EMPAT BELAS : Kacau

6.3K 401 8
                                    

'Hidup gue udah cukup kacau buat lo acak-acak lagi. So, be nice with me.'
-Rama

💧💧💧

Brug

Lelaki tampan itu menutup pintu mobilnya dengan keras.

Tau apa yang barusan ia lihat?

Lelaki yang di otaknya menyandang cap brengsek.

***


Coffee and Ben
Jakarta, 2017.

Cafe ini menjadi satu-satunya tujuan apabila otak dan hatinya dirasa tak berjalan beriringan.

Kacau.

Kehidupannya tak pernah normal, ia rasa begitu.

Kendaraan beroda empat itu perlahan berhenti di parkiran Coffee and Ben. Sepatu khas anak SMA terlihat menginjak tanah saat pintunya mulai terbuka.

Ia tampak tak bersama seseorang. Lelaki pun tidak, apalagi wanita. Ia menutup pintu mobilnya kemudian berlalu menuju pintu masuk Cafe. Disambut hangat oleh pelayan disana yang tampaknya sudah tak asing dengan sosok Rama.

Rama selalu duduk di tempat yang ia rasa sepi dan menenangkan, di ujung bagian taman dengan air mengalir indah di jendela kaca tepat disampingnya.

Memesan sebuah kopi favoritnya, Caramel Macchiato dan makanan yang ia anggap ringan. Nasi padang. Oke bukan ya kawan, yang barusan itu bercanda. Ia memesan nachos.

Dan tak lupa, extra cheese.

Awas, jangan ngiler.

/skip/

Baru saja ia membuka laptop kesayangannya dan memasang earphone di telinganya. Pesanan nya sudah sampai dengan selamat di mejanya.

Tempat yang ia huni itu memang selalu sepi, seperti tempat yang ia pesan khusus untuk ruang private. Nyatanya bukan, tempat itu memang terpencil dibelakang Cafe, tak banyak pengunjung yang mengetahuinya.

Satu demi satu nachos yang ia pesan masuk ke dalam mulutnya. Sesekali juga ia menyeruput kopi nikmat favoritnya itu.

Surga dunia.

Aaahhhh

Ia meregangkan tubuhnya sejenak kemudian bersandar di kursinya. Menengadah ke langit dengan mata terpejam dan lagu yang ia putar menenangkan hati nya saat itu.

Suara seseorang yang memasuki areanya membuat Rama membuka pejaman matanya dan membenarkan posisi tubuh. Ia mengedarkan pandangan dan saat itu ia melihat tepat di seberangnya yang agak berjarak. Tak terkejut lagi, karena sudah jadi pemandangan yang biasa ia temukan di Cafe, dimanapun itu. Ia melihat sosok tak asing yang ia sebut pria brengsek.

Sial.

Ngapain si brengsek itu kesini.

Wait..

Cewek berbeda lagi? bener-bener gila.

Apa salah bunda sampe milih laki-laki gila seperti papa yang hobi ganti-ganti teman kencan seperti ini.

Argh sial. Dia malah bikin hati gue tambah kacau.

Rama tampak kesal saat itu. Ia menghabiskan kopi favoritnya dengan terburu-buru.

Sayang udah bayar soalnya.

Oh bukan. Ia tak akan memikirkan hal seperti itu.

Sepertinya ia tak ingin melihat hal menjijikan yang akan terjadi mungkin beberapa menit lagi.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang