[3.]Naga Hitam

13.5K 617 20
                                    

Zen membuka matanya perlahan dia menatap seorang perempuan yang ada di sebelahnya, bajunya sudah robek di beberapa bagian membuat Zen bingung sendiri.

Dia berusaha mengingat apa yang terjadi dengan Kiezi sehingga pakaiannya robek dibeberapa bagian. Zen bangun lalu berdiri, dia tak merasakan sakit padahal luka yang diakibatkan oleh Kiezi masih ada.

"Kau sudah bangun Zen," suara seorang gadis membuat Zen tersenyum senang. "Kiezi." Zen duduk di ranjang lalu tiduran lagi, Kiezi naik ke atas Zen lalu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Zen.

Kiezi mencium bibir Zen, Zen membalas dengan penuh nafsu, perlahan ciuman itu memanas. Menimbulkan desahan sexy dari Kiezi membuat Zen sadar.

"Kiezi aku-"

"Kau liar Zen, tapi aku suka," ucap Kiezi yang terlihat merona karena Zen tadi membuat bekas di bagian leher milik Kiezi.

"Apa benar vampir tidak memiliki hati dan jantungnya ada tapi tidak berdetak?" Tanya Zen dengan polosnya membuat Kiezi tersenyum.

"Kau ini lucu sekali Zen, vampir memiliki hati hanya saja... hati dan jantung kami berbeda pada halnya manusia, kami mempunyai umur panjang dan abadi. Hanya mati saat kepala kami lepas dari tubuh kami, kecuali vampir itu setengah iblis," ujar Kiezi memperjelas.

"Hati kami para vampir itu beku, kami itu tidak memiliki perasaan sama sekali. Sekali kami membunuh kami tidak akan memiliki rasa penyesalan ataupun kasian sama sekali. Lagian juga kami ini tidak menargetkan manusia menjadi mangsa, kami hanya memilih mereka saat kami sudah yakin kalau dia itu benar-benar bisa jadi kesatria," lanjut Kiezi dengan jelas dan tanpa jeda sama sekali.

"Oh, kalau begitu aku adalah vamore berarti aku harus melindungimu?" Tanya Zen membuat Kiezi gemas sendiri. Dia langsung mencium bibir Zen lagi membuat Zen kaget lantas langsung menutup mata dan diam saja.

Kiezi melepas ciuman itu lalu menatap ke arah laki-laki yang ada di depannya ini. "Kau mencintaiku kenapa?" Tanya Kiezi membuat Zen mengerutkan kening bingung.

"Hah...sudahlah, kita harus bersiap-siap. Kita akan pergi ke dearah Lucifer City," ucap Kiezi sambil berdiri. "Lucifer City? Kita meninggalkan kota ini?" Tanya Zen.

Kiezi menatap Zen penuh arti lalu tersenyum, "Iya kita harus pergi dari kota ini, kau tak apakan? Kau juga tak memiliki keluarga di sini."

Zen berdiri lalu mengangguk dan bergegas bersiap. "Mau mandi bersama?" Goda Kiezi membuat Zen menaikkan salah satu alisnya bingung.

"Ki, kau sedang tidak sakitkan?" Tanya Zen dengan tampang yang benar-benar polos. "Vampir tidak bisa sakit Zen." Kiezi memeluk Zen lalu menempelkan bibirnya didada bidang Zen membuat Zen menahan nafas kaget.

Kiezi mencium bibir Zen dengan sedikit berjinjit, Zen berusaha tidak tergoda walupun tetap saja. Zen mengangkat tubuh Kiezi memasuki kamar mandi.

"Kau memaksaku Ki, jangan salahkan aku kalau kau nanti merasa sakit," ucap Zen lalu mencium Kiezi, Kiezi tersenyum lalu terkekeh. "Tenanglah Zen, aku tidak akan melarangmu."

Selanjutnya tubuh mereka berdua terguyur dengan air yang dingin berciuman tiada henti, walau tanpa cinta tapi penuh nafsu.

---

Zen berjalan dengan sedikit kesal karena kelakukan Kiezi, Zen menandai Kiezi menjadi miliknya tapi Kiezi terlihat biasa saja.

Kiezi berjalan dengan langkah super santai seakan tak ada yang terjadi antara dia dan Zen, seandainya di sini tidak banyak orang. Zen akan menyerang Kiezi.

Mereka dengan Gleya yang memimpin sedang berjalan di daerah Lucifer City. Kesatria milik Gleya adalah Galeo sama-sama 'G'.

"Kau tak pernah ke daerah inikan Zen?" Tanya Gleya membuat Zen mengangguk macam anak kecil. "Bunda sampai kapan kita akan berjalan, aku lelah," rengek Kiezi kesal.

"Kenapa kita tidak memakai gerbang teleportasi saja?" Tanya Galeo yang sama bingungnya.

"Oh iya ya! Kenapa aku tidak kepikiran dari tadi a-"

Bledarr!!

Bomm!

Bomm!

Suara ledakan membuat keempat orang ini menengok ke arah asal suara tepat di depan mereka. Monster besar,sangat besar ada di depan mereka.

Banyak suara teriakan, vampir yang termasuk kaum rendah langsung berlari menuju tempat berlindung, sedangkan vampir kaum tinggi menuju ke arah monster itu lalu menyerang.

"PANGGIL BANGSAWAN! KITA TIDAK AKAN BISA MENGALAHKAN MONSTER INI!" Teriak salah satu vampir kaum tinggi yang sedang berusaha menahan serangan dari monster bermata lima itu.

Gleya yang langsung bertindak dan memanggil Galeo. "Segel Galeo Devanio buka!" Galeo langsung berubah menjadi elang raksasa. Gleya langsung naik dan membantu para vampir kaum tinggi sedangkan Kiezi diam seperti tidak peduli.

Gleya menyerang monster itu dengan api hitam miliknya, "Galeo keluarkan apimu." Galeo langsung mengeluarkan api hitam miliknya dan berhasil membakar monster itu.

Gleya tersenyum senang, Tapi sialnya! Monster itu menjadi memiliki kepala dua. Kiezi menghela nafas, dia berjalan santai dengan sangat malas. "Zen, aku tak tau kau bisa menggunakannya atau tidak tapi coba dulu."

Zen mengernyit bingung, "Segel Zenard Fiolasond buka!" Seketika itu tubuh Zen terangkat keatas lalu menjadi naga hitam. Gleya yang melihat sedikit kaget, ia tidak tau kalau anaknya itu benar kalau Zen akan menjadi naga hitam.

Zen bergerak menuju ke bawah lalu Kiezi naik di atas Zen. "Zen dengarkan aku, kau bisa menuju kearah monster itu?" Tanya Kiezi yang membuat Zen sedikit bingung tapi segera terbang menuju ke atas situ.

"Kau bisa menggunakan kekuatanmu Zen." Kiezi sedikit khawatir karena memang dia baru mengubah Zen menjadi vamore kemarin. "Aku tidak tahu," balas Zen.

"Hah...aku akan menggunakan kekuatanku, kau tetap berusaha menjaga keseimbangan." Zen diam. Kiezi memusatkan kekuatannya, lalu muncul sebuah rantai gelap dan langsung merantai monster itu dan rantai hitam itu mencari pusat jantung monster.

"Cepatlahh... waktuku tidak banyak," desis Kiezi kesal. Lalu dia mengeluarkan satu lagi rantai.

Sialan! Untung sempat, batin Kiezi dengan setengah kesal.

"Ketemu, aku harus mengobarkan tenaga." Kiezi menatap kesal ke arah monster itu. Lalu mengalirkan listrik hitam kearah rantai itu, lalu diikuti oleh Kiezi memuntahkan sesuatu dari mulutnya.

"Sial!"

Listrik itu lalu membuat ledakan di dalam tubuh monster berkepala dua itu, lalu sudah tidak dapat menjadi kembali hidup.

"Segel Zenard Fiolasond tu-tutup." Zen menjadi manusia lalu tubuh Kiezi langsung jatuh, Zen menatap kaget dan langsung menarik tubuh itu lalu memeluknya.

Dengan sigap Galeo terbang dan membawa mereka ke tempat mereka yang harus tuju. Zen menatap Kiezi dengan perasaan sangat cemas.

"Dia lemas kau hanya memberinya darah saja dia akan baik-baik saja," ucap Gleya yang melihat Zen terlihat sangat khawatir.

Zen menurut, lalu menggigit bibir bawahnya cukup lama. Lalu keluar darah dari bibirnya itu, lalu dia menempelkan bibirnya kebibir manis Kiezi.

---

VINAANANTA

REVISI : RABU, 4 OKT 2017

BLOOD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang