04. Masa Lalu

1K 65 0
                                    

Ruang tamu milik keluarga Angkasa ramai didatangi banyak orang. Mulai dari tetangga, bahkan sampai sanak saudara jauh. Mereka semua kompak memakai baju berwarna hitam, tanda ingin melayat seseorang.

Laki-laki berumur empatbelas itu sedang menangis di sudut ruang tamu. Tangisannya berbeda. Ia tidak bersuara ia hanya meneteskan air matanya dan memendam rasa sakitnya. Sampai seorang perempuan paruh baya datang padanya.

"Geo, ke kamar yuk sama tante," suara perempuan itu juga terdengar lirih. Matanya bengkak dan merah akibat terlalu lama menangis. Ia sangat bersedih atas kepergian seorang kakak yang sangat ia sayangi.

Laki-laki dengan nama panggilan Geo itu tidak bergeming. Wajahnya masih datar dan memandang lurus.

"Geo, kamu belum makan, nanti tante sekalian masakin ya?" Tante Lena kembali berujar membujuk keponakannya ini agar pergi ke kamar dan makan di sana. Karena sejak semalam mereka mendapat kabar atas kepergian seseorang itu, Geo belum makan sama sekali.

"Geo maunya makan sama mamah," jawab Geo. Suaranya datar, namun Lena tau anak itu sedang tidak baik-baik saja.

Lena mendekat dan ikut duduk di sampingnya. Ia mengelus pundak anak itu. "Mamah udah tenang sayang di surga sana, kamu makan ya?"

Geo bangkit. Ia tidak menjawab, melainkan berlari menuju kamarnya.

Lena tersentak melihat itu, ia tahu anak itu sudah mengerti apa yang terjadi di hadapannya sekarang.

Semuanya terlalu sulit untuk Geo. Ia tidak punya siapa-siapa selain ayah tirinya.

Dan semuanya berubah semenjak itu.

******

"Sayang, bangun dong sayang,"
"Babee, banguunnn,"

"Ih, bangun dong!"

Yang tadinya lembut seketika berubah nada menjadi kesal. Perempuan dengan penampilan yang sudah rapih itu mengambil salah satu bantal putih dan melemparnya tepat di atas wajah laki-laki yang masih pulas itu.

Benar-benar kebo. Ya, walaupun perempuan itu tau bahwa dirinya lebih-lebih kebo darinya.

"GAVIN ADA KENDAL JENNER TELANJANG!!" perempuan itu langsung teriak kencang tepat di telinga si pemilik nama Gavin itu.

Benar saja, Gavin pun langsung membuka matanya dan refleks berdiri.

"SAYANG KENDALL MANA?" pekik Gavin yang langsung mendapat hadiah tertawa super ngakak milik perempuan itu.

"GIGI SETAN!" Gavin melempar bantal itu dan tepat mengenai kepala Gisca.

Gisca memegangi perutnya yang terasa sakit akibat tertawa terlalu puas. Sedangkan Gavin memasang wajah sebalnya.

"Cuma dengan cara kayak gini doang gue bisa bangunin kebo macam lo," ungkap Gisca membuat Gavin tambah kesal.

"Tuh kalau ada maunya aja ke gue," celetuk Gavin.

Gisca mendekat ke arah Gavin yang masih duduk di kasur. Ia naik ke atas kasur dan duduk di samping Gavin. Gisca memegang tangan Gavin yang kekar itu.

"Maafin gue dong, kemarin tuh gue kesel banget sama lo, tapi 'kan lo tau gue sayang sama lo, iya 'kan?"

Gavin diam tidak menjawab. Tangan Gisca menuju tengkuk Gavin dan membuat Gavin langsung menengok berhadapan dengan Gisca. Dengan leluasa, Gisca bisa melihat wajah tampan milik sahabatnya itu. Namun bagi Gisca, tetap saja Luke Hemmings nomor dua setelah ayahnya.

"Please?" suara Gisca melembut drastis, ia memasang wajah puppy face-nya yang sudah pasti membuat Gavin tidak tega.

Gavin menelan salivanya sendiri. Ia tahu Gisca akan memasang wajah sialannya itu. Hanya saja, jarak wajah mereka itu membuat Gavin kalang kabut sendiri.
"Iya-iya, gue mandi sekarang," Gavin bangkit dan segera masuk ke kamar mandi.

Gisca pun tersenyum bangga. Lagi-lagi ia yang menang dari Gavin.
 

***

"Nuga, itu kayaknya ada yang belum dicolok deh," suara lantang milik laki-laki bernama Ibra itu mengisi heningnya kafe.

"UDAH BRA UDAH," teriak Nuga dari arah belakang panggung. Ibra mendengus sebal. Padahal sudah berkali-kali jangan menyebutnya dengan panggilan haram itu, tapi masih saja dilakukan. Untung teman, kalau enggak, mungkin sudah Ibra pecat.


Nuga kembali dari belakang panggung bersama Alvin yang masih saja mengunyah permen karetnya dengan tampang meyebalkannya itu.

"Geo belum dateng?" tanya Ibra kepada Nuga dan Alvin.

"Tadi bilang sih udah---"

"Sorry, sorry, gue telat lagi," suara itu langsung menyela ucapan Nuga.

"Nggak pa-pa Yo," ucap Alvin sok santai.

"Ya udah, check sound dulu deh, biar nggak berantakan." intrupsi Ibra dan mereka semua mengangguk setuju.

Kali ini band SMA Taruma yang sangat difavoritkan oleh banyak anak remaja mendapat tawaran manggung di sebuah kafe yang agak jauh dari sekolahnya. Namun begitu dekat dengan kompleks rumah Nuga.

Kebetulan Nuga memang satu kompleks dengan Gisca dan Gavin.

Dua jam lagi mereka akan memulainya di kafe ini.

Sedangkan dua orang remaja sedang makan es krim di kedai sebrang kafe.

"Ya elah, lo tuh terlalu excited, mereka aja mulai dua jam lagi," suara Gavin terdengar kesal. Ternyata Gisca membangunkannya hanya untuk melihat band sialan itu. Ah, kalau begini lebih baik Gavin tidur seharian.

Gisca menjilat es krimnya. "Lo 'kan susah dibangunin jadi lebih baik menunggu daripada telat,"

Gavin hanya mendengus kesal.

"Tadinya gue sih nggak mau ganggu acara tidur lo,"

"Tapi?"

"Tapi Ghea 'kan pasti hari libur gini disuruh belajar mulu. Ih tuh anak nggak ngebul apa otaknya," sahut Gisca membayangkan otak Ghea yang sudah teriak-teriak minta tolong untuk beristirahat sejenak.

"Bagus dong, daripada lo, nggak jelas ngagumin orang kayak Geo. Gak bermutu banget,"

Gisca melirik Gavin tajam. "Biarin aja suka-suka gue. Yang ngefans 'kan juga gue,"

Gavin diam, ia tidak mau memperpanjang masalah sepele ini. Awas saja kalau sampai nama Geo bisa merusak persahabatannya dengan Gisca. Siap-siap Gavin akan menendang bokong Geo ke Afrika.

Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Gisca dengan senyuman yang sumringah dan Gavin dengan bibir monyong lima centinya. Mereka berdua berjalan menuju kafe di mana band kesayangan Gisca berada.

"Ih lemot banget sih lo!" omel Gisca yang melihat langkah Gavin malas-malasan. Rasanya Gisca ingin menyeret Gavin saja di jalanan aspal ini.

Gisca lebih dulu membuka pintu kafe meninggalkan Gavin di belakang. Ia mencari tempat duduk yang strategis untuk bisa melihat idolanya.

"Gavin, sini!" teriak Gisca pada Gavin yang baru saja masuk.

Gavin berjalan ke tempat itu. Letaknya di tengah-tengah paling depan. Lumayan dekat untuk bisa melihat band itu bernyanyi.

Dari belakang panggung, Geo, Nuga, Ibra, dan Alvin datang. Banyak teriakan yang membuat kafe ini seketika ramai.

Geo tersenyum dan memberi salam. Ada sedikit basa-basi, namun selanjutnya band itu menyanyikan sebuah lagu dari band luar negeri kesukaan Gisca. 5 Seconds Of Summer dengan judul Beside You.

Tanpa sadar tangan Gisca meremas tangan kekar milik Gavin. Rasanya itu campur aduk saat idola kalian menyanyikan lagu idola kalian yang lainnya. Gisca tidak berhenti untuk tersenyum dan menahan teriakannya. Sedangkan Gavin sedang berusaha mengontrol detak jantungnya yang sudah jedag-jedug seperti di diskotik.

Mama, Gavin pengin pipis di celana aja ah.

*****

Jangan lupa comment dan vote!
Juni 2017

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang