TIGA : Terpejam

13.2K 926 27
                                    

'Raindrops are the prefect lullaby'

Teruntuk seseorang yang tengah terpejam atas kesedihan yang menghantuinya, silakan dengarkan alunan tetes-tetes sisa hujan barusan dalam tidurmu. Karena itulah nyanyian nina bobo yang sempurna.

💧💧💧


Jakarta
18 : 00 PM

Kepalaku terasa sangat berat ketika ingin bangun. Rasanya seperti baru menjalani tidur panjang.

Setiap habis flashback, lagi lagi gue mimpiin bang Rian.

Rain memegangi dahinya yang terasa sangat pusing, mungkin karena tadi sore Ia terkena hujan.

"Yaampun gue masih pake seragam. Mampus bisa dimarahin bunda nih."

Rain bergegas mandi dan merapikan dirinya sebelum bunda memanggil untuk makan malam bersama.

18:45 PM

tok tok tok

"Rain, keluar yuk sayang kita makan." Bunda memanggilku untuk makan malam seperti biasa

"Oke bundaa." Jawabku singkat dan langsung membuntuti bunda keluar kamar.

"Rain, bunda ngga masak. Kita makan diluar aja yuk nanti sekalian ayah suruh nyusul."

"Wah boleh tuh bunda, udah lama juga ngga makan diluar bareng." jawabku penuh semangat.

"Yaudah siap siap sana. jangan lama lama ya."

"Oke bunda sayang."

💧💧💧


Aku dan Bunda bergegas pergi ke resto favorit keluarga kami. Ya, tentu saja favorit bang Rian juga.

Sambil menunggu Ayah, kita berdua pesan terlebih dahulu.
Aku selalu hafal favorit bang Rian. Hari ini, untuk mengenangnya, aku memesan makanan dan minuman favoritnya.

"Mba, saya pesan sushi salmon dan matcha float."

Aku melihat dahi bunda mengernyit ketika mendengar pesanan ku. Ya, ini memang bukan favorit ku, aku hanya ingin mengenang abang dengan makan makanan favoritnya di resto favorit nya juga. Ditempat yang selalu sama ketika Ia yang memilihkan, diujung dekat kaca dengan view air mancur.

"Kenapa bun?" tanyaku seolah bodoh

"Kok ngga pesen yang biasanya?" tanya bunda bingung.

"Gapapa bun, aku lagi pengen ngerasa makan bareng abang aja."

Bunda hanya membalas ku dengan senyum hangat ciri khas nya, begitu pun aku menyambut senyumnya.

Tak lama kemudian ayah datang, tanpa perlu diberi tahu, ayah jelas sudah tahu persis dimana kita akan makan.

"Halo sayang."

Ayah memeluk bunda hangat kemudian menciumku.

"Sudah pesan?" tanya ayah santai.

"Udah dong ayah, punya ayah yang kaya biasa kan?" Jawabku antusias.

"Iya dong favorit ayah selalu." balas ayah dengan senyum dan usapan dikepalaku.

"Rain pesen yang sama juga?"

"Ngga dong, kali ini Rain pesen yang beda hehe."

"Wah apa tuh?"

"Kepo ah ayah, liat aja nanti." canda ku.

Perbincangan hangat keluargaku setelah sekian lama, akhirnya kurasakan kembali. Walaupun, ada banyak kekurangan dan sesuatu yang terasa sangat berbeda.

***

"Permisi, pesanannya, silakan dinikmati." Sampai pelayan tersebut ramah.

"Makasih mas." Jawab kita kompak.

Lalu kami saling berbalas senyum.

"Rain,..... jadi itu pesanannya?" tanya ayah lagi dengan wajah yang sama seperti bunda.

"Iya ayah, kenapa emang salah ya?"

"Ngga kok, gapapa habiskan ya, sayang." Jawab ayah lebut sembari mengelus rambutku.

Aku tau, ayah dan bunda pasti merasa bahwa tindakan ku hanya mengorek luka lama. Tapi aku hanya rindu abang. Apa salahnya jika sesekali aku memakan makanan favoritnya agar merasa dekat dengannya.

"Yah, Bun, Rain kangen abang." tibatiba mulutku yang setengah mengunyah ini melontarkan sebuah kalimat pilu.

Ayah dan bunda sontak berekspresi dengan kompak, ada binar pilu dimata mereka yang tertutup seulas senyum hangat ciri khas masing - masing.

Aku hanya menatap nanar.

"Rain, besok kita jenguk abang ya." Kata bunda kemudian memelukku.

"Rain, ayah mau tanya. Kamu masih takut tuh sama hujan?" tanya ayah dengan wajah mencandaiku.

"Sedikit ayah, sekarang Rain bisa handle takut nya." Jawabku tenang sambil mengunyah sushi.

"Bagus kalo gitu, ayah cuma mau ingetin satu hal, hujan nggak pernah salah,Rain. Ayah harap kamu ngerti."

***

Mengingat pesan ayah di malam itu, ada satu jarum yang agaknya terlepas dari hatiku.

Ya, ayah benar. Hujan memang tak pernah salah. Aku yang salah menafsirkannya.

Kisah pilu 3 tahun lalu, harusnya kusudahi sampai disini. Bersama ayah dan bunda, aku pasti bisa bebas dari jeratan ketakutan akan hujan yang tak bersalah.

Mari mulai menatap hujan, Rain.

Karena dulu ada yang pernah bilang,

Satu satunya hal yang paling kusukai tentang hujan ialah pelangi yang terkadang ia hadirkan untuk seorang pluviophobia.



[652 words]

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang