muncul di depan pintu. Tetapi senyum Mila tetap merekah indah.

"Aku sudah menunggumu dari tadi" Mila bicara sendiri. Seolah di depannya ada Kevin. "Kamu mau mandi atau makan dulu?" Tanyanya lembut.

Merangkul lengan Kevin, tapi nyatanya Mila hanya menggapai udara kosong, perlahan Mila menyandarkan kepalanya seakan ia sedang bersandar dengan nyaman di bahu Kevin.

"Ya Tuhan, Mila" Prilly membekap mulutnya. Merasakan perih yang menghantam ulu hatinya gadis itu perlahan berjalan menghampiri Mila.

Max, Reyhan, Juan dan Sum yang melihat itu menghela nafas berat. Mereka merasa sesak.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang