[23.]Rencana

4.3K 235 17
                                    

Kiezi berjalan menyusuri hutan sendirian, dia masuk dan terus masuk. Hutan terlarang yang seharusnya tidak ia langkahi ini. Kiezi menatap bingung, sepertinya vampir yang tadi mengerjainya adalah salah satu vampir yang membenci dirinya.

"Sudahlah, aku kembali saja," ujar Kiezi bohong, tiba-tiba ada seseorang yang keluar dan langsung dtarik dan diikat oleh Kiezi menggunakan rantai. Anak itu adalah perempuan, dia menunduk takut dan sudah menangis duluan.

"Siapa kau?" Tanya Kiezi dengan wajah dinginnya, tapi anak itu tidak menjawab dan memilih diam. Anak itu sudah menangis keras membuat sedikit keributan di hutan yang sunyi ini. Rantai bewarna hitam milik Kiezi berubah menjadi benda runcing yang mungkin siap langsung menusuk mulut anak itu.

"Siapa kau? Kenapa kau kemari?" Tanya Kiezi berusaha sabar padahal dia sudah kesal. "Kau yang tadi melemparku dengan batu?" Tanya Kiezi dan diangguki oleh anak perempuan itu.

"Kenapa?"

Anak itu diam dan tidak menjawab, Kiezi mengira mungkin anak itu tidak bisa berbicara. Tapi kalau tidak bisa berbicara kenapa sedari tadi anak ini berteriak 'ibu' melulu.

"Hei, sekarang aku bertanya, siapa namamu? Kenapa kau melemparku dengan batu?" Tanya Kiezi membuat anak ini semakin keras menangis.

"Hah... sudahlah, aku kembali saja. Mengurusi anak sepertimu malah membuang-buang waktuku."

Kiezi melepaskan rantainya lalu memilih meninggalkan anak itu. Kiezi tidak peduli karena dia juga kesal.

"Hihihi... kau sudah membuat ayahku sengsara Kiezi sekarang giliran aku membuatmu sengsara dan membunuhmu perlahan." Anak kecil itu perlahan berubah menjadi seorang lelaki tampan, rambut panjang dan tertawa iblis. Lalu tubuhnya menghilang bagaikan abu.

---

Kiezi berpikir, sebenarnya anak perempuan tadi siapa? Kenapa anak perempuan tadi melempari dirinya dengan batu? Tapi namanya juga Kiezi, Kiezi tidak peduli dan memilih masuk ke dalam ruangan ayah dan ibunya. Tapi saat membuka betapa terkejutnya melihat ibunya dan ayahnya sedang berciuman mesra.

Dia menghela nafas dan memilih menuju ke kamar Zen, dia berjalan dengan santai tiba-tiba ada angin yang membuat rambut pirangnya mengibar tertiup angin. Padahal ruangan istana ini tertutup tapi bisa ada angin kenapa?

Tapi Kiezi tidak penting dan tetap melanjutkan perjalanan, walau jujur saja Kiezi merasa ada aura aneh di dekatnya sedari tadi. Tapi dia tidak penting dan memilih langsung melesat pergi ke kamar Zen.

Sesampainya di kamar Zen, dia langsung memeluk Zen sangat erat membuat Zen langsung kaget. "Hei, kenapa?" Tanya Zen sambil menatap lembut ke arah Kiezi, Kiezi malah diam dan terlihat seperti orang manja saja.

"Hei, kau ini ke--ugh... hah... ke-kenapa? Ki kau ke-kenapa sih?" Zen merintih saat Kiezi malah menancapkan taringnya di dada bidang Zen yang sedikit terbuka. Zen memang tidak apa soal itu, tapi setahu Zen kemarin Kiezi sudah meminum darahnya.

Kiezi tak menjawab tapi tetap meminum darah Zen, hingga ahkirnya Kiezi menarik kembali dirinya dan mencium perlahan bibir Zen. Zen senang tapi di hatinya sedih, sampai sekarang dia tetap tidak tahu sebenarnya perempuan di depannya ini menyukainya atau tidak tapi ya sudahlah.

"Zen."

"Apa Ki?"

"Aku mencintaimu."

---

Zen menidurkan kepalanya di bantal miliknya tapi dia merasa resah karena perkataan Kiezi tadi siang. Dia merasa ada yang aneh, kenapa Kiezi berkata 'Aku mencintaimu' kepada Zen, Zen memang cinta tapi kalau Kiezi memaksakan perasaannya sama saja Zen tidak bisa menerima itu.

"Sebenarnya Kiezi kenapa?" Gumam Zen, dia melihat ke arah langit lewat jendela yang masih terbuka. Dia menatap jendela itu lalu berdiri dan berjalan ke arah jendela yang terbuka itu. Dia menghembuskan nafas secara kasar, dia malas untuk berpikir kenapa Kiezi bisa mengatakan itu. Tapi ya sudahlah.

---

VINAANANTA

REVISI : SENIN, 9 OKTOBER 2017

BLOOD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang