39. Terpancing

524 32 4
                                    

Langit sedang nggak bersemangat. Buktinya pagi-pagi begini sudah gelap. Gisca yang sedang melihat dirinya dicermin langsung saja turun ke bawah karena ingin mencegat Gavin. Hari ini Gavin mengirim pesan pada Geo agar nggak menjemputnya. Karena Gisca masih ingin melancarkan misinya.

Dilihatnya mobil Gavin sudah keluar dari garasi. Gisca langsung menghampirinya.

"Gavin!" teriaknya.

Gavin pun dengan otomatis memberhentikan mobilnya. Ia mendengus melihat Gisca di depan mobilnya.

Untung nggak ketabrak kan. Bocah ada-ada aja deh.

Gisca langsung masuk ke dalam mobil Gavin.

"Numpang ya," cengirnya.

"Ck, lo ngapain sih kayak begitu?"

"Biar lo berhenti, lah,"

"Kan bisa chat gue,"

"Oh iya, lupa,"

Gavin berdecak. Perempuan ini memang selalu begitu dari dulu. Menyebalkan di setiap waktu.

"Kenapa nggak bareng Geo?" katanya sambil fokus menyetir.

"Lagi mau sama lo," jawab Gisca enteng.

"Oh, ada maunya ke gue nih?" jahil Gavin dengan nada serius.

Gisca refleks menyenggol lengan Gavin. "Bukan begitu Avinnnnn," katanya dengan logat manja.

Gavin mengedikkan bahu pertanda jijik. Tapi ia sebisa mungkin menahan senyumnya. Sial! Gisca bisa menyebalkan dan imut dalam waktu bersamaan.

Akhirnya keduanya sampai di SMA Taruma. Gavin pun berjalan duluan meninggalkan Gisca yang ternyata menunggunya.

"Gavin!" panggilnya. Gavin nggak menoleh. Ia terus saja berjalan.

Gisca pun kesal dan berlari menyamai langkahnya. Tapi tetap saja sulit. Kaki Gavin itu besar.

"Gavin! Gavino Adrian!" teriaknya lagi. Tapi Gavin nggak menengok juga.

Gisca tersenyum jahil. Pasti kali ini Gavin akan menoleh.

"GAVIN SAYANGKUUUU!!" teriaknya yang seketika membuat orang-orang yang ada di koridor berhenti melakukan aktivitasnya. Begitu juga dengan Gavin yang berhenti mendadak.

Gisca tersenyum jahil lalu menghampiri Gavin. Ternyata detik itu juga Gavin berbalik badan, menyebabkan Gisca menabrak dadanya.

"Adaw!"

"Eh--sori-sori. Nggak lihat," katanya merasa gugup.

Gisca mengusap-ngusap kepalanya. "Lo kok ninggalin gue sih?!"

"Lo lama." Balasnya sok ketus.

Gisca memutar bola matanya. "Lo-nya aja yang nggak mau nungguin gue. Iya kan?! Lo malu jalan bareng ke kelas sama gue?! Iya?!" Gisca berbicara seakan nggak ada orang-orang di sekitarnya. Padahal sekarang mereka sedang menjadi pusat perhatian.

Gavin menoleh ke sekitar. Ah Sial! Pagi-pagi begini ia sudah jadi pusat perhatian. Kadang emang mulut Gisca tuh nggak bisa di rem sedikit aja. Bablas aja kayak tronton kehilangan kendali.

Gavin tersenyum sebisa mungkin. Lalu ia menggandeng tangan Gisca. Gisca sedikit kaget nggak mengerti. Lalu Gavin bersuara.

"Yuk, Sayangku," katanya. Lalu ia membawa Gisca menuju kelasnya.

Sedangkan Gisca sedang berusaha menetralkan jantungnya yang mendadak berdegup kencang lagi.

***

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang