VL [23]

12.3K 970 36
                                    

Mila terdiam dan tidak mengatakan apapun pada Kevin. Lebih tepatnya kini Mila sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sementara Kevin, pria tampan itu menatap dalam Mila. Ia mengulum senyumnya dan ia tidak akan memaksa Mila untuk bicara walaupun ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh istrinya.

"Baiklah kalau kamu memang tidak ingin mengatakan apapun padaku, aku tidak akan memaksamu"

"Sayang..." Mila menatap Kevin penuh rasa bersalah. Astaga kenapa lidahnya terasa begitu kelu untuk mengatakan sebuah kejujuran.

"Tidak apa-apa sayang" Kevin membelai lembut pipi Mila lalu mengecupnya. "Aku tidak mau kamu merasa tidak nyaman dan pada akhirnya kamu malah tertekan" Ucap Kevin.

Mila terenyuh, Kevin sangat memikirkan perasaannya.

Tapi kenapa ia malah seperti ini?!

Kenapa ia berbohong pada Kevin?

Demi Tuhan, kenapa ia begitu bodoh?

"Sayang aku..."

"Aku bilang tidak apa-apa sayang" Potong Kevin cepat. Hidung mancungnya menggesek manja hidung Mila sebelum akhirnya bibirnya mencium lembut bibir cherry Mila yang rasanya selalu saja manis. "Aku memang tidak suka kalau kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi aku juga tidak mau membuatmu tidak nyaman"

"Tapi aku..." Belum sempat Mila melanjutkan ucapannya, Kevin malah kembali mencium bibirnya dan seketika Mila pun menelan kembali kata-kata yang sudah berkumpul diujung lidahnya.

"Sudah cukup sayang. Sekarang saja kamu sudah terlihat tidak nyaman. Dan aku yakin kamu mulai merasa tertekan" Ucap Kevin begitu melepas tautan bibirnya dengan Mila.

"Justru itu sayang" Bolehkan Mila menangis sekarang? Demi Tuhan ia benar-benar frustasi. Ternyata mengatakan sebuah kejujuran setelah ia berbohong rasanya sangat sulit!

"Maka dari itu aku mengerti" Ucap Kevin.

Astaga... Ada apa ini? Kenapa menjadi seperti ini?

Kevin benar-benar membuatnya semakin merasa bersalah.

"Sudahlah jangan dipikirkan" Kevin mengecup dalam pelipis Mila. Dan pada akhirnya Mila pun lebih memilih memejamkan matanya, menikmati kecupan hangat Kevin dipelipisnya.

******

Sepulangnya dari kantor Kevin, yang dilakukan Mila hanya diam dan melamun. Dan itu membuat Sum yang terus saja memperhatikan Mila, menghela nafas berat.

"Sebelumnya maaf kalau Bibi terkesan ingin tahu, tapi Bibi perhatikan sejak tadi Non Mila terus saja melamun, apakah ada yang mengganggu pikiran dan juga hati Non Mila?" Tanya Sum hati-hati.

Mila menghembuskan nafasnya perlahan dan memejamkan kelopak matanya sejenak. "Aku bingung, Bi" Ucap Mila kemudian menatap Sum dengan sorot putus asa. "Apa yang harus aku lakukan, Bi? Astaga ini membuat kepalaku sakit" Mila mengusap frustasi wajahnya.

Sementara Sum mengernyitkan dahinya bingung. "Sebenarnya ada apa Non? Apakah Non Mila ada masalah dengan Den Kevin?" Sumpah demi apapun Sum tidak mengerti ada apa dengan Mila sebenarnya.

"Lebih dari itu, Bi"

"Apa?" Kerutan di dahi Sum bertambah. Dan Sum merasakan kepalanya mulai pusing karena ia belum juga paham maksud Mila.

"Ini sangat buruk, Bi. Dan salah langkah sedikit saja sudah pasti akan menciptakan kesalahpahaman yang tak berujung" Ucap Mila.

"Jujur Bibi tidak mengerti maksud Non Mila. Tapi yang jelas, apapun masalahnya, lebih baik Non Mila berbagi dengan Den Kevin" Ucap Sum.

Verräter LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang