VL [9]

15.4K 1K 56
                                    

Cukup lama Kevin duduk terdiam menunggu gerimis yang kini berganti hujan deras, reda. Namun seiring berputarnya jarum jam dan hawa dingin yang semakin mencekam, Kevin merasakan tubuhnya menggigil dan hujan justru turun semakin deras.

Kevin memegangi perutnya dan mengusapnya pelan. Selain kedinginan, Ia juga sangat lapar, ditambah lagi seluruh tubuhnya sakit, kakinya apalagi.

Ingin sekali meminta tolong pada orang untuk menghubungi Max, tapi ia juga tidak mau semakin menyusahkan Max.

Dan akhirnya setelah cukup lama berpikir Kevin memilih membiarkan dirinya terlihat menyedihkan, membiarkan orang yang lewat di depannya atau orang yang sedang berteduh sama seperti dirinya, memandangnya dengan iba, bahkan tak jarang ia juga dipandang rendah. Kevin merasakan itu, Tapi itu tidak masalah yang penting Kevin tidak memandang mereka rendah, lagipula Kevin juga tidak bisa melihat wajah mereka dan tidak mengetahui secara langsung cara mereka memandangnya.

Biarkan saja orang berkasak-kusuk tentangnya, yang penting ia menjaga lidahnya agar tidak memaki orang.

Mungkin orang-orang itu lupa kalau sebenarnya orang yang mempunyai kesabaran yang lebih dan terlihat seperti air yang tenang. Saat pertahanannya runtuh, kemarahannya akan lebih mematikan dan menyeramkan dari orang yang mempunyai tempramen buruk sekalipun.

Menghela nafas panjang Kevin mengusap wajahnya dan meraba kedua matanya yang kini hanya bisa melihat kegelapan.

Tidak ada cahaya yang ia lihat dan itu membuat Kevin semakin frustasi dengan dirinya sendiri.

"Aku sangat merindukan mataku yang bisa melihat cahaya walaupun dalam kegelapan, melihat keindahan dunia dan banyak hal lainnya, dan tentunya juga melihat keindahan istriku. Aku sangat merindukan Milaku yang dulu Tuhan" Batin Kevin. Bagaimanapun sikap Mila akhir-akhir ini padanya, sama sekali tidak mengurangi sedikitpun rasa cintanya pada Mila.

Kevin percaya Milanya mungkin hanya lelah menghadapi dirinya yang kini tidak berdaya karena keterbatasannya.

Milanya hanya ingin mencari kesenangan dengan teman-temannya di luar rumah karena kepenatan yang melandanya, dimana setelah ia pulang dari rumah sakit setelah kecelakaan, Milanya hanya berdiam diri di dalam rumah, mengurusnya dan menghabsikan waktunya di rumah, jadi akhirnya Mila berontak.

Tapi... Sekali lagi, Kevin tidak bodoh dan tidak bisa dibohongi, Kevin merasa Milanya juga sedang bermain api di belakangnya. Dan dugaannya semakin kuat saat Milanya lebih sering keluar rumah apalagi sampai pulang larut malam. Bahkan Milanya juga sangat marah saat akhirnya ia melontarkan tuduhannya.

"Aku harap itu tidak benar, Mila" Kevin memejamkan kelopak matanya. "Aku sungguh berharap itu hanya perasaanku saja" Terdengar seperti bisikan sebelum akhirnya tubuh Kevin ambruk menghantam lantai yang dingin.

******

Mila tertidur dalam pelukan Richard. Dan Richard, pria itu tentu saja senang, karena akhirnya ia bisa memaksa Mila pulang setelah sebelumnya mereka sibuk berlalu lalang di jalan untuk mencari Kevin.

Walaupun mendapat tatapan tajam dari Sum saat ia memasuki rumah Mila sambil menggendong Mila, tapi Richard mengabaikannya begitu saja, dan menganggap Sum tidak ada, apalagi kini Mila tertidur dengan nyenyak dalam pelukannya. Rasanya ia tidak memperdulikan apapun lagi.

"Kamu pasti sangat kelelahan" Bisik Richard sambil membelai pipi Mila. "Tapi aku sungguh tidak suka kamu terlalu mengkhawatirkan Kevin"

Mila menggeliat dalam tidurnya, membuat Richard menarik tangannya dari pipi Mila lalu tersenyum sebelum akhirnya mengecup bibir Mila.

BRAAAKK!

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan kasar dan Mila yang sedang tertidur dengan damai seketika tersentak terbangun dari tidurnya.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang