DELAPAN BELAS : Perasaannya

5.9K 358 5
                                    

'Let the rain wash away all the pain of yesterday'

Seperti kamu yang datang dengan luka, namun sesempat itu pula hadirkan dirimu untuk perlahan menyapu bersih lukaku.

💧💧💧


Keempat benda hitam yang tengah menggelinding dengan kompak perlahan berhenti ketika memasuki gerbang bertuliskan "SMA 1 ANGKASA JAYA"

Brug

Lelaki itu menutup pintu mobilnya tak terlalu kencang. Namun seseorang yang tengah berjalan santai disamping kendaraannya itu tetap saja terguncang tubuhnya. Alias kaget.

Duh anjir kaget.

Gerutunya dalam hati, kemudian melanjutkan langkahnya.

Sosok pria yang baru saja mengunci mobilnya hingga berbunyi beep-beep itu menyadari sosok yang tadi tak sengaja ia kagetkan.

Sontak ia sedikit berlari untuk mensejajarkan jalannya dengan sang gadis.

"Pagi." Sapa pria itu saat berada di samping gadis itu.

"Eh-- lo, pagi juga."

"Naik apa tadi kesini?"

"Naik angkot, mas Parjo sakit."

Pria itu mengangguk. "Kenapa nggak minta bareng gue?"

"Hah siapa lo sampe gue minta bareng."

"Gue?" tanya pria itu. "Calon lo."

"Idih ngarep lo." Sebutnya sambil mengejek kemudian berlari menghampiri kawannya.

Pria selengean itu membenarkan jambul di rambutnya sambil tersenyum kearah punggung gadis yang barusan menolaknya mentah-mentah.

***

Aku melihat sosok tak asing di depan sana. Cengiran khas nya itu selalu bisa buatku tertawa di pagi hari.

"Heyy brader." sapaku.

"Hey soul sister, ain't that mister mister on the radio, stereo
The way you move ain't fair you know."

Katanya malah menyanyikan lagu milik Train itu.

Aku hanya berdecak sambil menggeleng kepalaku dan tertawa bersama setelahnya.

"Yuk ke kelas." ia menarik gantungan boneka di tasku.

"Cus!"

Langkah kaki kami berjalan beriringan menuju kelas. Ya, benar sekali kami satu kelas.

Sudah tau orangnya siapa?

Sudah dong ya.

"Cie yang dianter sopir angkot." ledeknya.

"Ah biasa aja tuh nggak jauh beda sama dianter mas Parjo." Kataku menimpalnya.

"Kalo gitu kenapa nggak tiap hari naik angkot?"

"Nanti mas Parjo makan gaji buta!" kataku lalu berlari meninggalkannya.

Namun langkah kakiku ini justru melawati kelasku, sudah tau akan kemana?

"Woyyy kelewatan woy."

"Kantin dulu boy." kataku berteriak.

Aku sudah tau, si lamban itu tak lama kemudian juga pasti sampai dihadapanku.

"Ke kelas kali jangan skip mulu di pelajaran awal. Kebiasaan lo nggak berubah ya Rain."

"You know me so well." kataku sambil menyantap bubur ayam.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang