10. Alasan

700 45 4
                                    

Diajak pulang bareng itu enak. Karena selain menghemat ongkos, kita juga nggak perlu lama-lama jalan atau nunggu taksi. Apalagi, diajak pulang barengnya sama pujaan hati. Bener-bener combo yang luar biasa.

"Gi? Kok bengong sih?" Suara bariton milik laki-laki di samping Gisca menyadarkannya dari lamunan.

Gisca tersenyum tipis. "Maaf Yo, lagi nggak fokus,"

"Ya udah gimana kalau kita jalan-jalan dulu? Kamu suka ice cream kan?" tanya Geo tersenyum manis.

Gisca menoleh seakan tidak percaya akan diajak jalan bersama idolanya ini. "Suka kok suka,"

Geo mengangguk. "Oke, anggap aja kita mau nge-date di kedai ice cream ya Gi?"

Gisca kembali menoleh pada Geo memberi tatapan bodohnya. Dan, tentu saja itu membuat Geo gemas sendiri.

"Lucu banget sih Gi," batin Geo bersuara.

-FFZONE-

Mencari ke sana ke mari, dan ternyata hasilnya kosong. Kenapa dirinya begitu bodoh menyadari suatu hal? Ah, Gavin kan memang bodoh.

"Jadi Gisca udah pulang?" tanyanya lagi, dan lagi pada dua orang di hadapannya.

Dua orang itu pun mengangguk bersamaan.

"Dan pulangnya sama Geo?" Lagi.

Keduanya pun mengangguk lagi secara bersamaan.

"Kenapa kalian ngg----"

"Kenapa lo nggak kejar mobil Geo aja? Lagian, kayaknya mereka juga belum lama baliknya," potong laki-laki yang biasa dipanggil Acong.

Perempuan di sampingnya ikut-ikutan mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Acong.

Gavin terdiam beberapa detik. Kemudian, tanpa banyak omong ia langsung pergi meninggalkan keduanya.

"Eh Cong, bentar deh," ucap si perempuan membuat Acong harus menurunkan ponselnya.

"Apaan lagi Ghe-Ghe?" balas Acong geram karena aktivitasnya bermain game terganggu.

"Kalau Gavin nyusul Gigi, lo pulang sama siapa? Hah?" Telak! Pertanyaan Ghea langsung membuat Acong membulatkan matanya.

"Kutu kupret! Kenapa lo nggak bilang sama gue sih!" Acong kesal sendiri.

Ghea mengedikkan bahu. "Ya mana gue tau, udah ah gue mau pulang, udah dijemput abang. Dadah Acong yang malang," ucap Ghea meledek dan langsung meninggalkan Acong sendirian di kantin.

Acong mengusap wajahnya kasar. "Nasip, nasip, giliran susah nggak ada yang bantu. Ah, tai kuda disambelin emang!"

-FFZONE-

Ternyata benar kata Acong, kalau mereka belum jauh dari sekolah. Buktinya Gavin bisa mengikuti mobil Geo persis di belakangnya. Baru saja ia ingin meng-sen kanan, ia melihat mobil Geo malah sen kiri.

"Kok kiri sih, kompleks kan ke kanan,"

Tidak mau banyak omong lagi, Gavin pun mengikuti saja ke mana mobil Geo akan membawa sahabatnya itu. Tujuh menit berkendara, akhirnya Gavin tahu ke mana tujuan mereka. Ternyata kedai ice cream. Gavin bisa lihat Geo membukakan pintu penumpang, dan keluarlah Gisca dari sana. Gavin pun keluar dan ikut masuk ke dalam kafe itu. Namun, sebelumnya Gavin memakai masker mulut terlebih dahulu. Setelah merasa tambah tampan, Gavin pun melangkah santai ke dalam kedai itu.

Gavin bisa lihat kalau Geo dan Gisca duduk tepat di tengah-tengah kedai itu. Seolah-olah ingin menjadi pusat perhatian. Tatapannya pada Gisca membuat Gavin tersadar kalau ada pelayan yang sudah menunggunya untuk memesan ice cream.

"Mas, Halo? Hai? Mas, sehatkan?" Pelayan itu menepuk pundak Gavin agak kencang. Karena ia sudah kesal dibuatnya.

Gavin menoleh dan terkaget melihat ada pelayan di hadapannya. "Mbak kok ngangetin saya sih," ucap Gavin polos.

"Masnya sih kupingnya budek, jadi nggak sadar saya di sini. Mas mau pesen apa?" balas pelayan itu dengan nada jengkel.

Gavin yang ikut jengkel malah menceletuk asal. "Air putih tawar di kasih gula yang banyaaaak banget,"

Pelayan itu melongo memasang tampang terkejutnya. Kurang waras nih pelanggan, pikirnya.

"Apa? Nggak usah protes, saya bayar kok!" Gavin melotot pada pelayan itu. Pelayan itu hanya mengerlingkan matanya dan berjalan meninggalkan pelanggan dengan otak gesernya ini.

Setelah meladeni pelayan yang super duper menyebalkan, Gavin kembali melihat pada dua orang di meja tengah sana. Tunggu, kok jadi ada lima orang?

"Ah, gara-gara tuh pelayan gue ketinggalan cerita kan!" gumamnya pada diri sendiri.

Gavin bisa melihat satu perempuan di sana menyodorkan ponselnya kepada Gisca. Ia bisa lihat kalau Gisca disuruh memfoto tiga perempuan asing itu bersama Geo. Setelah selesai, Gisca kembali duduk. Entah apa yang diucapkan perempuan berbando itu membuat perubahan wajah Gisca yang seakan-akan kesal. Tanpa disangka-sangka perempuan dengan rambut sebahu itu menggebrak meja kedai kencang. Membuat seisi kedai langsung melihatnya, apalagi posisinya mereka berada di tengah-tengah kedai.

"Lo tuh tuli apa gimana sih? Gue bilang pindah ya pindah!" teriak perempuan dengan jepitan pink di sekujur kepalanya.

"Ngapain lo ngusir gue? Emang lo siapa?" Gisca tidak takut dengan tiga perempuan di hadapannya ini. Memangnya dia pikir dia siapa bisa mengusir Gisca begitu saja.

"Lo tuh susah ya dibilangin, pergi ya pergi!" bentak perempuan berbando itu. Geo yang sudah pusing melerainya hanya bisa diam saja. Sungguh, ia tidak tahu harus bagaimana. Karena Geo mempunyai satu hubungan juga dengan salah satu perempuan di sana.

"Gi, mending kamu pindah aja deh, aku nggak mau kamu kenapa-napa," ucap Geo membuat Gisca menatapnya tidak percaya. Kenapa Geo jadi ikut-ikutan membela tiga cewek aneh itu?

Baru saja Gisca ingin berbicara, perempuan dengan rambut sebahu itu langsung menumpahkan ice cream ke kepala Gisca. Gisca langsung melotot tajam.

"Apa? Hah? Lo mau ngelawan? Iya?!"

Gisca ingin menjawab omongan si perempuan itu. Namun, lagi-lagi kepalanya di guyur ice cream yang sudah cair. Gisca mengusap kedua matanya yang terkena ice cream itu, matanya sudah memerah ingin menangis di sana.

"Kalian gila?" Geo tidak menyangka akan separah ini. Ia bangkit ingin membantu Gisca. Namun, laki-laki dari arah timur langsung mendorongnya untuk tidak menyentuh Gisca.

Laki-laki itu langsung membawa Gisca ke dalam pelukannya. Ia mengambil tas Gisca dan berjalan keluar kedai.
Tiba-tiba saja pelayan menyebalkan itu datang. "Eh, Mas! Ini airnya diminum dulu dong!"

Gavin menoleh dan berteriak kencang. "Siram aja ke muka tiga cewek itu, kasih tau kalo buang-buang ice cream itu mubazir!!"

Setelah itu Gavin dan Gisca benar-benar keluar dari kedai itu. Gavin langsung membawa Gisca masuk ke mobil. Selama perjalanan tidak ada yang berbicara. Untungnya Gavin membawa jaket, jadi bisa untuk mengelap bekas ice cream di kepala Gisca.

Mereka sudah sampai di depan rumah Gisca. Gisca masih saja menunduk menangis diam di sana. Ia tidak mau turun.

"Shit! Gue nggak tahan liat lo kayak gini!" ucap Gavin kesal dan langsung memeluk Gisca erat. Gisca pun membalas pelukan Gavin erat dan menangis di sana.

Ya, harusnya Gisca tahu alasan Gavin membenci Geo itu karena apa. Dan Gisca menyesal karena terus menyalahkan Gavin.

----------------

Halohaaa!
Hope you enjoy it!
Agustus 2017
♥♡♥♡♥

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang