Richard tersenyum lebar dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan perasaan bahagia yang membuncah di hatinya.
"Richard"
Hingga akhirnya suara seseorang yang memanggilnya menghentikan langkahnya dan Richard pun memutar tubuhnya.
"Max" Gumamnya pelan. "Sial apa yang dia lakukan di sini?" Richard membatin dan senyumnya lenyap seketika.
"Apa aku mengganggu?" Max yang tidak lain adalah sepupu Kevin, kini berdiri di depan Richard dan menyipit tajam menatap Richard.
"Tidak, ada apa?"
"Hm..." Refleks Max mengedikkan bahunya, dan entah kenapa ia tidak pernah suka pada Richard. "Okay, ini tentang Kevin, bagaimana soal donor matanya?" Tanya Max kemudian.
Richard menghela nafas pelan. "Sudah di ajukan, dan sekarang kita hanya menunggu sampai donor itu ada dan kalau cocok untuk Kevin, kita akan cepat melakukan tindakan operasi" Jelas Richard.
"Baiklah aku mengerti. Tapi bukan berarti kita hanya fokus menunggu bukan?" Seringaian muncul dibibir Max. "Dan sebagai orang terdekat Kevin. Aku tidak akan hanya diam dan berpangku tangan" Ucap Max. "Bukan begitu Dokter Richard?" Kemudian menepuk bahu Richard dan dengan tidak sopannya, Max langsung berlalu pergi dari hadapan Richard. Membuat Richard menggeram kesal.
"Shit! Apa dia mulai mencurigai hubunganku dengan Mila?" Richard menghela nafas berat dan pria itu merogoh saku celananya. "Ah, tapi persetan!" Desisnya tajam lalu menghubungi Mila.
******
Tiga hari berlalu, setelah ciuman panasnya dengan Mila yang berakhir dengan percintaan panas, mood Kevin semakin membaik dan keyakinan pria tampan itu bahwa dirinya akan bisa melihat lagi semakin besar.
"Sayang apa kamu jadi pergi?" Tangan kanan Kevin bergerak-gerak seperti ingin meraih sesuatu dan Mila yang sudah sangat paham, meraih tangan Kevin lalu menggenggamnya.
"Iya sayang, maaf harus meninggalkanmu seharian ini" Mila mengecup punggung tangan Kevin.
Hari ini Richard mengajaknya pergi dan tadi ia mengatakan pada Kevin kalau di rumah kedua orangtuanya sedang ada sedikit masalah, jadi mau tidak mau Mila harus pulang ke rumah kedua orangtuanya.
"Tidak apa-apa sayang, jangan khawatir, ada Bi Sum yang membantuku di sini" Ucap Kevin menenangkan istri cantiknya. Ia tidak mau Mila merasa semakin terbebani olehnya.
"Apa kamu yakin?" Mila menghela nafas berat, sebenarnya ia tidak tega meninggalkan Kevin di rumah. "Eum... Maksudku..."
"Ssssstttt..." Kevin tersenyum lembut dan senyum itu sangat sukses meremas hati Mila. Rasa bersalah yang dirasakannya semakin kuat memeluk erat hatinya. "Aku tidak apa-apa, lagipula kedua orangtuamu juga membutuhkanmu" Ucap Kevin. Dan dengan instingnya pria tampan itu menangkup pipi Mila. "Pergilah sayang, dan cepat pulang, aku pasti akan sangat merindukanmu" Kemudian memeluk erat Mila.
Kalau boleh jujur ada ketidak relaan dalam hati Kevin untuk membiarkan Mila pergi, tapi sekali lagi karena kondisinya, ia pun tidak bisa apa-apa, dan ia juga tidak mau Mila merasa tertekan karena larangannya.
"Aku pasti akan cepat pulang sayang" Ucap Mila.
Pelukan mereka terlepas dan Mila mengecup bibir Kevin.
"Aku tahu" Kevin lagi-lagi tersenyum.
"Aku pergi" Sebelum beranjak pergi Mila mengecup dalam dahi Kevin begitu lama dan Kevin pun kembali memeluk Mila.
******
"Honey..." Richard melambaikan tangannya begitu melihat Mila keluar dari gerbang rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verräter Liebe
RomanceKetika istri tercinta menjadi pengkhianat cinta dalam rumah tangga...