DUA PULUH TIGA : Pasrah

5.2K 282 3
                                    

'She's the flowers,
But She's also the rain.
She's the beauty of day,
But also the nights full of pain.'

Sebab ia datang padaku sebagai bunga yang mekar, namun pada sisi lainnya ia layu. Sebab eloknya ia belum dapat ku petik, maka akan ku jaga ia dari bakal deritanya.

💧💧💧

Pagi itu, udara segar taman kota tempatnya duduk bersandar di bawah rindangnya pohon, jadi pembuka awal harinya.

Pria tampan yang memiliki tubuh ideal itu bersandar santai pada pohon sambil memejamkan matanya.

Ia tampak mengenakam seragam putih abu khas Angkasa Jaya. Tak lupa ia memasang dasi nya kendor.

Mulai hari ini, sepertinya paginya akan ia awali dengan malas. Ini perintah yang tak dapat ia tolak karena ya, kau tau ini ulah bundanya. Ia harus menjemput dan mengantar gadis yang tempo hari baru saja berkenalan singkat dengannya.

Ini menjengkelkan. Ia kan bisa minta sopirnya atau taksi online. Kenapa harus gue?

Huh

Ia membuang napasnya gusar.

Rumah Alea terletak percis didepan Taman kota. Jadi sambil menunggu Alea keluar rumah, ia bisa bersantai sejenak menikmati udara dari pohon.

Sekitar sepuluh menit ia menunggu gadis itu membuka pagar rumahnya. Akhirnya gadis itu menampakkan kedua kakinya juga.

"Rama." teriak Alea dari jauh untuk menyadarkan Rama.

Mata milik Rama sontak membuka kemudian ia membenarkan posisi tubuhnya. Ia melihat ke arah tangan kirinya, untuk melihat jam berapa saat itu.

06:30 AM

Itu artinya lima belas menit lagi bel berbunyi, terlebih ada upacara bendera karena ini hari Senin. Tentu Rama tak ingin berdiri di luar gerbang dengan anak-anak telat lainnya. Ia sontak berlari menuju Tobias tanpa menghiraukan Alea.

Rama secepat kilat masuk ke dalam mobilnya agar Alea membuntutinya masuk ke dalam juga. Namun ia hanya melihat Alea terdiam didepan pagar rumahnya. Sungguh gadis itu menjengkelkan. Ia menurunkan kaca mobilnya kemudian berbicara sedikit keras.

"Woy! Masuk kali. Gue gamau telat gara-gara lo matung disitu ya." katanya sedikit ketus.

Alea kala itu terkejut namun setelahnya ia memasang wajah jengkel dan masuk ke dalam mobil.

"Lelet banget." Kata Rama singkat.

Alea hanya terdiam kaku saat itu. Ia merasa pria tampan itu sangat menjengkelkan.

"Pake seat belt lo, gue mau ngebut. Kita cuma punya waktu 15 menit buat sampe sekolah."

Alea memajukan bibir bawahnya dan memutar bola matanya sambil memasang seat belt.

"Gue nggak mau tempat VIP gue buat upacara disebelah Rain diambil sama--" Ia menghentikan kalimatnya.

Duh bodoh, seharusnya gue nggak secepet ini nyebut nama Rain di depan dia.

"Rain siapa? pacar lo?" tanya Alea penasaran.

Rama enggan menjawabnya kala itu. Ia hanya terdiam sampai mobilnya terparkir rapi di sekolah.

***

Brug

Ia menutup pintu mobilnya gusar kemudian berlari sambil mengunci mobilnya hingga berbunyi beep-beep.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang