VL [13]

17.4K 1.1K 41
                                    

Berdiam diri di dalam kamar tamu dipilih Kevin untuk menenangkan hatinya yang terus menjerit kesakitan.

Tapi walau begitu, sesakit, semarah dan sekecewa apapun yang ia rasakan sekarang. Sebagai seorang suami, Kevin masih memegang teguh prinsipnya, Mila adalah tanggung jawabnya dan sudah menjadi kewajibannya untuk mengingatkan Mila, membimbing Mila dan menyadarkan Mila kalau apa yang dilakukannya itu salah.

Tidak munafik Kevin merasa sangat terluka karena Mila mengkhianati cinta dan kepercayaannya. Mempermainkan janji suci mereka di hadapan Tuhan dan membuat rumah tangga yang tadinya harmonis kini terguncang badai yang tidak bisa dikatakan kecil. Tapi bukan berarti Kevin tidak mempunyai maaf untuk Mila. Dan bukan berarti perceraian adalah solusi yang terbaik. Karena Kevin masih mempunyai maaf untuk Mila dan Kevin yakin pernikahannya masih bisa diselamatkan.

Bukannya sok bijak, tapi disaat istri tercintanya tersesat, sebagai suami, Kevin mempunyai kewajiban untuk membawa Mila kembali, bukannya malah meninggalkan Mila dan semakin membuat Mila tersesat. Terlebih Kevin sangat sadar ia pun mungkin salah dan sebelum menghakimi Mila dengan sedemikian rupa, ia juga harus introspeksi diri terlebih dulu. Selain itu ia juga harus mencari tahu sejauh mana hubungan Mila dengan Richard.

"Aku hanya harus memberimu kesempatan bukan?" Gumam Kevin lirih sambil memejamkan kelopak matanya.

Kevin tahu tidak mudah untuknya kembali bersikap manis pada Mila seperti dulu, walau bagaimanapun ia juga butuh waktu untuk menata hatinya dan mempersiapkan hatinya untuk kemungkinan terburuk, karena fakta yang akan ia dapat mungkin akan jauh lebih menyakitinya, tapi paling tidak saat ini ia masih memberikan Mila kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Dan ia tidak membiarkan Mila semakin tersesat di jalan yang salah dan tenggelam dalam buaian cinta Richard yang semu.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu seketika menarik perhatian Kevin dan Kevin pun membuka kelopak matanya.

"Sayang boleh aku masuk?"

Kevin menghela nafas dalam-dalam, suara Mila terdengar begitu lirih. Tapi ia tidak boleh lemah, ia harus tegas pada Mila agar Mila tidak melakukan kesalahan yang sama.

"Sayang" Panggil Mila.

Kevin bergeming.

"Aku mohon, kita perlu bicara"

Mengusap kasar wajahnya, Kevin berjalan mendekat ke pintu.

"Sayang" Panggil Mila lagi.

"Nanti Mila. Sekarang kita masih sama-sama emosi" Ucap Kevin akhirnya.

Di depan kamar tamu, Mila menyandarkan tubuhnya dipintu dan meringis pelan merasakan nyeri yang meremas hatinya.

"Tapi..."

"AKU BILANG NANTI!" Sentak Kevin. Emosinya yang sebenarnya sudah mulai tenang karena Kevin juga tidak menghancurkan kamar tamu, kini malah kembali tersulut. "Apa kamu tidak dengar juga hah? Kalau aku bilang nanti ya nanti! Bukankah kamu sendiri yang tadi memilih untuk diam!"

Mila menegang kaku tanpa berani bersuara.

"Dan kalau kamu masih menganggapku sebagai suamimu, sekarang masuk kamar dan jangan keluar dari kamar tanpa seizinku" Ucap Kevin.

Mila mengangguk patuh walaupun Kevin tidak melihatnya karena terhalang pintu.

"Baiklah. Tapi berjanjilah jangan menyakiti dirimu sendiri" Mila menyentuhkan telapak tangannya di daun pintu dan mengusapnya pelan. "Kamu dengar aku kan?" Sejujurnya Mila sangat mengkhawatirkan Kevin dan ia tidak akan bisa tenang sebelum melihat Kevin keluar dari kamar tamu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, Kevinnya baik-baik saja.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang