[10.]Darah Kiezi dan Zen

5.8K 309 6
                                    

Gleya tampak bingung, dia takut dengan keadaan Kiezi. Bukan takut Kiezi akan mati tapi dia yang lepas kendali nantinya.

Dia tahu Kiezi kadang bisa lepas kendali dan malahan tidak bisa membedakan mana yang lawan dan mana yang kawan.

"Hei, kau ini kenapa?" Tanya Galeo dengan raut wajah sangat khawatir. "Oh iya aku tadi dapat pesan ada dua orang yang mencarimu. Di manssion, lebih baik kita ke Manssion sebentar, di sini juga pasti ada yang jaga. Guru-guru lain pasti bisa."

"Baiklah kalau begitu. Ayo."

---

Kiezi menatap dingin ke arah pasukan di depannya. "Apa mereka sudah tau kalau kita akan kesana?" Tanya Devi dengan raut wajah ketakutan.

"Aku tidak tau," balas Helen.

"Ki, mereka menyeramkan," ucap Filei kepada Kiezi. Kiezi menatap ke arah 10 orang yang ada didepannya. "Kalian ini berasal dari mana?" Tanya Kiezi tanpa rasa takut sama sekali.

"Kalian bangsawankan? Berikan apapun yang kalian punya atau kalian akan mati!" Teriak seorang dari mereka. Mereka semua memakai pakaian bewarna hitam.

"Hahh...perampok, kaum rendah ternyata," gumam Ganang bernafas lega.

"Kami tidak ada waktu bertarung dengan kalian," ucap Kiezi dingin.

"Mereka sepuluh orang, kita hanya delapan tapi kekuatan kita bisa berlipat ganda." Celetuk Timo tapi dengan suara sangat pelan.

"Hahaha! Apa kalian takut dengan kami!? Kalau kalian tidak takut ayo kita bertarung! Kalau kalian menang kalian boleh lewat, kalau kalian kalah kalian berikan apa yang kalian punya!"

"Hah...malas sih, tapi apa boleh buat," gumam Kiezi sambil menarik tangan Zen lalu meminum darah Zen. "Zen kau bisa sendirikan? Bertarung melawan mereka?"

Zen mengangguk.

Kiezi mengeluarkan rantai miliknya, dia melilitkan rantai itu ke tubuh salah satu dari mereka. Lalu setelah itu dia mengaliri listrik lewat rantai itu.

"Satu tumbang," gumam Kiezi.

Zen menyerang dengan kilatan petir dibarengi dengan Timo yang menggunakan gelembung miliknya.

Ganang mengeluarkan cahaya hipnotisnya, cahaya ini membuat orang yang terkena akan membayangkan kisah-kisah yang menyeramkan dan setelah itu mereka bisa langsung membunuh orang itu.

Lagi-lagi Kiezi berhasil menumbangkan, Devi juga punya kekuatan yang sama dengan Ganang.

"Balon apa ini?" Gumam salah satu dari mereka. "Yuhuu!" Terdengar suara ledakan, itu adalah bola peledak milik Vans dan Filei.

"Hahh...capek juga ya."

"Tinggal empat," gumam Timo.

"Hyahhhh!" Teriak seseorang membuat Zen mencari-cari siapa yang berteriak.

Jleb!

"ZENNNN!!" Teriak semua saat melihat pisau menusuk tepat diperut Zen. Zen berhasil menendang dan memegangi perutnya yang terluka itu. Kiezi membelalakan matanya kaget. Dia langsung menusuk perut sang perampok kaum rendah itu dan melemparkannya ke arah lain.

"Argghh!"

"Helen, Vans urus mereka, aku akan mengobati Zen." Mereka mengangguk dan membunuh semua perampok yang ada, vampir bangsawan itu kejam dan itu harus.

"Zen, kau masih dengar aku?" Tanya Kiezi penuh dengan kekhawaitran. "A-aku tak apa Ki, te-tenang aja. Aku tidak apa."

"Zen, maafkan aku. Aku tak bisa melindungimu." Kiezi menatap Zen. Lalu berpikir,
aku harus melakukan ini.

Kiezi menggigit bibir bagian bawah miliknya lalu ia meminumkan darahnya itu ke Zen. Walaupun dia tahu apa yang akan terjadi.

Zen akan menjadi setengah vampir, tapi bukan berarti dia akan haus darah. Hanya saja gerakannya sama dengan vampir tapi dia akan tetap seorang manusia ataupun vamore.

Kiezi menghapus jejak darah yang ada di mulutnya lalu menunggu terlebih dahulu. Teman-temannya sudah membereskan semua perampok yang ada.

"Sudah semua?" Tanya Kiezi. "Sudah Ki, bagaimana keadaan Zen?" Tanya Timo dengan raut wajah khawatir.

"Kita istirahat saja dulu, ini juga sudah hampir malam."

"Iya sudah."

Mereka beristirahat, sedangkan Zen belum sadar. "Zen, maafkan aku ya," lirih Kiezi yang meneteskan air mata.

---

"Kalian tau tidak kalau vampir dan vamore itu boleh jatuh cinta?" Tanya Ganang dengan nada dibuat-buat.

Sekarang hanya ada para vampir, vampir itu tidak harus tidur. Sedangkan para vamore, mereka masih manusia.

"Aku tak tau , dapat dari mana kamu Nang?" Tanya Helen terlihat sangat serius. "Kau ini serius banget, jangan-jangan kau suka sama Timo ya?"

Perlahan wajah Helen memerah malu, sedangkan yang lain tertawa. Lagi-lagi Kiezi teringat dengan Zen yang sekarat dan dulu ia pernah menyatakan cintanya kepada Kiezi.

"Kiezi! Kau tidak usah murung begitu dong, kau jangan terus berpikiran negatif, Zen pasti tidak apa-apa aku yakin!" ucap Helen menenangkan.

"Iya terima kasih," ucap Kiezi sambil tersenyum samar. "Vampir dan vamore itu boleh jatuh cinta, tapi kalau sang vamore mau menjadi setengah Vampir dan setengah Vamore," ucap Ganang dengan senyum lebarnya.

"Kau tahu darimana?" Tanya Vans dengan tatapan sungguh curiga. "Dari buku," ucap Ganang.

"Oh... apa ada yang seper-"

"Ada, kakaknya Zen. Dia seorang vamore dia juga setengah vampir. Nama dia Fiola Fiolasond. Dia membunuh keluarganya sendiri tapi dia tidak berani membunuh Adiknya."

"Hahh? Oh yang saat itu bertarung dengan Zen itu kakaknya?" Kiezi menganggukan kepalanya.

"Semoga dia cepat sadar ya."

---

VINAANANTA

REVISI : JUMAT, 6 OKTOBER 2017

BLOOD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang