[WARNING] 17+
---Zen membuka matanya lebar saat dia juga merasakan sesuatu keluar dari mulutnya. Darah merah bercampur darah hitam.
Dia duduk dan meremas bagian dadanya yang terasa sakit. Dia menahan nafas lalu menghembuskan nafas secara kasar.
Dia menatap ke arah Bevan yang menatap khawatir serta Fiola juga Kinan. Dia menyeka darah yang di ujung bibirnya lalu menatap ke arah Kinan.
Tatapan dingin masih ada, bukan berarti sosok Zen benci hanya saja ada rasa sesak di dadanya.
Zen berdiri tanpa peduli dengan sahutan kakakknya juga Bevan dan Kinan. Dia melangkah pergi dan memilih menuju ke taman belakang.
Dia lelah seperti ini, terpaksa menjadi vamore selain Kiezi itu sangat sulit baginya.
---
Kinan menatap ke arah langit kamarnya, dia membiarkan perlahan air mata menurun dengan sendirinya.
Salahkah aku mencintaimu? Batin Kinan sedih.
Dia menutup mata membiarkan jendela juga terbuka lebar, angin malam yang berhembus dingin. Dia tidak kedinginan, tapi dia merasakan sesuatu yang aneh.
Dia terdiam menatap lurus ke arah jendela balkon yang terbuka lebar. Dia duduk lalu berdiri dari ranjangnya.
Dia menatap ke arah kota yang masih terang, dia menghembuskan nafas secara kasar.
Siapa sebenarnya Kiezi? Kenapa mereka begitu menyayangi dirinya? Kenapa dia tidak ada? Kenapa dia harus ada juga? Kenapa Zen harus mencintai seorang yang sudah tidak bisa hidup lagi? Batin Kinan dengan kekesalan memuncak.
Dia terdiam menatap ke arah langis yang sudah gelap, tapi di daerah kota masih terang karena waktu belum menunjukkan waktu yang terlalu malam.
Dia mendengus secara kasar, tiba-tiba semilir angin membuat sosok Kinan kaget.
Ada sebuah angin besar menerpa wajahnya dan membuat dia mundur beberapa langkah. Dia menatap was-was takut bila ada sesuatu.
"A-apa tadi?" Batin Kinan ketakutan. Dia mundur selangkah terus mundur hingga badannya membentur seseorang.
Dia terdiam ketakutan, hingga suara yang sedikit familiar. Dia berbalik dan menatap dengan alis yang bertautan.
Laki-laki hanya memiliki satu sayap, warna mata biru, dan rambut hijau tosca. Juga pakaiannya tidak terlihat mewah tapi lusuh.
"Siapa kau?" Tanya Kinan dengan keringatan dingin. Walau dia putri vampir juga putri dari Bevan, dia tidak sekuat ayahnya. Dia hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis.
"Aku tahu kau pasti lupa," ujar lelaki itu. Lelaki itu berjalan dan mendekat ke arah Kinan. Kinan mundur lelaki itu maju, Kinan kembali mundur saat laki-laki itu maju.
Dia meneguk salivahnya sulit, dia merasa familiar dengan suara tapi tidak ingat siapa laki-laki yang ada di depannya.
"Sebenarnya aku tidak ingin menemuimu, aku takut terjadi masalah. Tapi sayangnya aku rindu dengan harummu, senyummu, desahanmu, serta bibirmu yang indah itu. Aku merindukan segalanya tentangmu," ujar laki-laki itu.
Jonathan Feiry, dialah yang datang. Jonathan seorang peri, dia terus mendekat hingga tubuhnya menghimpir tubuh Kinan.
Punggu Kinan sampai ke pagar balkon. Jonathan tersenyum smrik, dia senang jika Kinan ketakutan.
Dia mendekat dan membuka gaun Kinan perlahan, walau perlahan tetap saja Kinan mematung. Tangannya terasa tidak bisa bergerak, dia memanang mata biru Jonathan. Dia masih diam dan terus meneguk salivahnya.
Tapi Jonathan bukan peri kurang ajar yang membuka pakaian wanita begitu saja. Dia hanya membuka bagian atas leher dan juga ikat tali di pinggang wanita yang dia sayangi.
"Dengar, si-siapa kamu!? Ba-bagaimana kau bisa sampai ke sini? Te-terus kenapa kau mau membuka bajuku? Ka-kau juga sepertinya mau membuat a-anak denganku? Ke-kenapa?" Tanya Kinan dengan wajah yang memerah karena dia merasakan dadanya dan tubuhnya bergesekan dengan tubuh Jonathan.
Sayangnya Kinan tidak bisa menahan itu semua, dia mendesah dengan suara yang amat kecil. Jonathan tersenyum smrik, dia sangat senang.
Jonathan mendekat dan menjilat pelan telinga Kinan. Dia turun ke bagian leher dan menjilat pelan, tiba-tiba dia menggores leher Kinan hingga keluar darah warna merah. Walau sebenarnya vampir tidak punya darah. Tapi vampir hanya mempunyai darah di bagian leher dan bibirnya.
Kinan berniat mundur tapi juga tidak bisa karena punggungnya sudah menubruk pagar balkon.
Nafas Kinan memburu, Jonathan kembali lagi ke atas mata lalu mengecup bagian mata Kinan. Dia mengecup kedua mata Kinan membuat Kinan menutup mata.
Tubuh Kinan tetap diam tidak bereaksi hingga bibir keduanya menyatu. Jonathan mencium Kinan dan tidak melewatkan setiap tempat di bibir Kinan.
Dia memeluk tubuh Kinan sangat erat, Kinan mengalungkan tangannya di leher Jonathan lalu membalas ciuman Jonathan.
Apa aku benar-benar sudah gila? Batin Kinan.
---
VINAANANTA
REVISI : SELASA, 10 OKTOBER 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD ✔
VampireBook #1 BLOOD Series (Completed) [18 +] Aku Kiezi Lucifer, aku adalah seorang vampir yang kejam. Aku mempunyai seorang vamore, dia adalah Zenard Fiolasond. Dia yang bisa membuat aku tersenyum. Umurku sekarang sudah ratusan tahun lebih. Aku adalah v...