DUA PULUH TUJUH : Dipaksa

5K 257 10
                                    

'Don't be angry with the rain, it simply doesn't know how to fall upwards'

- Vladimir Nabokov

Terkadang kita tak tahu, mengapa seseorang melakukan sesuatu diluar logika. Mereka punya cara dan alasannya sendiri. Percayalah.

 💧💧💧

07:07 PM
Jakarta.

Jalan Angkasa Raya Nomor 26.

Sofa senada cokelat tua dengan karpet merah dibawahnya membuatku nyaman kala itu. Aroma kopi susu buatanku sendiri menyeruak ke seluruh penjuru ruangan. Aku menyetel tontonan favoritku semasa kecil, Power Puff Girl. Iya, maaf. Memang agak girly tapi nggak masalah bukan.

Wanita cantik yang kerap ku sebut bidadari itu terlihat anggun malam ini. Ia mengenakan pakaian khas nya- Daster. Ibu-ibu sekali ya. Bedanya, ini bunda-bunda bukan ibu-ibu.

Ia berjalan santai menghampiriku sambil membawa cemilan kesukaanku, nastar. Ia tahu kok ini bukan lebaran.

"Asik banget sih jagoan bunda." sapanya hangat lalu duduk disebelahku.

Aku membenarkan posisi dudukku jadi tiduran dipangkuannya.

"Aduh manjanya. Udah gede juga masih manja." katanya sambil mengusap kepalaku dan menyuapiku nastar.

Aku tersenyum menatap matanya. "I am your forever little prince, bun."

"I know right." singkatnya mengusap rambutku lagi.

 Aku membenarkan kembali posisi dudukku. Hendak menyeruput kopi buatanku yang harum itu sebelum ia dingin.

"Kok minumnya kopi sih, nggak susu." tanya bunda.

"Kan udah gede bun." kataku sambil meminum kopi dan melahap nastarnya. Sungguh perpaduan yang romantis.

Bunda hanya menggelengkan kepalanya.

"Sayang, bunda mau ngomong sesuatu yang penting." kata bunda tiba-tiba mengejutkanku.

"Apa tuh bun?"

"Rama sayang bunda?" tanyanya.

"Jelas lah bun."

"Rama mau turutin semua kata bunda?"

"Selagi itu baik, bakal Rama turutin." Entah kenapa aku merasa sedikit merasa horor atas pertanyaan bunda.

"Kalo gitu bunda minta Rama jauhi Rain, bisa?"

"UHUK." aku tersedak kopi dan nastar.

Bunda hanya terdiam tak membantuku mengambil minum.

Aku terdiam sejenak untuk mencerna kata-kata bunda barusan.

"Tapi kenapa bun? bunda kan tau Rain anak yang baik." jelasku padanya.

Bunda tertunduk lesu. "Iya bunda tau itu kok. Nak, bunda cuma mau bantu sahabat bunda."

"Siapa bun?"

"Mamanya Alea." singkatnya.

Aku berdecak dan memalingkan wajah. "Cewek itu lagi. Kenapa harus dia bun? Rama nggak suka sama Alea, dia itu manja." jelasku sedikit emosi.

"Rama sayang, denger bunda dulu ya." katanya pelan-pelan. "Tante Miranti (Mama Alea) itu sahabat bunda sejak SMA. Kami nggak pernah berniat sedikit pun untuk menjodohkan kalian. Tapi mungkin Rama sudah tau kan soal Alea?"

"Iya. Rama tau Alea suka Rama. Tapi Rama nggak bun."

"Jujur ini bukan permintaan bunda, ini permintaan tante Miranti."

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang