"Kau? Siapa dia Zen? Kau... kau... Jo-Jonathan kah?"
Laki-laki yang dipanggil Jonathan itu sedikit kaget, dia menatap aneh ke arah Kinan. Dari mana Kinan tahu kalau lelaki itu adalah Jonathan?
"Dari mana kamu tahu kalau namaku Jonathan?" Tanya Jonathan dengan alis yang berkerut, dia menatap curiga ke arah sosok Kinan.
Kinan menatap bingung ke arah Jonathan, dia sendiri malah tidak tahu soal ini juga. Kinan menggeleng pelan, pertanda kalau dia saja tidak tahu apa-apa.
"Apa maksudmu?" Tanya Zen menatap aneh ke arah Kinan.
"Aku tidak tahu, tapi yang jelas dia bukan orang jahat. Bukan dia yang menculikku, aku bisa merasakan auranya. Aura itu... aura... yang berbeda," ucap Kinan terlihat tidak yakin sama sekali.
"Aku tadi menemukanmu sudah terikat, tadi aku berniat untuk melepaskan ikatanmu tapi laki-laki ini tiba-tiba datang dan langsung menyerangku," ucap Jonathan sangat tenang.
"Maaf, aku tidak tahu. Semua sangat khawatir dengan Kinan. Kinan! Kau sudah dibilangi untuk tidak membuka jen--"
"Iya... maaf."
---
Zen menghela nafas, sedari tadi dia memikirkan sesuatu yang mungkin saja tidak bisa dirasakan oleh sosok Kinan. Kinan tidak tahu apa-apa soal Kiezi.
Jujur sedari tadi dia merasakan aura yang aneh dari sosok Jonathan. Peri bersayap satu itu. Jarang memang di dunia ini ada peri karena sekarang bangsa peri juga telah punah.
Zen memang tidak tahu soal ini, dia hanya tahu dari buku-buku yang kadang-kadang ia baca di perpustakaan.
Zen berdiri dan menuju ke perpustakaan, kalau begitu Zen harus mencari sesuatu tentang peri bernama Jonathan tadi di perpustakaan.
"Apa aku bertanya kepada Bevan atau Gleya terlebih dahulu ya?" Gumamnya pelan, dia memutuskan untuk menuju ke ruang kerja Bevan. Dia berjalan dengan santai sampai dia berhenti di depan pintu ruangan yang terdapat ukiran di sana.
Tok... tok...
Zen mengetuk pintu itu dan terdengar sahutan dari dalam. Dia membuka perlahan pintu yang kembali mengingatkan dirinya dengan sosok Kiezi.
Sial! Aku mengingat Kiezi lagi, umpatnya dalam hati. Zen berjalan lalu duduk di sofa dekat tempat dengan jendela.
"Ada apa? Kenapa kau kemari? Biasanya kamu hanya akan ada di perpustakaan," ucap Bevan menatap ke arah Zen lalu berganti menatap ke arah kertas yang harus dia tanda tangani.
"Aku ingin berbicara tentang... peri yang saat itu aku katakan padamu," jawab Zen sambil menatap ke arah balkon.
Bevan mendongakkan kepalanya, dia menatap Zen dengan tatapan aneh. "Memang kenapa? Sejak kapan kau peduli dengan sesuatu yang tidak berhubungan de--"
"Hei, ayolah... jangan ingatkan aku dengannya," desis Zen dengan nada yang sangat kesal. Bevan tersenyum lalu mengangguk.
"Peri itu... Jonathan namanya. Aku memang tidak tahu tentangnya tapi..." Zen menggantungkan kalimatnya,
"Kinan mengenalnya. Dia mengetahui nama peri itu secara langsung."
"Apa?"
"Iya, maaf kalau aku baru beritahu ini sekarang. Aku juga merasakan aura aneh dari dirinya... jadi aku memutuskan untuk bertanya kepadamu. Yang mungkin tahu soal ini."
"Emm... aura apa yang kau maksud?" Tanya Bevan berdiri dan mengambil sebuah buku di dekat lemari.
"Aura aneh saja... aura yang sepertinya hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu," ucap Zen.
Bevan berjalan mendekat sambil membuka buku yang tadi ia ambil. "Sepertinya aura yang kau maksud adalah Fire Blood."
"Fire Blood? Apa itu?" Tanya Zen dengan nada sangat bingung. "Darah dari peri itu adalah darah api. Darahnya bisa membuat aura yang berbeda dari peri yang lainnya."
"Apa maksudnya? Aku tidak mengerti," ucap Zen dengan nada sangat bingung.
"Hah... tidak usah kau pikirkan, lebih baik kamu berusaha mencari botol ka--maaf aku lupa," ujar Bevan sambil sedikit meringis.
"Tidak apa."
---
VINAANANTA
REVISI : SELASA, 10 OKTOBER 2017
INI JONATHAN ⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD ✔
VampireBook #1 BLOOD Series (Completed) [18 +] Aku Kiezi Lucifer, aku adalah seorang vampir yang kejam. Aku mempunyai seorang vamore, dia adalah Zenard Fiolasond. Dia yang bisa membuat aku tersenyum. Umurku sekarang sudah ratusan tahun lebih. Aku adalah v...