'Your eyes are where I'm lost in."
-bruno mars
💧💧💧
SMA Angkasa Jaya 1
Jakarta, Februari 2017."Rain! awas!"
Aku mendengar teriakan seseorang tanpa melihatnya. Dan ya, setelah itu aku tak ingat apa-apa.
💧💧💧
PriiiiiitttttSuara peluit panjang membuatku terkejut.
"GEVIN TRIAPANJI!!!" Teriak guru olahragaku.
"Kamu nggak liat? Bola yang kamu lempar barusan kena siswi itu." gerutu pak guru kesal sambil menunjuk ke arah seorang siswi yang sempurna pingsan di lapangan.
Mataku sukses melotot kearahnya seraya berlari menghampiri gadis....
wait,"Cantik banget gila." dengan muka bodoh aku malah setengah mangap memperhatikannya, bukan malah cepat menolongnya ke UKS.
"Ehm permisi." tiba tiba datang seseorang yang langsung menggendong siswi itu dihadapanku yang masih sempurna membentuk mulut bagaikan goa.
Dengan malu aku hanya bisa membuntuti pria itu. Hm oke dia bukan pria, dia teman satu angkatanku, Rama Abeevara a.k.a si pembuat onar.
Wait
Bisa nolong orang juga dia?Kataku kaget seraya berkata dalam hati.
Sampai di UKS aku hanya melihat Rama membantu siswa jaga untuk menolong gadis yang baru saja ku ketahui bernama Rainalmira.
Gadis cantik itu tak kunjung membuka matanya, aku khawatir dia kenapa-kenapa, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa.
"Eh bakul sayur. Sini lo." terdengar suara sang Rama Abitama si pembuat onar yang lumayan membuatku sedikit ngeri.
Dengan tampang pura-pura bodoh, aku bertanya padanya "Gue?" sambil menunjuk jari kearah diri sendiri.
"Iyalah lo. Lo pikir gua ngomong sama patung biologi?" katanya.
"Kenapa?" tanyaku sambil sedikit menghampirinya.
"Ngapain lo main bola kaga liat-liat sekitar hah? ga liat nih gegara ulah lo temen kita jadi gini. Kalo dia ga sadar-sadar gimana?" gerutunya dengan nada super kesal, tapi satu yang baru ku ketahui. Ternyata si pembuat onar itu ada peduli nya juga.
"Y-ya maaf gue kan ga liat."
"Lo minta maaf bukan sama gue. Nih sama temen lo." Ia melirik ke arah gadis itu.
"Iya iya nanti kalo dia udah sadar." Jawabku sedikit kesal.
"Udah lo tungguin nih dia sampe sadar, gue cabut." Jelasnya kemudian lamgsung meninggalkan ruang UKS.
Aku hanya mengangguk dan melihat tubuh tegap dengan look 'anak berandal-nya' hilang dibalik pintu.
***
Sesekali aku menatap kearah wajah sendu gadis itu. Kulit putihnya membuat ia semakin terlihat pucat. Aku mencoba membangunkannya dengan melambaikan tangan diatas kedua mata nya, menciumkan harum minyak telon ke hidungnya, dan sesekali menoel tangannya. Tapi gadis manis ini tetap sempurna terpejam.
Tiba-tiba suara berisik sepatu berlari dari luar ruangan terdengar semakin nyata.
Suara lelaki yang terdegar cemas memasuki ruang UKS yang sepi. "Rain... lo dimana Rain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Novela Juvenil[The Winner Of Wattys Award 2017 Category THE ORIGINALS] Ketika Terlalu Takut Untuk Menatap Hujan. Soal hujan yang datang membawa luka. Juga tentang senja yang datang hapuskan ia, dan gantikannya jadi bahagia. ...