34. Sedikit Peduli

441 28 3
                                    

Niatnya memang hari ini Gisca akan meminta maaf pada Ghea dan kawan-kawannya atas kejadian kemarin. Dan sudah pasti ia akan meminta maaf pada Gavin. Karena saat Gisca pulang, ia merenung di kamarnya. Menyadari kesalahan yang selama ini sudah Gisca buat. Harusnya ia tidak perlu memakasakan Gavin dan Ghea untuk bersama. Dan ucapan Gavin yang semalam, itu pasti Gavin hanya ingin meyakinkan Gisca kalau ia sudah tidak mau lagi menjalin kasih bersama Ghea.

Tapi, kenapa harus menyatakan sayang pada Gisca? Ia yakin itu hanya rencana Gavin saja.

"Cong," panggil Gisca menuju bangku Acong. "Ghea ke mana?" tanyanya.

"Perpustakaan Gi," jawab Acong fokus pada ponselnya.

"Sama... Gavin?" katanya ragu.

Acong mem-pause game-nya dan menatap Gisca. "Nggak kok Gi. Gavin belum datang,"

Gisca mengangguk paham. Lalu ia berjalan ke perpustakaan berniat menemui Ghea. Untungnya hari ini sedang free class.

Gisca memasuki ruangan itu. Sepi ternyata. Hanya ada beberapa anak yang pergi ke sini. Tempat utamanya saat free class pasti adalah kantin. Gisca mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia akhirnya menemukan Ghea sedang membaca sebuah buku. Gisca mendekat menghampiri.

"Ghe,"

"Ngapain lo?" Ghea menjawab tapi tidak menurunkan buku bacaannya. Gisca tahu, pasti Ghea marah. Ghea bangkit menuju rak belakang. Gisca pun mengikutinya.

"Gue mau minta maaf Ghe,"

"Gue maafin,"

"Gue salah Ghe,"

"Bagus deh lo nyadar,"

"Gue kan cuma pengin--"

"Pengin gue sama Gavin menjalin hubungan lagi? Iya?!" Ghea menaruh bukunya dengan suara yang lumayan keras. Untung saja tidak ada penjaga perpus. "Mau lo tuh apa sih Gi? Bisa nggak sih? Gak usah sok jadi pahlawan begitu?"

"Bukan maksud gue begitu Ghe. Gua cuma pengin ngeliat sahabat gue bahagia," Gisca berusaha menjelaskan.

Ghea memutar bola matanya. "Yang ada lo buat sahabat lo semuanya sakit hati!" Ghea membentak Gisca. Tidak peduli dengan orang-orang di sini. "Gue udah kenal lama sama lo. Apalagi Gavin kan? Dia udah tahu seluk beluk lo. Tapi, kenapa sih Gi? Kenapa lo masih keras kepala?! Buka hati lo Gi! Buka! Apa lo nggak sadar kalau sebenarnya lo tuh sayang sama Gavin? Lo nggak sadar Gi? Astaga!" Ghea mengusap wajahnya kasar. "Sekarang terserah lo. Gue males berurusan sama lo." Lalu Ghea langsung pergi meninggalkan Gisca yang mencerna baik-baik ucapan Ghea.

Apa benar Gisca menyayangi Gavin lebih dari seorang sahabat? Apa itu benar?

***

Rasanya sepi ketika band ini tidak lengkap. Latihan pun menjadi sangat aneh dan kacau.

"Gila, beneran kacau nih," celetuk Nuga.

"Gue juga ngerasa gitu. Sori gue lagi nggak konsen," Geo menyahut.

Teman-temannya pasti mewajari karena sudah jelas betapa sakit hatinya menjadi Geo.

"Yo, ini waktunya lo harus move on," celetuk Alvin.

"Bener kata Alvin. Kadang, merelakan itu sesuatu yang sempurna untuk mencari yang lain lagi Yo," timpal Ibra. Alvin pun merasa senang karena ucapannya didukung oleh Ibra.

"Kira-kira Gavin ke mana ya? Dia nggak bunuh diri kan?" celetuk Alvin yang langsung dihadiahi jitakan dari teman-temannya.

"Mulut lo minta disunat kali ya!" Geo terlihat kesal.

Alvin hanya cengengesan dan meminta maaf pada semuanya. Bertepatan dengan itu ponsel Geo berdering.

"Halo?" Geo bersuara.

"Woi Bro! Gimana band?" tanya seseorang di seberang sana. Yang Geo ketahui itu adalah Gavin.

"Ke mana aja?! Kok lo nggak masuk sekolah si?!" Geo sudah sewot sendiri karena Gavin tidak masuk dan Gavin malah menyapanya santai.

Terdengar kekehan Gavin di sana. "Sakit Bro, balik sekolah ke sini aja,"

"Sakit apaan?" Geo terdengar panik.

"Biasa. Demam,"

Padahal kemarin baik-baik aja. Mungkim Gavin banyak pikiran yang membuatnya terlarut-larut memikirkannya. Untung saja hanya demam. Kalau sakit jiwa kan bahaya.

"Ya udah pulang sekolah kita jenguk lo. Send aja lokasinya," teman-teman Geo menoleh semua.

Akhirnya sambungan telepon pun terputus.

"Siapa yang sakit Yo?" tanya Ibra penasaran dengan yang dibicarakan Geo dan Gavin.

"Gavin."

"Lah, dia bisa sakit?" Alvin menyeletuk.

"Alvin!" Nuga memperingati. Ia mulai jengah dengan sikap Alvin yang seperti ini.

Alvin cengengesan.

"Belom aja beneran lo gue sembelih Vin!" seketika Ibra bersuara kini membuat Geo dan Nuga cekikikan.

Alvin kan memang begitu. Paling nurut sama Ibra dan paling kesal dengan Nuga.

***

Sepi. Itu adalah satu kata yang menggambarkan Gisca sekarang. Gisca sudah meminta maaf pada Geo dan teman-temannya. Mereka semua memaafkan. Namun ada yang janggal. Ke mana sebenarnya Gavin? Apa Gisca harus ke rumahnya? Tapi... mungkim Gavin butuh sendiri karena semalam Gisca memang sudah mempermalukannya.

"Neng Gigi!" suara panggilan Bi Minah membuat Gisca mengerjap beberapa kali. Astaga? Ia melamun?

"Kenapa Bi?"

"Eh, maaf Neng, sampe kaget gitu. Bibi ganggu ya?" katanya merasa bersalah.

"Engga kok Bi, kenapa? Mamah pulang?"

"Bukan Neng, anu--tadi bibi habis nyapu halaman terus nggak sengaja ketemu mamahnya A' Gavin. Bibi nanya mau ke mana, katanya mau ke rumah sakit," jelas Bi Minah.

"Siapa yang sakit Bi?"

"Katanya sih A' Gavin, Neng. Eh, bibi ke dapur dulu ya mau beres-beres lagi," katanya lalu berlalu pergi.

Jantung Gisca tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat. Astaga, kenapa ini? Sepertinya memang Gisca harus ke rumah sakit sekarang. Tapi masalahnya, di mana letak rumah sakit itu?

****
Olaha!
Yeay! Happy reading!!
22/6/18

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang