'If cold heart feels no pain, then tonight I'll sleep out in the rain.'Karena hujan yang selama ini kutahu membawa pilu, telah membuat hatiku beku.
💧💧💧
Jakarta
1 Januari 201709.45 AM
Bang Rio
Rain, bang Rio
jemput dimana nih?Di McD ya bang,
nanti Rain traktir eskrim.Okey siap, Wihiww
asik jajan gretongIya bang tiati
Okay Rain
-close-
💧💧💧
3 Tahun telah berlalu,
tahun-tahun panjang untukku menata hati kembali.Walau terkadang, kepingannya masih kutemukan terlepas dari tempatnya. Terkadang, potongan-potongan ingatan, kembali terulang kala lamunan kosong di sore hari yang ku ciptakan.
Terkadang, aku ingin kembali ke masa itu, hanya untuk sekedar berkata,'Terimakasih atas segalanya, abang.'
Lamunan ku terpecah kala melihat sosok familiar yang sudah lama tak muncul dihadapanku. Mengenakan sweater merah favoritnya, Ia tampak dewasa kini.
"Bang Riooo, sini." Teriakku ketika melihatnya memasuki McD.
"Eh Rain."
Aku memeluknya erat karena rindu sudah lama tak bertemu. Ya, bang Rio kini satu-satunya teman abang yang masih setia mau jadi abangku. Mungkin karena abang pernah berpesan padanya untuk menjagaku. Bang Rio sudah ku anggap kakak ku sendiri sejak saat itu.
Ya benar, sejak abang berhasil meninggalkanku sendiri.
Obrolan-obrolan singkat untuk mengenang memori lama tercipta seraya mencairnya eskrim berbarengan dengan suasana kala itu.
"Gimana sekolahnya Rain? Gila, ga kerasa ya udah 3 tahun, dulu lu masih SMP bau ingus hahaha."
"Sekolah aman aman aja bang, Rain juga rencananya bakal kuliah di Jogja. Aduuh imut gitu dulu gilaaa."
"Waah keren keren, baik baik nanti disana ya Rain, inget kalo ada apa apa kamu punya bang Rio, kapan pun kamu butuh abang, jangan sungkan ya Rain." jelasnya kemudian tersenyum sambil mengacak rambutku.
"Hehe iya bang, doain lancar ya." timpalku sambil menyendokan eskrim ke mulutku.
"Eh iya udah abis belom es krimnya? punya abang udah abis nih, btw makasih ya di beliin eskrim gini jadi enak hahaha."
"Udah nih bang, kuy caw. Haha dulu kan bang Rio yang suka beliin Rain es krim."
"Yuk. Iya, soalnya biar ga samaan kaya bang Rian yang suka beliin lolipop."
"hahaha bisa aja bang."
💧💧💧
Minggu, 1 Januari 2017.Toko bunga Rafles, Jl. Ismail Marzuki, Jakarta.
"Assalamualaikum kakek." salamku pada kakek pemilik toko bunga.
"Waalaikumsalam, ehhh Rain. Dateng sama siapa nih? pacar barunya ya?"
"Kenalin kek ini bang Rio, temen deket abang."
"Oalaah kirain pacarnya. Pasti mau beli bunga aster biru putih kan kaya biasa?" kata kakek sudah tahu apa yang kubutuhkan.
"Iya kek kaya biasa hehe. Sama airnya ya kek."
"Nih udah kakek siapkan, tinggal bungkus deh. Soalnya kakek tau Rain pasti kesini." timpalnya tersenyum.
"Kakek tau aja deh, kakek mau ikut juga nggak?"
"Iya dong, Rain udah kaya cucu kakek soalnya. Aduh gimana ya, tokonya ga ada yang jagain nanti." jawabnya dengan mimik wajah sedih.
"Yaahh yaudah deh gapapa kek, lain kali ikut ya kek, biar aku kenalin sama abang nanti."
"Okedeh cucu kakek."
"Rain sama bang Rio pamit ya kek. Makasih kek." pamitku sambil mencium tangannya layaknya kakek sendiri.
Namanya kek Sam, pemilik toko bunga Rafles yang dari dulu menjadi langgananku.
15:45 PM
Aku menyusuri hamparan rumput rapi dengan batu batu hitam bertuliskan nama dan tanggal diatasnya. Tak usah dicari, aku sudah hafal dimana tempat abangku. Tempat yang selalu teduh karena letaknya dibawah pohon.
Rianalfaza
5 Maret 1997 - 1 Januari 2014"Assalamualaikum abang." salamku
"Assalamualaikum yan." salam bang Rio
"Maaf ya bang, udah lama nggak kesini. Rain lagi sibuk ujian bang, Oh iya nanti Rain mau kuliah di Jogja bang, doain Rain ya bang."
Bang Rio hanya menatapku yang bercerita panjang pada abang. Ia hanya sesekali tersenyum, mungkin Ia sedang berdoa ketika aku asik bercerita.
Kemudian diantara kalimat-kalimat cerita yang mengalir deras dari mulutku, Aku dan bang Rio memanjatkan doa untuk bang Rian. Berharap abangku yang satu itu tersenyum melihat adik kesayangannya memiliki penjaga baru.
Selesai berdoa, aku menyuruh bang Rio untuk bercerita juga pada abang. Aneh memang kedengarannya ketika kita hanya dapat bercerita pada hamparan rumput dengan hiasan batu marmer hitam diatasnya. Namun, hanya ini lah sesatunya cara yang dapat kulakukan untuk melepas rindu disamping doa.
"Yan, hari ini tepat 3 tahun gue berhasil ambil alih tanggung jawablu jagain Rain. Udah gede dia sekarang yan, udah mau kuliah aja ngga kerasa. Cantik dia yan, ga heran sih lu juga ganteng dulu jaman SMA."
Aku menatap bang Rio yang tengah asik bercerita pada abang, sesekali suaranya berganti dengan getaran. Sesekali juga Ia mengusap matanya. Sepertinya sobat abang yang satu ini rindu berat.
"Yan, katanya Rain mau kuliah di Jogja, artinya gue gabisa terus terusan mantau dia lagi yan, gabisa tiba tiba ada didepan rumah lu bawa Mc Flurry rasa oreo, gabisa liat dia lari nyamperin gue cuma buat meluk es krimnya yan." ceritanya sambil sesekali menoleh ke arahku.
"Tapi gue janji yan, bakal sesekali main ke Jogja buat nengokin ade lu. Dia ade gue juga sekarang."
Kalimat-kalimat nyata yang keluar dari mulut bang Rio kala itu sukses membuat air mataku tak lagi dapat terbendung. Hatiku seolah merasakan lagi rasa sakit akibat 3 tahun lalu.
Setidaknya, kalimat-kalimat itu membuat beban ku kian berkurang. Berkurang dan terus berkurang berkat hadirnya sosok bang Rio di hidupku.
Ya, Berkurang dan tak sedikitpun mengurangi ingatanku tentangnya.
Selamat jalan kembali abang,
Sore itu,
Ada wajah sendu yang berganti senyum, ada pula hati yang kini perlahan mencair ikhlas.
WARN!
Part 8 di private.
Kalau part 8 nya nggak ada, coba di log out dulu ya, baru log in lagi :) thank u.[911 words]
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen Fiction[The Winner Of Wattys Award 2017 Category THE ORIGINALS] Ketika Terlalu Takut Untuk Menatap Hujan. Soal hujan yang datang membawa luka. Juga tentang senja yang datang hapuskan ia, dan gantikannya jadi bahagia. ...