TUJUH BELAS : Hatiku

5.8K 346 6
                                    


'Rain is just confetti from the sky'

Seperti guntingan kertas indah yang berhamburan dari langit, hatiku pun hancur bertebaran ketika hujan turun tanpa sengaja, lagi.

💧💧💧


Hari itu, jemariku kaku lagi. Sudah setahun belakangan tak menyentuh biola kesayanganku yang ku beri nama 'moonitas' aku tak tau apa artinya itu bila kau tanya. Bahkan menyebutkan namanya saja aku seringkali bingung apakah 'monitas' ataukah 'munitas' seenaknya saja deh.

***

Belakangan aku merasakan ada yang salah denganku, hatiku tidak enak dan sangat kacau. Bukan, bukan karena balonku tinggal empat. Namun karena pernyataan Gevin tempo hari.

Aku sama sekali tak bermaksud untuk menyakitinya, tapi aku memang merasa belum siap.

💧💧💧

Hari ini, bunda bilang padaku bahwa akan ada tamu pukul 1 siang. Ia bilang tamunya akan mengajakku makan siang bersama diluar. Jujur saja, hari libur begini aku lebih suka dirumah menghabiskan waktu dikamarku dengan moonitas. Tapi aku tak enak kalau harus menolak bunda.

"Rain siap-siap nak, bentar lagi tamunya dateng." Teriak bunda dari ruang TV.

"Iya bun." Jawabku pelan.

***

Suara pagar rumahku terdengar seperti ada yang membukanya lebar. Aku mengintip sedikit dari jendela kamarku, seseorang sengaja parkir disana. Ah kupikir itu tamunya. Aku menutup kembali jendela kamarku dan kembali bersiap.

***

"Siang tante."

"Ehh sudah sampai, ayo masuk-masuk Vin." Sambut bunda antusias.

Kemudian pria itu membuntuti bunda masuk ke dalam.

"Mau minum apa Vin?"

"Ah nggak usah bunda, kan cuma jemput Rain doang."

"Yaudah tunggu bentar ya bunda panggil Rain nya dulu."

Gevin hanya mengangguk dan tersenyum.

tok tok tok

"Rain yuk kebawah, tamunya udh jemput nih."

"Iya bun." Jawabku singkat kemudian membuka pintu kamar.

Aku menuruni satu per satu anak tangga dengan hati-hati kala itu. Habisnya, bunda menyuruhku memakai wedges yang tak terlalu tinggi agar terkesan feminim. Ah sungguh aku benci ini.

Mataku sukses melotot tak percaya ke arah seorang pria yang duduk di sofa.

Gevin?!

"Bun, dia tamunya?" tanyaku tak percaya.

"Iya sayang, kalian udah saling kenal kan?"

Wajahku masih sempurna berekspresi tak menyangka, kemudian aku berbalik badan lagi dan naik ke atas untuk mengambil flat shoes senada biru lautku dan memasukannya kedalam paper bag.

"Ehh mau kemana Rain?" teriak bunda.

"Sebentar bun."

Duh nggak banget gue make wedges kalo cuma mau jalan sama kecebong hanyut.

Dengan cekatan aku mengambil sepatu itu kemudian berlari lagi kebawah. Bunda yang kala itu berada di sampingku, menatapku heran.

Gue bakal copot nih wedges nanti kalo udah jalan.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang