DUA PULUH SATU : Hujan

5.6K 332 3
                                    

'If people were rain, then I was drizzled and she was a hurricane'

- John Green

💧💧💧

Seperti senin-senin biasanya, hari ini pun seperti telah dikutuk untuk dibenci. Beruntung upacara di tiadakan. Setidaknya mengurangi sedikit kutukan hari senin.

Masuk kelas seperti biasa, berjalan gontai dengan sangat malas, setelah memarkirkan vespa matic nya yang berwarna putih itu.

Bruk

Ia melempar tas nya ke bangku kayu tempatnya biasa duduk.

"Hari ini latihan kaya biasa di tempat biasa dan di jam yang sama."

-Message sent-

Lelaki itu mengirim pesan singkat di grup chat basket Angkasa Jaya.

Sepuluh menit berlalu, beberapa orang hanya membaca pesannya tanpa berniat membalas. Ntah akan kabur atau memang akan datang tanpa disuruh.

Paginya kali ini diawali pelajaran matematika. Oh tuhan ini adalah hari senin yang sungguhan.

"Pindah - pindah gue mau dibelakang." perintahnya pada anak perempuan di kelas.

Perempuan itu berdecak sebal namun tanpa mengelak ia menuruti perintahnya.

Lelaki itu langsung membenamkan wajahnya pada gumpalan jaket yang ia bawa. Memeluk tas nya sebagai bantal, kemudian sukses berpindah alam. Tidur.

Bu Intan, guru matematika yang terkenal killer itu melangkahkan kaki pertamanya dikelas. Pertama kanan, kedua kiri, lalu kanan, kiri lagi, dan seterusnya begitu hingga sampai di mejanya.

Tanpa banyak basa-basi, ia langsung menodong tugas yang minggu lalu ia berikan.

Soal murid lelaki yang tadi tertidur?

Sudah pasti ia belum mengerjakannya. Bahkan membawa bukunya pun tidak.

Semua murid yang hadir pada kelasnya saat itu telah mengumpulkan tugasnya. Bu Intan menghitung bukunya dengan teliti kemudian menyadari ada yang kurang. Tatapan mata elangnya ia edarkan ke seluruh penjuru kelas.

Tentu. Ia mendapati anak laki-laki dengan badge nama di bajunya 'GEVIN TRIAPANJI' tengah terlelap dalam balutan mimpi di pagi hari miliknya. Sontak wanita itu berjalan santai ke meja milik Gevin kemudian menyentuh lengannya pelan-pelan.

Wanita itu berbisik lembut. Ini langka. Biasanya ia akan langsung menggebrak meja.

"Gevin.. bangun nak." bisiknya pelan ditelinga Gevin sambil mengelus rambutnya.

Gevin hanya bergeming sedikit.

"Gevin..." panggilnya lagi.

Kali ini Gevin menggerakkan tubuhnya sedikit.

Sekali lagi wanita itu memanggil nama Gevin dengan nada sedikit lebih tinggi.

"Gevin..."

Anak lelaki itu hanya membenarkan posisi tubuhnya sambil berkata "Apa sih.."

Wanita yang terkenal killer itu akhirnya geram juga.

"GEVIN TRIAPANJI!" bentaknya sambil menggebrak meja.

Tubuh Gevin tergoncang hebat. Ia terkejut bukan main. Tubuhnya sontak tegap dengan pandangan lurus kedepan dan kedua tangan dilipat diatas meja.

"Mana PR mu?" tanya Bu Intan.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang