'The sound of rain soothes me'
Ada kalanya hujan menenangkanku dari riuhnya lantunan doa.💧💧💧
1 Januari 2014Hatiku lagi-lagi mencelos hebat. Tapi yang kali ini, spesial hebatnya. Senja senada jingga yang kutatap kala itu sontak berubah jadi muram berduka.
Untuk pertama kali, aku mendengar mesin pendeteksi jantung yang tiap detik mengeluarkan bunyi pendek terputus putus, malah berganti bunyi sangat panjang seperti satu nafas yang memekakan telinga, dan sukses membuat hatiku terasa ingin lepas.
tuuuuuuuuuuuut.
Seperti satu tarikan nafas terakhir yang berakhir untuk selamanya.
Sesak.
Nada panjang itu diikuti teriakan dan tangisan yang membuatku semakin membeku.
Ntah kenapa, mulutku dibuat kaku oleh mesin itu. Hatiku dibuat seolah beku mati rasa olehnya.
Apa yang barusan terjadi?
Aku menampar pipiku sendiri mencoba untuk menyadarkan diri. Kaki ku yang sedari tadi berdiri kaku mendadak lemas seperti tak bertulang. Ada apa denganku?
Ada air yang kian menetes deras melewati pelupuk mataku.
Perasaanku kalut kala itu, sesak hingga ku tak lagi dapat merasakan sedang bernapas ataukah tidak. Sakit sekali.
Tak dapat membayangkan, pada siapa aku akan bercerita ketika aku sedang bahagia, bingung, sedih, bahkan terluka setelah ini.
No one can replace him.
Sore itu, ku lihat awan bersedih lagi, sama percis seperti diriku yang menatapnya sendu dengan aliran sungai baru di pipiku.
Kenapa belakangan ini hujan membawa kesedihan buatku?
Satu per satu kerabatku berdatangan.
Pertama ayah, ia datang dengan masih mengenakan pakaian kerja favoritnya yang ku belikan. Tak menampakkan wajah sedih, ayah mencoba tegar dihadapanku dan ya, tentu saja bidadari kesayangannya, bunda.
Kemudian tante Selvi, yang datang setengah berlari kemudian menghampiriku dan memelukku sangat erat.
Ada lagi Pakde Budi yang datang dan langsung mencari bunda, adik kesayangannya.
Aku merasa seperti orang linglung kala itu. Beruntung tante Selvi setia menemaniku.
"Tante." Ucapku singkat dengan tatapan kosong.
"Iya Rain, tante disini sama Rain."
"Rain takut, tante."
"Jangan takut, Rain. Everythings gonna be alright." Ia menambahkan senyum.
Aku hanya menatap nanar kearahnya tanpa berkata lagi.
Sore itu, handphone senada rose gold ku tiba-tiba berdering.
Panggilan dari nomor tak dikenal.
siapa ini?
Dari dulu, aku paling anti menerima panggilan masuk dari nomor yang tak ku kenal. Jadi, ya seperti biasa aku mengabaikannya atau mengirimi nya pesan agar memberi tahu dia siapa.
Nomor yang tak ku kenal itu terus menerus menelepon ku, merasa terganggu, aku mengiriminya pesan seperti biasa.
"Ini kak Anita, teman Bang Rian."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen Fiction[The Winner Of Wattys Award 2017 Category THE ORIGINALS] Ketika Terlalu Takut Untuk Menatap Hujan. Soal hujan yang datang membawa luka. Juga tentang senja yang datang hapuskan ia, dan gantikannya jadi bahagia. ...