08. Bingung

788 49 3
                                    

Keadaan sebuah rumah, di pinggiran kota adalah yang dipilih oleh keluarga Ghea. Rumah minimalis cukup untuk lima orang di dalamnya. Jika dibandingkan dengan rumah sahabatnya, Gisca, pasti sangat jauh berbeda.

Ghea mempunyai keluarga yang sederhana, ada dua kakak laki-laki yang selalu melindunginya dari kejamnya sifat ayah dan ibunya. Ya, ayah dan ibu ghea itu sangat galak. Sangat, sangat galak dari seekor singa di hutan.

"Udah, gue yakin Ayah sama Ibu pengin lo sukses aja, lo jangan sedih ya?" suara bariton milik sang kakak menyadarkannya.

Ghea berdehem. "Gue masuk ya Kak?"

"Senyum dulu dong, masa adek gue yang paling cantik cemberut gitu," kakak keduanya----Frigo menggoda adik tersayangnya.

Ghea memukul lengan Frigo pelan. "Bisa banget modusnya, ya iya lah gue yang cantik, Bang Edgar nggak mungkin cantik, bisa ngamuk dia,"

Frigo tertawa, dia senang kalau melihat Ghea tertawa.

"Ya udah, nanti gue telat sekolah, bye sweety!" serunya mengacak-ngacak rambut Ghea, membuat Ghea langsung mengerucutkan bibirnya.

Rambut natanya hampir berjam-jam tapi diacaknya hanya dalam hitungan detik. Nyebelin, untung Ghea sayang Frigo.

Ghea mengembangkan senyumnya. Semoga dengan berada di sekolah hatinya bisa sedikit tenang dan adem.

***

Seperti biasa dua sahabat ini selalu datang bersama. Banyak kaum hawa yang melihat Gavin dengan tatapan mupeng, sedangkan Gisca hanya memutar bola matanya sebal. Cowok cengeng, yang takut cicak aja di idolain, dasar gesrek.

"Gi, liat tuh, pada ngeliatin gue," katanya songong membanggakan diri.

"Lebay lo. Banyakan fans Geo kali!" decak Gisca.

Gavin yang mendengar nama itu disebut langsung berhenti. Gisca pun ikut berhenti.

"Kenapa sih?" tanya Gisca bingung.

"Lo duluan aja deh, gue mau kencing dulu," jawab Gavin nadanya terdengar datar tidak seperti tadi mereka bergurau.

Gisca yang tidak mengerti hanya mengangguk nurut dan lanjut berjalan.

Ya, Gavin memang bercerita tentang makan malam haram yang terjadi itu pada Gisca. Namun tidak dengan kenyataan Gavin dan Geo yang bersaudara. Waktunya nggak pas, dan Gavin juga tidak berniat memberitahu Gisca. Kayaknya nggak penting dan nggak berfaedah juga.

Gavin masuk ke dalam toilet laki-laki. Ia hanya beralasan mau pipis, nyatanya tidak. Ia memutar keran air di hadapannya. Mencuci muka kayaknya lebih baik. Gavin melihat wajahnya di depan cermin besar itu.

"Ganteng sih, tapi kok Gigi nggak kepincut ya?" ucapnya pada diri sendiri.

Baru saja ingin bergegas pergi. Laki-laki yang dikenal sebagai vokalis Band Taruma datang.

"Gav, gue mau ngomong sama lo," ucapnya mencegah Gavin pergi.

Gavin tidak meghiraukan namun Geo langsung kembali mencegat di depannya dengan memegang bahu Gavin.

"Minggir." Ucap Gavin ketus.

Geo menggeleng. "Nggak, sebelum kita bicara."

"Gue nggak mau. Minggir!" sentak Gavin menepis tangan Geo yang ada di bahunya. 

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang