'I like people who smile when its raining.'
Seperti aku yang menyukai senyuman dikala hujan, namun rasa sesak itu tetap melesat dalam dada. Sampai saat ini.
💧💧💧
Lamunan - lamunan kilat kala menunggu hujan membuat potongan ingatan tentang Rian seolah berterbangan memanggilku kembali.
Rianalfaza.
Bang Rian, begitu aku memanggilnya.
Ya, kakak satu-satunya yang kumiliki, namun Ia menghilang kala hujan deras mengguyur Jakarta sore itu.
flashback on
1 Desember 2014
13.45 PM"Bang Rian jadi jemput Rain kan?" tanyaku antusias saat menelfonnya
"Iya Rain, nanti kasih tau abang ya harus jemput jam berapa."
"Oke bang, nanti Rain telfon lagi." Jawabku ceria.
"Oke, bye Rain adik abang." tukasnya penuh sayang
"Bye abang."
💧💧💧
Sore itu, adalah hari dimana pementasan biola diadakan. Aku berhasil tampil sempurna walau Ayah, Ibu, dan bang Rian tak bisa hadir untuk menontonnya.Ya, mereka sibuk. Aku paham betul. Bersyukur abang mau menjemputku sepulang Ia sekolah.
Nada sambung telfon terdengar jauh ketika Rain mencoba menghubungi Rian.
tut..tut..tut.
Panggilan tidak terjawab.
Rain tak berhenti menelfon abangnya.
"Halooooo Rainn!!" Suara sangat ribut menyambutnya dengan semangat
Lagi - lagi temen temen abang yang ngangkat. Bisa ngga sih bang handphone nya disimpan sendiri. huft
"H-hal-o kak, bang Rian nya ada?" tanyaku mencoba sopan
"Ada nih mau Bang Rianalfaza apa Rian mahendra?" tanya temannya jahil
"Bang Rianalfaza." Jawabku singkat
"Halo Rain, udah pentasnya?" suara lembut penyayang khas abangku terdengar manis disana.
"Udah nih bang, jemput Rain sekarang yaa." jawabku bahagia.
"Oke tunggu disitu yaa jangan kemana mana awas ada anjing galak nanti hahaha." jawab nya sambil menjahili ku.
"Rian Rian.. bener bener abang-able banget lo." Canda temannya yang bernama Rio
"Haha bisa ae lo. Udah ah gue cabut dulu ya mau jemput kesayangan." Pamit nya sambil tos ala anak SMA kekinian.
💧💧💧
15 : 50 PM"Ck bang Rian mana sih kok lama banget katanya udah otw tadi." gerutu ku kesal sambil cemberut.
Waktu terus bergulir bersamaan dengan hujan yang semakin nyata derasnya. Namun sosok lelaki yang mengenakan seragam SMA itu tak kunjung datang.
Dan tak pernah datang.
flashback off
💧💧💧
Cokelat panas yang sedari tadi kuputar putar gelasnya, menjadi dingin. Ya, akibat lamunan - lamunan masa lalu yang membuatku kian terpuruk.Bang Rian, Rain kangen abang.
Daun yang telah menguning memecah lamunan ketika dia jatuh dan terbang tepat didepan mata Rain. Sontak Rain tersadar atas lamunannya tadi.
"Udah ga hujan ternyata."
Genangan - genangan kecil air pemandangan khas selepas hujan menemani perjalanan Rain sampai ke rumah. Tali sepatu yang sedari tadi lepas dibiarkannya memasuki genangan air dan terinjak hingga sempurna kotor.
"Assalamualaikum bunda." salam Rain menyambut bunda dirumah
"Waalaikumsalam anak bunda." sambut bunda ceria. "Aduhh itu tali sepatunya kotor kenapa ga diikat sayang?" tanya bunda sedikit khawatir.
"Hehe, gapapa bunda Rain males jongkok buat ngiketnya, lagian kan ada lagi."
"Yaudah sana ganti baju istirahat, pasti capek kan."
"Iya bun, Rain ke kamar dulu ya."
Bruk
Aku melempar tas sekolahku ke arah kasur kemudian menghempaskan tubuhku seraya terpejam.
[493 words]
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen Fiction[The Winner Of Wattys Award 2017 Category THE ORIGINALS] Ketika Terlalu Takut Untuk Menatap Hujan. Soal hujan yang datang membawa luka. Juga tentang senja yang datang hapuskan ia, dan gantikannya jadi bahagia. ...